38- Jogja-Wonosari

36 6 2
                                    

Kringg.... Kriiing...

Alarm ponselku berbunyi nyaring, berhasil mengusik tidur nyenyak ku. Pukul 04.30, aku lalu mulai membuka kedua mataku yang terasa masih seperti di lem. Aku lalu menuju kamar mandi seperti biasa lalu melakukan ibadah. Setelah itu aku menuju dapur memasak nasi dan telur ceplok karena hanya telur yang tersisa di dalam kulkas.Setelah selesai ritual memasak aku lalu mandi dan lanjut sarapan.

Clung..

Semesta: Aku ke sana sekarang ya.

Iya Van. Hati-hati

Sembari menunggu Kaevan perjalanan ke sini aku mencuci piring yang ku pakai untuk sarapan tadi. Setelah itu aku memastikan semua jendela dan pintu belakang terkunci, setelah itu aku ke depan mengunci pintu depan dan menunggu Kaevan di gazebo depan rumah, mungkin sekitar sepuluh menit lagi Kaevan sampai.

Dugaan ku tepat, sekitar delapan menit kemudian sebuah sepeda motor Honda Supra berhenti di depan pagar rumah, aku lalu keluar dan kami mulai berangkat. Di perjalanan aku  hanya diam, tak berniat membuka pembicaraan.

"Gunungkidul nya daerah mana, Sha?" Kaevan membuka pembicaraan saat kami menunggu lampu merah menyala hijau di Perempatan Ketandan.

"Tanjungsari, udah dekat pantai. Kamu udah pernah kesana?"

"Oh dekat pantai. Aku pernah sih ke pantai."

"Masih ingat jalannya?"

"Ya insyaallah."

"Yaudah nanti kalau sampai di Wonosari kita google map aja," kata ku.

"Kamu nggak hafal jalan ke rumah simbah sendiri?"

"Ya hafal lah, tapi simbah di rawat di klinik, kamu tadi udah sarapan?"

"Oh gitu. Udah kok."

Setelah itu suasana hening kembali muncul diantara kami, hanya suara kendaraan yang terdengar bising di telinga kami. Kendaraan sudah mulai banyak walau waktu belum genap menunjukkan pukul enam. Kabut juga masih menyelimuti udara Jogja meski sudah tak begitu tebal.

Kini kami sudah memasuki wilayah Gunungkidul, jalanan berliku dengan pemandangan kota Jogja dari atas pegunungan. Pemandangan yang selalu indah menurutku dan kali ini lebih karena aku bersama Kaevan. Dia masih tampak tenang, sepertinya masih ingat jalan. Ketika kami disambut tugu selamat datang di kota Wonosari, aku mulai membuka aplikasi google map ku, untung klinik itu terletak di pinggir Jalan Baron, jadi masih mudah dicari.

Setelah sampai di klinik aku turun dari kantor dan menuju meja resepsionis untuk menanyakan ruangan yang ditempati kakek. Setelah dijelaskan di mana ruang itu aku langsung menuju kesana dengan Kaevan yang mengekori ku dibelakang. Aku melihat Ganis, dan Ibu ku duduk di lorong bangsal menggunakan tikar.

"Assalamualaikum," sapa ku.

"Waalaikumussalam, eh udah nyampe," jawab Ibu.

"Iya Bu, yang lain mana?"

"Itu Bapak mu nunggu di dalam sama Pak Lik, Yang Ti sama Bu Lek Tatin di rumah eyang jagain adikmu."

"Oh gitu."

"Yaudah sini duduk," perintah Ibu.

Ilusi Cinta [Selesai] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang