7- Kunjungan

93 9 3
                                    

Hari ini Kaevan berangkat ke Bandung. Tapi dia tak memberi kabar apapun. Ah, sudahlah tak mau banyak menuntut. Lagi pula aku dan dia juga tak ada yang istimewa.
Hari ini pula di sekolahku sibuk. Besuk akan diadakan peringatan hari kartini. Aku harus mewakili kelasku berpakaian adat jawa dan berlenggak lenggok di karpet merah. Aku juga harus belajar tentang sejarah Raden Ajeng Kartini agar bisa menjawab pertanyaan dewan juri.
Widha akan menjadi make up artistku besuk.

***
"Taveesha, aku udah hubungin Bu Tanti, nanti sore kita ke rumahnya jam 16.00 buat fitting baju dan latihan make up", kata Widha bersemangat.
"Iya, Dha. Tapi aku nggak tau rumahnya Bu Tanti", jawabku.
"Tenang aja lagi, Sha. Nanti aku jemput kamu aja," kata Widha.
"Okey deh. Oh ya, uang sewa baju sama make upnya berapa?", tanyaku.
"Tadi aku tanya Bu Tanti katanya 100 ribu."
"Yaudah, Dha. Kamu bilang sama Tiara gih, minta uang. Soalnya aku ini masih belajar sejarah buat besuk."
"Okey, Sha."

Oh iya, Bu Tanti yang mau mengajarkan make up dan menyewakan baju kami itu adalah wali kelas kami. Kebetulan beliau adalah guru seni tari. Beliau jua membuka salon di rumah dan membuka sanggar tari. Sedangkan Tiara adalah bendahara di kelasku, makanya aku suruh Widha minta uang sama Tiara.

***

Sore ini jam 15.30 aku mandi karena harus ke rumah Bu Tanti jam 16.00
"Tumben, Sha, jam segini udah mandi?" tanya Ibu.
"Iya, Bu. Mau ke Rumah Bu Tanti," jawabku.
"Oh gitu. Emang ada acara apa nok?"
"Latihan make up buat lomba Hari Kartini besuk."
"Sama siapa perginya?"
"Sama pacar, Buk. Hehehe"
"Ah, yang benar saja kamu, Sha?" kata Ibu heran.
"Enggak lah, Bu. Bercanda hehe. Lagian Ibu tau sendirikan kalau sekolahnya Veesha itu perempuan semua. Kalau ada lakinya pun kelakuan kayak wanita. Hahaha."
"Ya siapa tau di jemput anak sekolah lain," jawab Ibu.
"Enggak ah, Bu. Aku nanti itu sama Widha. Nanti dia jemput aku jam 16.00."
"Oh ya. Hati-hati ya jangan ngebut-ngebut."
"Siap komandan," kataku sambil menunjukkan sikap hormat pada Ibu.
Ibu lalu ke dapur untuk memasak.

***
Tak lama kemudian ada suara sepeda motor Yamaha Mio berhenti di halaman rumahku.
"Itu pasti Widha," kataku dalam hati.
"Taveesha," panggilnya.
"Iya, Wid, bentar. Aku ambil tas dulu. Kamu masuk aja," teriakku dari kamar.
"Oke, Sha."
Aku lalu ke dapur untuk berpamitan pada Ibu.
"Bu, Veesha berangkat ya. Udah ditunggu Widha tuh."
"Iya, Nok."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."

***
Setelah itu aku dan Widha berangkat ke rumah Bu Tanti. Bu Tanti dengan sabar mengajarkan Widha. Sedikit demi sedikit foundation, dan bedak disapukan ke wajahku dengan spons . Tak lupa pula digunakan blush on di pipiku. Satu persatu make up digunakan di wajahku. Setelah selesai make up, tak lupa mencoba baju kebaya yang cocok untukku. Widha juga diberi cara membentuk hijab.
Aku lalu melihat wajahku dicermin, tampak berbeda. Aku memang tidak mengenal make up seperti wanita lainnya, aku lebih suka natural apa adanya.
***
"Diminum dulu tehnya Wid, Sha," kata Bu Tanti .
"Iya, Buk. Terimakasih," kata Widha.
"Makasih, Buk. Malah ngerepotin," sahutku.
"Tidak kok. Hanya teh aja kok," jawab Bu Tanti.

Adzan Maghrib berkumandang. Tak lama setelah itu aku dan Widha berpamitan.

"Karena ini udah malam, kami pamit dulu ya, Buk," Kata Widha.
"Iya, semoga sukses lomba kartini besuk," jawab Bu Tanti.
"Aamiin, Buk. Terimakasih ilmunya buk."

***
Sesampai di rumah aku menghapus make up lalu ke kamar untuk merebahkan badan. Aku mengecek ponselku, belum ada satupun pesan dari Kaevan. Aku scroll status BBM dan beranda Insagram sudah banyak foto teman Kaevan berkeliaran. Swafoto di dalam bus, swafoto di rest area, sekedar status "OTW Bandung" dan sebagainya. Namun Kaevan tak memposting apapun, sedikitpun.

Taveesha melirik ke arah jam dindingnya yang menunjukkan pukul 19.00. Lalu ia berjalan dengan malas menuju meja makan membuka tudung saji.

"Itu masih ada tempe, sayur sop, sama sambal terasi. Habisin aja, cuma kamu yang belum makan," kata ibunya.
"Iya buk," jawab veesha singkat sambil mengambil piring dan sendok.
Taveesha lalu menghabiskan makanan di piringnya itu lalu mengambil gelas membuka kulkas.

Ilusi Cinta [Selesai] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang