20- Hari Raya

46 6 0
                                    

Sepulang dari masjid di rumah sudah ada beberapa tetangga yang membawa nampan berisi nasi gudhangan di ruang keluargaku. Ya mereka akan melakukan kenduri di sini dan dilanjutkan makan bersama. Sudah tradisi di sini seperti itu.

Clung... Clung..

"Baru saja sampai di rumah sudah banyak notifikasi saja" batinku.

REISDA (Remaja Islam Al-Huda)

Renald : Kalian harus sudah sampai di masjid sebelum isya ya. Aku nggak mau kita telat lagi seperti tahun-tahun sebelumnya.

Renald : Kita Sholat isya berjamaah di masjid. Setelah itu langsung persiapan. Barang barang yang harus diangkut di mobil. Jangan telat atau kamar mandi menanti.

Doni : Baru juga buka pintu rumah udah suruh balik lagi.

Fatah : Tau gini tadi nggak usah pulang.

Sharen : Telat dikit nggak masalah kali. Cewek dandannya lama.

Aku juga baru masuk rumah.

Renald : Jangan banyak alasan dan nggak usah banyak bacot. Waktu terus berjalan, mending kalian buruan siap-siap.

Ketua apa super market sih?

Syaffa : Kok bisa super market?

Iya soalnya nggak bisa ditawar.
Kalau pasar kan bisa hehe..

Sharen : Benar juga tuh si Veesha.

Aku lalu menekan tombol power di ponselku dan memutuskan untuk segera bersiap dari pada harus berurusan dengan kamar mandi masjid. Karena setahuku jika dalam urusan seperti ini Renald tidak pernah main main dengan kata-kata nya.

Aku mengenakan baju seragam remaja masjid baju berbahan American drill warna dongker, rok plisket warna dongker, dan jilbab warna coklat moka lengkap dengan sepatu kets. Aku lalu megambil tas serut memasukkan mukena, dan berbagai peralatan yang harus dibawa termasuk surat dari adik-adik TPA sore tadi. Sepertinya acara kenduri di ruang tamu juga sudah selesai.

Ceklek

Aku membuka pintu kamar lalu mendapati adik kembarku sedang bermain dengan Bapak.

"Udah rapi aja anak Bapak. Perasaan masih jam segini."sapa bapak sambil menengok ke arah jam dinding.

"Iya Pak. Habisnya itu anak temen Bapak, telat dikit hukum, Veesha nggak mau dong kena hukuman."

"Renaldi maksudmu?"

"Iya siapa lagi kalau bukan dia?"

"Ada-ada saja dia. Tapi ya malah bagus."

"Apanya yang bagus sih Pak?"protesku tak terima.

"Ya bagus dia disiplin. Sepertinya pendidikannya di sekolah berhasil, sehingga di menerapkan di organisasi remaja masjid."

"Ya kan beda Pak. Harusnya tidak terlalu keras seperti ini."

"Sudah lah, pasti dia punya alasan dibalik semua ini. Mungkin dia ingin jadi pemimpin yang bertanggung jawab."

"Iya deh."

Ilusi Cinta [Selesai] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang