Aku lalu menuju perpustakaan untuk menemui kedua sahabatku dengan di antar Mas Aldo. Kami berjalan beriringan, tapi kali ini tak bergandengan. Tangis ku sudah berhenti, namun mata sembab ku tak bisa bersembunyi. Mas Aldo mengantarku sampai depan perpustakaan.
"Sampai sini aja ya, aku pulang dulu. Kamu hati-hati."
"Iya Mas. Makasih."
Aku lalu masuk ke perpustakaan yang juga tak begitu ramai, sepertinya sebentar lagi sudah akan tutup. Aku lalu menghampiri kedua sahabatku yang asyik bermain ponselnya masing-masing.
"Ayok pulang," ajak ku.
Mereka lalu menengok ke arahku sambil memperhatikanku serius.
"Kalian kenapa sih kok lihatin aku kayak gitu?"
"Harusnya aku yang nanya , kenapa kamu kok kaya habis nangis gitu?" tanya Sharen.
"Kamu diapain sama Mas Aldo, hm? Terus orangnya kemana? Habis bikin nangis anak orang ditinggal gitu aja," Nova juga ikut angkat bicara.
"Aku baik-baik aja kali, mana ada Mas Aldo nyakitin aku? Dia baru aja pulang," jawabku.
"Nggak mungkin. Kamu nggak usah bohong sama kita. Ya kan Nov?"
"Bener banget tuh si Sharen, Kalau Mas Aldo nyakitin kamu bilang aja biar ku ajak baku hantam."
Aku hanya tersenyum mendengar perkataan mereka.
"Beneran Mas Aldo nggak nyakitin aku kok, mungkin malah aku yang nyakitin dia."
"Maksudnya?" Nova dan Sharen kompak, padahal tidak diberi aba-aba.
"Iya karena aku habis mutusin dia."
"Serius kamu? Kamu putusin dia cuma gara-gara Mbak Louisa? Yaampun Sha, kita bakal selalu belain kamu, dijamin deh dia nggak akan ngelakuin hal seperti itu lagi," kata Nova.
"Iya Sha. Kok kamu secepat ini sih buat keputusan untuk mengakhiri semuanya?"
"Aku akan jelasin ke kalian biar kalian nggak salah paham. Jadi gini..."
"Ayo..ayo.. semuanya bisa keluar, perpustakaan sudah mau tutup,"
Baru saja aku hendak bercerita petugas perpustakaan sudah mengusir kami, akhirnya kami memilih untuk mampir dulu ke kosan Nova. Sesampainya di kosan aku langsung menceritakan semuanya mulai dari sebab hingga akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri semuanya.
"Aku tahu ini keputusan yang berat buat kamu, tapi semoga ini yang terbaik," kata Sharen.
"Iya Sha, semoga ini yang terbaik," tambah Nova.
Setelah itu kami lalu berpamitan dan pulang ke rumah.
***
Sesampai di rumah aku langsung masuk kamar, entah rasanya lelah sekali. Perutku sebenarnya kosong, tapi menolak untuk diisi, selera makan ku mendadak hilang. Saat ini aku hanya ingin sendiri. Jujur meski aku yang terlebih dahulu mengakhiri hubungan itu, aku juga tak bisa dibilang baik-baik saja. Jika kalian bilang aku menyesal maka jawabannya iya, tapi semua sudah terjadi dan itu adalah keputusan yang tepat. Jujur aku benar-benar merasa kehilangan Mas Aldo, setelah bersama nya selama hampir empat bulan ini. Kali ini aku hanya ingin menangis tanpa ada orang tahu.
Malam hari tiba, aku masih mengunci diri di kamar, bahkan saat ini aku masih menenggelamkan wajahku di atas bantal dengan menggunakan seragam lengkap.
Tok..tok..tok..
"Sha, kamu kok belum mandi? Mandi dulu habis itu kita makan bareng," kata Ibu sedikit berteriak dari luar.
"Ibu sama Bapak makan duluan aja, Veesha belum lapar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilusi Cinta [Selesai] ✓
Ficção Adolescente[REVISI] Ini bukan kisah cinta 2 remaja yang berada si satu sekolah yang sama. Bukan pula kisah cinta yang selalu berangkat dan pulang sekolah bersama. Ini kisah cinta yang sedikit berbeda, namun ternyata ada pula yang mengalami nya. Semua yang ku p...