Hari pun mejelang sore, hujan turun begitu deras.
Aku dan Al kembali ke tenda dengan candaan yang tidak henti hentinya, "Al bauk apa sih ini?"tanyaku sambil mengendus, "bau.. Ini nih"menunjukkan sepatunya Al yang terkena kotoran, "iuu.. Al jorok!" aku berlari menjauh, Al mengejar ku dengan gaya satu kaki di angkat, membuat perut ku geli.
Dia membuat tertawa ku semakin keras tidak terkendali saat dia berputar putar di tengah derasnya hujan dengan kaki satunya yang diangkat di tambah dengan nyanyian dari suaranya melengking.
Walaupun begitu, Al lah yang membuatku menyukai musik.
Al pernah bilang kalau lo lagi bosan, lo nggak mood atau lo kangen gua lo tinggal dengerin musik aja, walaupun semua tidak bisa terobatin dengan lagu setidaknya hati lo bisa tenang ran, dan mulai sejak itu aku mulai menyukai musik, bukan karena musiknya tapi karena Al bilang begitu.Derasnya tetesan hujan yang tumpah di tubuhku membuat aku memiliki banyak waktu bareng Al, bisa lihat senyum Al di setiap tetesannya, hanya ada aku Al dan cinta.
Aku mulai paham, saat ini aku jatuh cinta pada Al.
Tuhan..
Aku berharap saat saat seperti ini tidak akan berakhir.•
•
•
•Setelah menghabiskan waktu banyak hanya berdua, aku dan Al sampai di tenda.
"Yaampun Al lo nggak apa apa?" ucap kirei yang tiba tiba aja nimbul dari belakang kami, dia segera lari memberi handuk buat Al.
"Pasti lo kan ran yang ngajakin Al! Lo gilak ya ran Al lagi sakit! Kalau dia kenapa napa gimana? Lo mau tanggung jawab!"kirei membentak ku dengan suara yang begitu keras, sepertinya dia sangat khawatir dengan keadaan Al maka dari itu dia begitu marah terhadapku.Tapi..
"Tunggu.. Tunggu,Al sakit?"ucapku bertanya atas pernyataan yang membuatku bingung.
"lo berlebihan banget sih kirei"sahut Al yang mencoba mengalihkan pertanyaanku.Dan.. "duh.."Al melempariku dengan handuk.
"Ganti baju lo" cetus Al dengan logat kasar seperti biasanya.•
•
•
•Hari pun berganti malam..
Saatnya acara api unggun,"Ran ini bawakkan kayunya sana"kalimat dari ibu yang menyadarkan ku dari lamunanku.
Aku masih memikirkan tentang pernyataan yang tadi kirei katakan padaku.
"iya bu"jawabku dengan mengambil kayu yang ibu berikan.
"Sini gua bantu"kata Al merampas kayu yang sedangku pegang."Bisa nggak sih Al tidak merampas"cetusku kesal. "Merampas itu lebih enak loh ran dari pada mempertahankan"jawab Al yang mulai ngaur, "apaan sih"kekesalan ku semakin menjadi dengan jawabannya."Gua bisa tebak lo masih mikirin gua kan.. Eh maksudnya penyakit yang di bilang kirei kan?"
Aku terdiam sesaat dan Al melanjutkan perkataannya tadi, "Santai aja nggak usah khawatirin gua kayak kirei tadi,hanya karena kecelakaan kemarin membuat kirei over banget khawatirnya, anehkan?" ternyata Al merasakan keganjelan yang sama dengan ku terhadap sikap kirei.
"Al bentar deh" kirei mengejutkan ku dengan tiba tiba menarik Al.
"Huftt semakin lama semakin ajaib ya itu anak nimbul aja dimana mana" gumam ku kesal.
Aku menatap ke sebelah kananku yang kulihat ada fikri dan juga ayah yang tengah akrab dengan tawa yang menggelegar, aku jadi penasaran apa yang mereka bicarakan, aku mengendap ngendap ke sana berniat untuk mengejutkan mereka.
Namun langkah ku terhenti saat ada seseorang memegang bahu ku..
Perasaan ku sangat tidak enak, di malam selarut ini, di hutan yang sepi seperti ini, apakah ada hantu yang menjailin wanita secantik aku?
Perlahan ku lirik kebelakang, bahuku terasa sangat keram, kaki sangat menggeletar..
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGAGUMIMU
Fiksi Remaja"Jika setiap orang melihatmu dengan mata, dia melihatmu dengan hati.Jika semua menganggapmu hujan,dia menganggapmu pelangi" ••• Ini bukan hanya tentang aku dan kamu namun juga hidupku