29- Terbongkar

40 5 2
                                    

Hari ini sudah lebih dari  satu minggu Mas Aldo kembali sekolah. Sejak dia kembali dia selalu membelikan makanan untukku saat jam istirahat, termasuk saat ini. Aku baru selesai ganti seragam karena tadi jam olahraga. Baru saja aku mau nitip jajanan sama ke dua sahabatku tapi Mas Aldo sudah nongol di depan pintu sambil membawa makanan dan minuman.

"Ini jajanan, susu kotak, arem-arem, sama bakpao,"kata Mas Aldo sambil meletakkan makanan di atas meja.

"Makasih Mas,"

"Yaudah kita pamit dulu ya, nggak nitip kan? Tuh go food nya udah datang," kata Nova sambil berjalan diikuti Sharen meninggalkan aku dan Mas Aldo.

"Sembarangan kalian ngatain aku go food," Mas Aldo melemparkan pulpen milik Sharen ke arah mereka, namun tidak kena.

Aku hanya tertawa kecil melihat tingkah mereka.

"Buruan dimakan, ini udah aku belikan makanan sehat buat kamu,"

"Iya Mas, tapi nggak usah tiap hari juga ke sini nya," larang ku.

"Memang kenapa?"

"Ada Dea."

Dia lalu tersenyum tipis, "Kamu cemburu melihat Dea gangguin aku?"

"Bukan itu, nanti Dea tau gimana?"

"Malah bagus terus dia berhenti gangguin."

"Kalau malah makin ganggu gimana?"

"Kamu cemburu?"

"Nggak lah. Apaan sih Mas,"

"Enggak yaudah nggak usah merah gitu pipinya, yaudah aku ke kelas dulu nanti ada Dea gangguin aku lagi. Yang sabar ya, Sha,"

"Sabar buat apa?"

"Ya sabar aja, resiko punya pacar ganteng memang sering di godain cewek lain,"katanya.

"Apaan sih nggak lucu," kataku sambil memukul lengan atas nya. Mas Aldo lalu pergi meninggalkan aku tepat sebelum Dea dan rombongan masuk kelas.

Aku tak tau ini apa, tapi aku tak rela jika Mas Aldo di goda oleh wanita lain seperti itu. Sekarang Mas Aldo memang sudah tidak meladeni mereka seperti dulu lagi, tapi tetap saja aku tak enak melihat pemandangan seperti itu. Apa ini cemburu? Entah aku tak mau mengakui itu.

***

Pelajaran setelah jam istirahat begitu membosankan apalagi saat cuaca hujan seperti ini. Pelajaran Akuntansi Keuangan tentang penyusutan aktiva tetap yang rumit dengan berbagai metode itu masih dipadukan dengan Pak Dono yang tidak pernah jelas saat menjelaskan membuat otakku ingin segera memuntahkan semua materi yang berusaha ku masukkan. Ini artinya aku harus belajar mendiri di rumah sepulang sekolah.

Sepertinya tak hanya aku yang mulai bosan dengan pembelajaran, terlihat Sharen malah asyik menggambar di sampul belakang bukunya menggunakan pensil, sedangkan Nova malah diam-diam asyik makan kerupuk setan yang sudah di kremes menjadi bagian-bagian kecil. Aku masih menyimak pembicaraan Pak Dono sambil menulis di buku catatan untuk bahan belajar nanti malam.

"Oke sekarang ini silakan dicatat terlebih dahulu soal untuk PR kalian," suruh Pak Dono.

Pak Dono lalu mulai menulis soal untuk kami di papan tulis. Semua siswa langsung mulai menulis, tapi tidak dengan Sharen dia seperti sedang mencari sesuatu.

"Sha, lihat pulpen ku?"

"Enggak, emang nggak ada?"

"Nggak ada, kalau ada ya masa aku cari sih. Padahal tadi cuma aku taruh di meja sini."

Aku lalu berusaha menahan tawaku yang hampir pecah, aku baru ingat bahwa pulpen Sharen di lempar Mas Aldo pas istirahat tadi.

"Kok malah ketawa sih teman kesusahan juga bukannya bantuin," tegur Sharen.

Ilusi Cinta [Selesai] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang