Nama ku Taveesha Parvati, aku adalah siswa kelas X SMKN 1 Yogyakarta. Aku adalah anak sulung dari Bapak dan Ibuku. Aku memiliki dua orang adik kembar, semuanya perempuan dan sangat lucu.
Ibuku bernama Sarah Normalasari, seorang wanita yang berasal dari pesisir selatan Gunungkidul yang terkenal dengan keindahan pantainya. Beliau adalah pekerja keras dan pekerja ikhlas, pasalnya pekerjaan yang dilakukan sangat banyak, namun sering dianggap remeh dan seolah tidak memiliki pekerjaan. Ibuku seorang ibu rumah tangga yang mendedikasikan diri untuk mendidik anak-anak dengan baik dan menjadi istri yang baik.
Bapakku bernama Hardi Wahyu Susena adalah putra asli kelahiran kota Jogja. Bapak adalah seorang pengusaha kontraktor yang sudah mengerjakan berbagai proyek besar di Pulau Jawa, mulai dari jalan tol, jembatan, rumah sakit, serta gedung-gedung pemerintahan lainnya.
Aku adalah gadis berusia hampir enam belas tahun. Banyak yang bilang aku cuek, sebenarnya tidak seperti itu, aku hanya butuh waktu untuk terbiasa dengan lingkungan baru. Apalagi dengan spesies manusia bernama lelaki, aku sangat malas berurusan dengan mereka (kecuali jika penting dan mendesak). Eh, tapi jangan terlebih dahulu mengambil keputusan bahwa aku tidak pernah jatuh cinta pada sosok lelaki, karena tentu itu salah. Aku pernah.
Oh iya, Aku sangat menyukai seni, sastra, senja, dan kamu. Ya, keempatnya memang sama-sama indah. Kamu yang mengajarkanku ketulusan. Memberi meski tak diberi, menyayangi meski tak disayangi, mencintai meski tak dicintai, dan menunggu meski tak ditunggu. Banyak orang mengatakan yang menunggu akan lelah pada akhirnya dan ternyata semua itu benar. Aku yang berjuang sendirian lama-lama lelah kau abaikan.
Aku yang penuh dengan keraguan pada akhirnya memutuskan untuk berhenti berjuang sendirian. Aku berusaha mundur dan menjauh secara perlahan. Namun kamu seperti manusia tak berdosa yang seenaknya datang dan pergi begitu saja. Ah.. menyebalkan sekali rasanya. Aku yang sebenarnya masih menyimpan rasa harus menyuruhmu pergi dengan terpaksa.
Dulu kita memang dekat, tapi setelah kau pergi tanpa pernah berkirim pesan singkat Aku tak akan mudah menerima kedatangan mu untuk mengikat. Aku selalu berusaha menjauh, sampai pada akhirnya kita benar-benar menjadi jauh. Sekarang kita telah menjadi seperti dua orang asing yang tak pernah menyapa, padahal dulu kita kita pernah bahagia berdua.
Setelah kepergian mu, hidupku jadi tak menentu. Aku pun tak tau mengapa, mungkin karena aku belum terbiasa. Aku sering diterpa rindu ketika hujan dan kenangan tentangmu datang bersamaan. Ketika kesendirian kadang memanggil kenangan tentangmu untuk bermain bersamaku. Ketika tak sengaja fotomu masuk dalam feeds Instagramku. Mata coklat bersinar itu kadang membuatku ingin kembali menatapmu. Namun, untung saja aku selalu mengingat niatku untuk tidak kembali lagi padamu.
Setelah kepergian mu aku masih ragu untuk menerima orang baru. Aku takut akan mengalami luka yang sama dengan luka masa lalu ku itu. Aku tak mau jatuh ke lubang yang sama lagi untuk kedua kalinya. Saat ini aku masih memutuskan aku senang sendiri dan aku nyaman sendiri.
Kamu seperti manusia tak berdosa. Kadang datang menyapa. Namun, lebih sering menghilang begitu saja. Entah apa motivasi mu melakukan itu aku juga tak tau. Aku merasa benar-benar terganggu dengan sikapmu padaku. Aku selalu berusaha se-cuek mungkin hingga kita benar-benar jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilusi Cinta [Selesai] ✓
Teen Fiction[REVISI] Ini bukan kisah cinta 2 remaja yang berada si satu sekolah yang sama. Bukan pula kisah cinta yang selalu berangkat dan pulang sekolah bersama. Ini kisah cinta yang sedikit berbeda, namun ternyata ada pula yang mengalami nya. Semua yang ku p...