Sehelai demi helai ku kutip rambut rambut yang berterbangan, ku rangkai dengan tangan yang bergetar. aku begitu memahami suatu keadaan yang telah memiliki akhir namun tanpa ku sesali.
Ku hapus air mata yang tak terbendung derasnya menetes di pipi seseorang yang sudah rentan tepat di depan ku,"kenapa kamu harus menderita seperti ini nak.."dengan ringisan yang membuat hatiku menjerit, ibuku yang tau penderitaanku hanya mampu pasrah terhadap takdir,"ibu aku punya satu permintaan, aku ingin pergi ke villa dan aku menjadikan hal itu sebagai permintaan terakhirku dan mengenai sekolahku aku akan bersekolah di dekat villa" begitulah kira kira permintaanku.
Awalnya ibu menentang permintaanku namun setelah penguatan izin dari ayah mau tidak mau ibu menyetujuinya dan aku pun pergi...
Aku memiliki ketenangan di sini walupun jiwa dan hatiku masih terbawa dan luka itu masih ada di dalam tubuhku namun rasanya disini aku kehilangan segalanya dan aku memulai lembaran baruku.
..."Perkenalkan aku RAN, aku pindahan dari SMAN1 di kota Bandung". Begitulah caraku memperkenalkan diriku dengan sekolahku yang baru, aku begitu menikmati hal hal baru yang ada disini dan mencoba membahagiakan diri.
Duduk di tepi danau dekat sekolah menjadi kebiasaan fovoriteku sambil mendengarkan bait demi bait lantunan lagu di handphone ku.
Hari demi hari waktu demi waktu aku merasa keadaanku telah membaik, kesendirian ku menyembuhkan luka serta sakit yang aku derita dan lama ke lamaan aku lebih suka sendiri mengingat sudah 2 bulan aku tinggal disini namun tidak sekali pun ku miliki teman atau pun sebagainya mungkin karena aku bukanlah orang yang terlalu gampang bergaul dan tertutup hingga teman teman di sekeliling ku menganggap aku kutub.
Hari ini aku sangat bersyukur karena untuk pertama kalinya puisi yang aku buat menjadi trending topik di majalah dan aku di minta untuk memberikan hak cipta terhadap puisi ku itu, awalnya aku bimbang tapi aku harus kesana demi hobiku.
Agar tidak bosan di perjalanan menuju tempat dimana aku di harapkan datang, aku menggunakan earphone untuk mendengarkan lagu yang aku sukai, aku sangat menghayati lagu tersebut hingga aku tertidur pulas, dengan setengah sadar tempat yang sedang aku tuju terlewatkan begitu saja tapi tetap saja aku diam hingga bus itu di berhentikan seorang pria, dengan mata yang masih tergoda oleh ngatuk aku mengikuti pria itu.
Pria yang tidak asing bagiku dari penampilannya yang acak acakan dan raut wajah yang kusut dengan senyum pipi yang dalam namun hal itu tidak terhiraukan lagi oleh ku, aku masih tetap berjalan di belakang pria itu dengan tubuh yang lebih tinggi dari ku. Dia menghalangi pengelihatanku dan tiba tiba saja, ada motor yang begitu kencang di hadapanku.
Semua terasa bagaikan mimpi hingga aku terbangun di suatu tempat yang sama sekali aku tidak tau dimana dan pria tadi memberiku secangkir teh serta duduk di dekatku, seorang ran yang sangat tertutup dan tidak mudah bergaul bagaimana mungkin nyaman berada di dekat seorang pria, apalagi pria yang tidak di kenalnya.
Dengan keberanian aku pamit untuk pulang, namun anehnya pria itu hanya tertawa. Tawanya begitu keras membuat aku jadi semakin takut, dia memberi jarak padaku dan berkata "aduhh.. Deso banget sih, lo takut sama gua?" dengan logat yang kasar dan suara yang keras pria itu mencoba menjelaskan bahwa dia orang yang baik.
tetapi tiba tiba saja aku sadar satu hal bahwa dia adalah orangnya, pemilik salah satu ginjalku...
Dia berada dekat dengan ku.. Disini, namun...
kenapa aku baru menyadarinya, tuhan.. Gemuruh hatiku kian berguncang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGAGUMIMU
Teen Fiction"Jika setiap orang melihatmu dengan mata, dia melihatmu dengan hati.Jika semua menganggapmu hujan,dia menganggapmu pelangi" ••• Ini bukan hanya tentang aku dan kamu namun juga hidupku