19- Filosofi

49 6 2
                                    

Acara pembagian zakat dan persiapan takbir di Masjid Al-Huda selesai, aku lalu pulang ke rumah. Di rumah, Ibu ku sedang sibuk membuat nasi gudhangan untuk acara kenduri nanti malam. Buat kalian yang nggak tau gudhangan itu semacam urap, isinya sayuran bayam, lembayung, tauge, kacang panjang, dan lainnya yang sudah di rebus lalu diberi sambal dari kelapa muda yang di parut dengan berbagai bumbu dan dikukus.
Di daerahku memang masih sering melakukan kenduri menjelang lebaran, kata ibu untuk sedekah kepada tetangga sekitar.

"Veesha bisa bantu apa Bu?"

"Kamu parut kelapa aja. Setelah itu nanti goreng apem ya, bisa nggak?"tanya ibu.

"Kalau parut kelapa Veesha jago. Tapi kalau goreng apem belum pernah. Nanti kalau gosong gimana? Hehe"

"Nggak masalah, nanti sekalian belajar goreng apem. Kalau nggak coba ya nggak akan pernah bisa."

"Oke Bu. Tapi ajari Veesha ya." Pintaku

"Iya nanti ibu ajari kamu."

***

"Buk, kenapa sih kalau lebaran harus buat apem?"tanyaku sambil memasukkan adonan apem ke dalam cetakan untuk digoreng.

"Karena apem itu memiliki filosofi menurut orang jawa."jawab Ibu.

"Apa Bu?"tanya ku penasaran.

"Apem itu berasal dari kata afuwun yang artinya maaf. Jadi harapannya kita bisa saling memaafkan dan semoga segala kesalahan kita juga di maafkan."

Aku hanya mengangguk tanda paham.

Ibu lalu mengambil posisi duduk disebelah ku sambil memasukkan beras ke dalam ketupat.

"Kalau filosofi ketupat kamu tahu?"

"Teman yang serasi untuk opor ayam dong."jawabku percaya diri.

"Ngasal kamu itu."

"Memang ada?"

"Ada dong. Kupat itu singkatan dari ngaku lepat (mengakui kesalahan)."

"Oh iya juga ya. Lalu apa lagi Bu yang punya filosofi?"

"Sambel goreng ati, itu mengandung arti kita meminta maaf tulus dari hati."

"Kok bisa gitu ya. Veesha malah baru tahu. Ini apemnya sudah matang semua Bu."

"Ya sudah, taruh di meja."suruh ibu.

"Veesha bantu apa lagi?"

"Sudah kok, Sudah selesai. Ini Ibu tinggal rebus ketupat."

"Kita mudik ke Gunungkidul kapan Bu?"

"Lebaran hari kedua. Setelah kita selesai silaturahmi dengan tetangga di sini."

"Oke Bu. Udah nggak sabar pengen ketemu eyang "

"Ketemu eyang apa nggak sabar main pasir."ledek Ibu.

"Dua duanya hehe.."

"Oh iya, Nanti jam 14.30 kita ziarah ke makam Kek Kung dan Nek Ti ya."

Ilusi Cinta [Selesai] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang