Kanker

39 2 0
                                    

Saat kenyataan memainkan perannya seketika mimpi menjadi redup..
   jika di ibaratkan cahaya, mimpi hanya cahaya dari bintang dan kenyataan adalah bulan, namun tanpa bintang cahaya di langit akan memudar..

  Mimpi yang selama ini aku rangkai menjadi impian impian kecil yang menjadi penyemangat dalam hidupku hilang seketika hanya karena satu kata dan beberapa kalimat yang melengkapinya..

______________________________________

Aku menunggu panggilan antrean dengan perasaan yang sangat takut, tapi rasa takut ini lebih kepada takut kehilangan sesuatu, yang aku nggak tau kenapa bisa merasakan seperti ini..

Tidak beberapa lama kemudian Tiba giliran ku dipanggil, aku dan ayah masuk keruangan tersebut..

"Selamat siang.. Ada yang bisa saya bantu?" ucap salah satu suster yang ada disitu.. "Iya sust, saya mau di periksa" kata ku dengan tangan yang bergetar, cucuran keringat pun berjatuhan.. "Ayo sini" ucap dokter yang membukakan tirai perawatannya..

Aku disuruh menunggu beberapa waktu, saat dokter itu tiba dia memberikan aku suntikkan, yang menurutku itu suntikkan bius

...

Aku merasa sedang terbang.. Berada di salah satu ketinggian bumi, yang mampu melihat semuanya dengan jelas, meneteskan air mataku saat melihat ayah dan ibuku tersenyum padaku, melihat kirei dan Al yang sedang kejar kejaran serta fikri dengan matanya yang berkaca kaca..

Semua terlihat jelas di depanku membuat hatiku terharu..

Setelah beberapa lama kemudian seakan akan ada yang menarik kaki ku, sehingga aku pun terjun kebawah, dengan pasrah, aku menahan sakit yang teramat sakit..

Tut...
















Tut..









Tut...





Aku terbangun disuatu ruangan..
Begitu banyak alat disini, aku melihat tubuhku juga di balut dengan beberapa alat yang berwarna warni..
Seketika tubuh ku seperti beku, sama sekali tidak bisa di gerakkan dan suaraku tidak pula terdengar..

Aku seperti bisu..

"Ada apa ini.." ucapku dalam hati sembari meneteskan air mata..
Setelah itu, aku melihat bayangan..
Beberapa suster berlarian ke arahku..
Memanggil manggil namaku, aku seperti antara sadar dan tidak..

Dan kemudian ada seseorang yang datang memberikan sesuatu yang membuat aku tertidur kembali..






Matahari begitu terang benderang mengeluarkan cahaya yang begitu menyilaukan..

Perlahan lahan ku buka mataku..

"Ayah.."kata ku dengan nada yang merintih.. "Iya nak?" tanya ayah dengan cucuran air mata.. "Ran.. Kenapa yah?" tanya ku sembari melihat sekelilingku, ada civana, ibu, ayah.. "Kamu.. Kamu.. Baik baik saja" kata ayah sembari memalingkan muka nya dan bergegas pergi..

"Tidak! Kamu tidak baik baik saja! Dia harus tau.. Dia harus tau.." ucap ibu ku dengan menangis histeris.. "Ran.. Ginjal kamu bermasalah.. Jadi dokter memfonis kamu.. Kanker ginjal" kata civana yang mencoba menjelaskan dengan terseduh seduh..

Aku..

Terkena kanker..

Aku sangat terkejut kala itu, semua seperti drama yang di mainkan aktor dalam sinetron, bagaimana mungkin bisa seperti ini..

"Berarti umurku tidak lama lagi?" tanya ku dengan begitu lemah..
"Nggak ran, masih awal.. Kamu nggak boleh nyerah" ucap ibu ku dengan histerisnya

Sungguh aku tidak tega dengan linangan air mata yang begitu deras dari mereka semua..
Aku harus memiliki tekat untuk bisa sembuh.. Demi mereka..






Hari berganti.. Seperti biasanya matahari bersinar dengan derang di pagi hari..

"Hoam" aku bagun di awal karena ingin buru buru mengecek pesan dari Al..

Namun hingga saat ini Al tidak menanyakan kabarku..

"Al.. Jika kau ingin tau kabarku, temui aku di taman baca sepulang sekolah.." pesan yang ku kirim ke Al..

MENGAGUMIMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang