[47] Hilang

3K 366 21
                                    

Dokter dan juga perawat segera mengecek kondisi Guanlin. Saat itu juga, Shira merasa kalau ini sebuah keajaiban. Dirinya segera menelpon ayah Guanlin secepat mungkin, memberitahu bahwa anaknya itu telah sadar.

"Bae! Guanlin sadar, Bae! Guanlin sadar!" teriak Shira pada Baejin sambil memeluk Baejin.

Baejin hanya tersenyum sambil kembali membalas pelukan Shira. Setelah Shira melepaskan pelukannya, Baejin melihat mata Shira yang berkaca-kaca karena bahagia menerima kenyataan bahwa Guanlin sudah sadar. Dalam hatipun Baejin merasa sangat bahagia.

"Shira!" panggil ayah Guanlin sambil berjalan menghampiri Shira.

"OM! GUANLIN SADAR OM!" Shira sedikit berteriak karena bahagia.

Ayah Guanlin langsung tersenyum dengan matanya yang berkaca-kaca. Selagi Shira berbicara dengan Ayah Guanlin, Baejin segera mengirim pesan pada yang lainnya.



















"Enggak mungkin kan, Dok?" Ayah Guanlin benar-benar tidak percaya atas apa yang terjadi pada anaknya.

"Maaf, Pak. Tapi itu memang benar. Sebaiknya bapak maupun teman-temannya tidak memaksa anak bapak untuk ingat secepatnya. Ingatan anak bapak bisa kembali seiring berjalannya waktu. Mungkin dengan menunjukkan barang-barang miliknya itu bisa membantu juga." jelas Dokter tersebut.

"Tapi, Dok. Bagaimana bisa anak saya mengalami amnesia?"

"Benturan yang mengenai kepalanya dengan benda keras seperti aspal jalan membuat beberapa saraf di dalam otaknya sedikit terguncang." Jawab Sang Dokter.








Setelah Guanlin sadar sepenuhnya, dia segera dipindahkan ke ruang rawat inap. Shira dan Baejin segera masuk setelah mendapat izin dari perawat.

Shira langsung tersenyum lebar ke arah Guanlin yang sedang berbaring dengan pandangan menatap luar jendela.

"Guanlin.. " panggilan Shira membuat Guanlin menoleh dengan wajah datarnya.

Shira berjalan ke arah Guanlin dan berdiri tepat di samping ranjang, "Aku seneng kamu akhirnya sadar," ucap Shira memegang jemari Guanlin.

"Lo gak tau betapa frustasinya kita-kita nyari orang yang nabrak lo, dan tiap hari ke rumah sakit cuma mau liat perkembangan lo. Apalagi Jihoon, sekarangpun dia kayaknya lagi frustasi." cerita Baejin menggelengkan kepalanya.

"Maaf. Tapi, kalian siapa ya?"

Pertanyaan Guanlin membuat Shira dan Baejin saling bertatapan satu sama lain. Seperti saling bertanya 'apa maksud pertanyaan Guanlin?'. Lalu, tatapan mereka kembali pada Guanlin.

"Aku Shira, Lin. Dan ini Baejin." ucap Shira menunjuk dirinya lalu Baejin. Baejin yang ada di samping Shira hanya mengangguk cepat sambil membuang semua pikiran buruk tentang apa yang terjadi pada Guanlin di pikirannya.

Guanlin cuma menggelengkan kepalanya sambil menggigit bibirnya, "tapi, gue bener-bener gak tau siapa kalian."

"Lo bercanda kan, Lin?" tanya Baejin menatap Guanlin tanpa berniat untuk kedip.

"Yang gue tau. Nama gue, Guanlin, dan mama gue udah meninggal." jawab Guanlin menatap Shira dan Baejin bergantian.

"Jadi, kamu gak tau siapa aku, Lin?" tanya Shira tak percaya atas apa yang dia terima sekarang.

"Maaf. Tapi, gue bener-bener gak tau siapa kalian." jawab Guanlin.

Shira langsung keluar dari ruangan dan terduduk di kursi yang disediakan di lorong rumah sakit. Dadanya terasa sesak begitu menyadari bahwa Guanlin mengalami amnesia. Shira sama sekali tidak bisa lagi menangis karena matanya yang sudah tidak sanggup lagi menangis.

"Ra..." panggil Baejin yang ikut keluar mengikuti Shira.

"Please, Bae. Gue gak sanggup." Shira menundukkan kepalanya lalu menutup wajahnya dengan telapak tangan dan menangis.

"Kalian kenapa?" tanya Jihoon yang tiba-tiba saja muncul.

"Gue baca di grup, dan ya gue langsung kesini buat mastiin keadaan Guanlin," jelas Jihoon, "Dan lo kenapa nangis, Ra?" tambahnya.

"Mending lo cek sendiri ke dalem." jawab Baejin yang juga sudah tidak bisa berkata-kata lagi.

Jihoon segera masuk ke dalam dan mendapati Guanlin yang sedang memainkan jemarinya. Seketika Jihoon tersenyum. Pikiran buruknya langsung hilang ketika mendapati Guanlin yang terlihat baik-baik saja.

"Akhirnya lo sadar juga, Lin!" ucap Jihoon yang sudah mengangkat tangannya untuk high-five bersama Guanlin.

Tapi, Guanlin tidak merespon. Dia hanya menatap Jihoon datar. Tatapan yang sama, yang dia lakukan pada Shira dan Baejin.

"Lo siapa ya?" tanya Guanlin.

Jihoon segera menurunkan tangannya. Ekspresi wajahnya seketika berubah.

"Gue Jihoon."

"Mending lo keluar dari kamar gue. Gue rasa lo salah orang, sama kayak yang cewek dan cowok yang ada di luar sana lakukan." Guanlin merasa tidak senang dengan kedatangan orang-orang yang sama sekali tidak dia kenal tapi mengenalinya.

"Gue ini temen lo! Dan lo ngusir gue?! Lo bercanda ya?!" Jihoon merasa tidak terima dengan perlakuan Guanlin yang mengusirnya begitu saja.

"Jelas-jelas gue sama sekali gak kenal lo! Dan lo ngaku-ngaku temen gue?! Lucu banget idup lo." balas Guanlin.

"Bercanda lo gak lucu Lin..." ucap Jihoon yang mulai mereda.

"Gue sama sekali gak bercanda!" teriak Guanlin yang langsung memegang kepalanya dan mengerang kesakitan.

Guanlin menekan tombol kecil yang berada disisi kasurnya berkali-kali. Bahkan tangannya yang lain dia gunakan untuk menjambak rambutnya sendiri. Berusaha menghilangkan rasa sakit yang tiba-tiba saja menyerang.

"Lin! Guanlin! Lo kenapa?!" tanya Jihoon yang berusaha menenangkan Guanlin.

"GUE BILANG KELUAR!!!" teriak Guanlin lalu menghentakan tangannya. Membuat Jihoon mundur beberapa langkah.

Seorang dokter dan perawat tiba-tiba saja memasuki ruangan. Sang dokter langsung mengecek kondisi Guanlin.

"Maaf, mas bisa keluar sebentar." pinta perawat pada Jihoon yang perlahan melangkah mundur keluar ruangan.

Jihoon benar-benar merasa bersalah atas apa yang telah dia perbuat tanpa sengaja itu.

"Guanlin lupa ingatan." ucap Baejin.


































An:
Apasih gue apa???
25/03/2018

Always • Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang