30- Awal dari Akhir

32 6 0
                                    

Sebelumnya author mau mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1441H.
Minal Aidzin wal Faidzin mohon maaf lahir batin. Maaf jika selama ini banyak salah.
.
.
.
.

Aku mulai membuka mata perlahan, aku lihat aku sudah berada di kamar tidurku. Ibu menungguiku di samping tempat tidur dan mulai menyadari bahwa aku sudah terbangun.

"Syukurlah nak kamu sudah sadar," kata Ibu.

"Kok Aku bisa ada di rumah bukannya tad.."

"Iya, tadi kamu jatuh dari tangga kan? Tadi satpam nemuin kamu udah pingsan pas dia mau kunci pintu kelas. Lalu dia hubungi Bapak kamu,"

Aku mengangguk pelan dan berusaha untuk duduk namun ditahan oleh Ibu.

"Jangan duduk dulu, seperti tulang kamu sedikit bermasalah. Bapak baru panggil tukang urut bentar lagi nyampai kok."

Aku melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh, ternyata ini sudah malam.

"Kamu disini aja Ibu ambilkan makan malam dan minum dulu."

"Iya, Bu, makasih."

Ibu lalu keluar untuk mengambil makanan, namun sebelum itu Ibu mencium keningku dan mengelus puncak kepalaku lembut.
Memori otakku tiba-tiba langsung memutar ulang kejadian tadi siang.

Wanita yang kejam itu adalah Mbak Louisa siswa kelas 12 Pemasaran 1. Dia bisa dibilang siswa baru walaupun sudah lumayan lama di sekolah ku. Dia siswa pindahan dari Jakarta, dia pindah ke sekolah ini pertengahan kelas 11 kemarin. Ayahnya adalah seorang dosen yang dipindahtugaskan dari Jakarta ke salah satu Universitas Swasta di Jogja yang tak bisa ku sebut namanya. Ayahnya juga menjabat sebagai ketua komite di sekolah ini.

Dia tidak seperti siswa pindahan di FTV yang culun dan menjadi bahan bullying, namun dia justru adalah dalang dari kejadian bullying yang ada di sekolah ini. Aku bukan korban pertama, sudah banyak siswa lain yang menjadi korbannya, tapi mungkin ini yang paling parah. Aku juga tidak menyangka dia akan melakukan perbuatan serendah ini hanya untuk mendapatkan apa yang ia mau.

Tak lama kemudian Ibu datang membawa nampan berisi segelas air putih dan makan malam diikuti seorang wanita paruh baya yang ku yakini adalah tukang pijit itu, dan ternyata benar. Ia lalu mulai memijat badanku sesekali aku mengerang kesakitan. Ibu juga mulai menyuapiku sedikit demi sedikit. Setelah selesai di pijat aku merasa badanku sudah mulai agak enakan dari sebelumnya.

***

"Sha, bangun. Sarapan dulu ini sudah Ibu buatkan bubur," kata Ibu sambil menepuk-nepuk kakiku pelan.

Aku lalu membuka mata perlahan dan melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 06.15.

"Udah jam enam lebih ya Buk. Yah kesiangan deh."

"Kamu nggak usah sekolah dulu, takutnya nanti malah sakit lagi kalau banyak gerak. Istirahat dulu saja, tadi surat izin mu sudah dititipkan ke Sharen," jelas Ibu.

Aku lalu hanya mengangguk patuh.

"Yaudah ini dimakan Ibu suapin ya."

"Veesha bisa sendiri Bu."

"Nggak papa, biar Ibu aja. Ibu kangen lho nyuapin kamu pas masih kecil. Perasaan baru kemarin kamu ibu suapin sambil keliling RT sekarang udah besar aja anak Ibu."

"Ih... Ibu jangan gitu dong, kan Veesha jadi sedih."

"Kenapa sedih?"

"Enggak. Veesha sayang Ibu."

"Iya Ibu juga sayang kamu."

***

Aku hanya menghabiskan hari ini dengan goleran di tempat tidur. Ya mau ngapain lagi, mau bangun aja nggak dibolehin Ibu, padahal aku udah merasa lumayan baik.

Ilusi Cinta [Selesai] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang