"Jika ketulusan tak mampu menyadarkan mungkin kehilangan mampu menyadarkan"
Lagi dan lagi kecemburuan di hatiku menguasai pikiran ku, sewajarnya hati seorang wanita kala cintanya di rebut, tentu aku juga merasakan adanya penghianatan, rasa ini membuat persahabatanku dengan kirei di ujung tanduk.
•••
"Ran.. Ran.. Udah pagi nih"ibuku membangunkanku.
"hoamm.. Iya iya, ini ran.." aku memberhentikan jawaban ku saat ingatanku tentang tadi malam bermain di fikiranku.Aghh!
Aku melempar bantal kearah jenderala kamarku.Aku kesalll!
Kecewa!
Penghianatan?sampah!
Kemarahan di dalam hatiku sudah memuncak dan aku memutuskan untuk memberitau Al yang sebenarnya,
Aku ingin sekali di istimewahkan sama Al lebih dari ini, dan mungkin kalau Al tau semuanya Al akan bersamaku. Begitulah pemikiran jahat yang menghantui fikiranku.Tapi.. Aku juga tidak boleh gegabah untuk memberitahu Al karena takutnya Al mengembalikan semua yang udah ku berikan dan bla bla bla. Seperti layaknya pemikiran kadang yang jahat berbicara dan yang baik nenghentikan.
Huftt..
Ku tarik nafasku dalam dalam untuk mengawali hariku, aku berharap semoga kejadian kejadian yang seperti kemarin tidak terulang lagi.•••
Aku berangkat ke sekolah menggunakan taksi karena Al yang biasanya menjemput ku kini batang hidungnya pun tidak terlihat.
Ku jalani hari hariku seperti biasa tanpa teman satu orang pun bahkan fikri sepertinya menjauh dariku.
Tring..
Tring..
Tring..Bel sekolah berbunyi.
Aku mencoba mengecek hp ku berharap ada pesan dari Al atau pun kirei.
Setelah ku lihat ternyata ada, kirei mengirimku pesan..
"Ran, gua dan Al tunggu lo di gerbang belakang sekolah lo ya" tepat seperti itulah pesan dari kirei.Aku sangat penasaran dengan tingkah nakal yang mereka rencanakan..
Stt! Stt! Terdengar desitan di sebelah kanan ku saat aku berada di gerbang kecil sekolah belakang.
*gerbang kecil itu tempat dimana anak bandel untuk cabut
Sepertinya Al dan kirei mengajakku untuk pergi meninggalkan sekolah alias cabut. Dengan gelagat kepolosanku, aku pun pergi bersama mereka.
Kali ini kami ke suatu kebun sawo yang sangat jauh dari sekolahku, kami memanjat salah satu pohon sawo yang lumayan tinggi.
"sini sini..gua bantu"Al mengulurkan tangannya pada kirei, dia menunjukkan perhatian lebihnya kepada kirei di depanku.
Saat aku beranjak naik mereka hanya bercanda dengan tawa sebegitu mesra seperti orang yang sudah jadian, sungguh aku tidak bisa membohongi hatiku, sakit sekali rasanya di abaikan seperti ini.
"nah ni cobain deh, rasanya enakkk" lagi lagi dan lagi Al menujukkan perhatiannya pada kirei, dia hanya bercanda, berbicara pada kirei.
"lalu untuk apa mereka mengajakku kesini hanya untuk melihat kemesraan mereka, kalian tau tidak hatiku hancur patah seperti ranting ranting ini" hati ku menyampaikan keluhnya, aku melampiaskan itu semua dengan mematah matahkan ranting.
"Sudahlah hanya begini saja lebih baik aku pergi" gumamku lagi.
"Maaf ran sengaja.."kata kata Al menghentikan ku saat hendak turun, menatap senyumnya aku pun bertanya tanya "Sengaja? Maksudnya? "dengan nada sedikit emosi.
Tiba tiba saja...
"Aduhh.. Gimana nih tangan ku sakit sekali duhh.." dari atas ranting yang lebih tinggi dari aku dan Al kirei berteriak kesakitan.
Dengan sigap Al naik ke atas,"tunggu Al.."tangan ku mencoba menghentikan Al, namun Al hanya menghentakkan tangan ku sehingga aku hampir jatuh dari atas pohon yang cukup tinggi ini."Al aku ingin pulang tanganku.. Tangan ku sakit sekali"terdengar kata kata yang mengeluh dari kirei. "Yaudah gua antar lo pulang yuk"jawab Al sambil menggandeng kirei turun dari pohon, aku yang terdiam di atas batang pohon yang paling bawah tersentak saat Al menyuruhku turun,"Ran!nunggu apa sih lo, turun sana"seperti itulah kalimat yang cukup menyakitkan buatku dari Al.
"Maaf ran, lo pulang naik taksi ya, gua telphonin taksi, kasihan kirei" ucap Al dengan tangan yang menggandeng kirei, tanpa menatap ke arahku, aku hanya bisa mengangguk dengan mata yang sudah berkaca kaca.
"Al sebegitu pentingkah kirei dibanding aku?" kalimat itu sempat terlintas di fikiranku kala itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGAGUMIMU
Teen Fiction"Jika setiap orang melihatmu dengan mata, dia melihatmu dengan hati.Jika semua menganggapmu hujan,dia menganggapmu pelangi" ••• Ini bukan hanya tentang aku dan kamu namun juga hidupku