"Raann.. Rann.." panggilan itu membangunkan ku dari lelapnya tidurku di siang hari.
Aku keluar dan membukakannya pintu, terlihat pria tua dengan kumis yang tebal, kulit yang seperti kuning langsat sepertinya dia mirip dengan ku.
Ku tutup pintu kamar ku kembali tanpa sadar, kembali suara itu ku dengar "Ran kenapa sih kamu, tidak biasanya ayah datang kamu abaikan begini". Ayahku adalah orang yang super duper sibuk, dia hanya memiliki waktu satu bulan selama setahun untukku, adikku dan ibuku.
Saat ulang tahun ku pun dia tidak datang tapi dia yang telah menyiapkan pesta begitu meriah yang ku tinggalkan tadi malam."kamu marah pada ayah" kata kata itu membuatku tersadar, segera aku bangkit dari tidurku dan memeluk ayahku.
Sungguh sosok cinta pertamaku selalu memberikan kehangatannya saat dia berada disisiku, aku jadi semakin bersyukur tuhan memberikanku hidup seperti ini.
Saat makan malam meja makan terisi penuh dengan keindahan sebuah keluarga, keindahan yang sudah lebih dari 3 tahun aku tidak merasakannya saat ayah di penjara karena di tuduh korupsi, adikku mengikuti pembelajaran ke malaysia dan ibuku menjalani perobatan ke singapura dengan dokter chen, hal itu terjadi di waktu yang saling bersilang serta memakan waktu yang cukup lama, saat itulah aku merasa sendiri.
Namun setelah melihat mereka di meja makan dengan tawa dan kebahagiaan membuatku sadar bahwa mereka lah kebahagiaan yang sebenarnya.
"Mbak ran tau tidak?"kata civana, civana adalah adik perempuan ku yang masih berusia 11 tahun.
"tidak.." jawabku singkat sambil melanjutkan memakan makananku.
"iiihh raaan. Jahat!" ntah apa salah ku sepertinya civana tidak suka dengan jawabanku.Hari ku pun berlalu dengan tawa yang membingkai isi rumahku.
•••
Mentari bersinar begitu terang hari ini, membangunkanku dengan teriknya lewat jendela kamarku.
Tubuh ku terasa lebih baik dari hariku sebelumnya. Aku langsung menuju kamar mandi, aku merasa sangat segar dengan tetesan air yang memancur ke tubuhku seakan akan penyakit di tubuhku hilang. Dengan sedikit nyanyian yang ku lantunkan membuat waktu mandiku menyenangkan.
Setelah mandi aku memilah milah baju yang akan aku gunakan.
*Ran seorang wanita yang memiliki perwatakan tidak terlalu tinggi, kulitnya kuning langsat, alis matanya hitam pekat dan bola matanya yang kecoklatan di sertai juga senyum pipi di sebelah kiri dan kanan*
Dengan di tambahkan make up yang tipis di wajahnya membuat ran tampak mempesona. Aura cantiknya semakin keluar, ditambah lagi dengan gaun selutut merah maron yang di pakainya membuatnya semakin anggun, dengan penuh semangat ran keluar dari kamarnya menuju meja makan.
"selamat pagi bu"aku mencium kening ibuku dengan penuh kasih sayang. "kamu mau kemana ran?" ibu menatapku dari atas sampai bawah.
Aku menjelaskan padanya bahwa setelah sarapan aku akan pergi ke rumah sakit untuk mengunjungi Al, ibu pun mengizinkan.
Waktu menunjukkan pukul 08.30 WIB. Aku segera berpamitan untuk pergi, ibuku menatapku dengan tersenyum karena tidak biasanya putri pertamanya seceria ini.
Di perjalanan seperti biasa aku mendengarkan lagu menggunakan aerphoneku, sambil ku rapikan rambutku.
Aku terkejut saat banyak rambut yang rontok ditanganku, membuat kekhawatiranku semakin meningkat."apa yang terjadi pada tubuhku" pertanyaan yang terus ku tanyakan di dalam hatiku.
Setelah melewati perjalanan yang tidak terlalu jauh, angkutan yang aku naikin berhenti tepat di depan sebuah rumah sakit tempat dimana Al di rawat.
Ku injakkan kaki ku turun sembari memantapkan langkah untuk menemui seseorang yang selalu aku rindukan, ingin sekali ku sampaikan sapaan yang membelenggu hatiku, tapi aku yakin saat bertemu denganmu aku hanya mampu tersenyum lega.
2 lantai rumah sakit itu telah ku lewati dan tibalah aku di depan ruangan dimana di dalamnya ada Al yang terbaring lemah.
Ku buka perlahan pintu yang ada di depanku...
Kalau boleh jujur..
aku sangat gugup bertemu dengannya tapi jauh di lubuk hatiku, aku bahagia."Di makan dong Al aku tidak mau kamu sakit kayak gini tauk!".
Kalimat itu...
Kalimat yang membuat langkah ku terhenti..
Tangan yang awalnya melekat di gagang pintu, terlepas begitu saja.Aku hanya berdiri di depan pintu sambil mendengar percakapan kirei dan Al di dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGAGUMIMU
Teen Fiction"Jika setiap orang melihatmu dengan mata, dia melihatmu dengan hati.Jika semua menganggapmu hujan,dia menganggapmu pelangi" ••• Ini bukan hanya tentang aku dan kamu namun juga hidupku