..Saat ayah menghampiri kami..
"Wahh.. Sangat berbeda ya bentuknya" ucap ayah membandingkan buatannya dengan buatan fikri
Ayah mengambil sendok sembari mencicipi racikan sausnya..
"Hmm.. Rasanya.." detik detik menegangkan saat ini buatku, ntah dengan fikri yang Wajahnya sedari tadi datar saja
"Enaak ini, mirip dengan buatan ayah, hanya saja kurang pedes" ucap ayah yang sepertinya memuji agar kami tidak kecewa
Tidak ada wajah senang yang ku lukiskan, namun tiba tiba saja ayah menyuapi ku dengan racikan saus itu..
Dann.. Ternyata.. Yang ayah ucapkan tadi benar, ini rasanya mirip sekali dengan buatan ayah.. Aku pun lansung menyuapin fikri.. "gimana? Enakkan?" tanya ku dengan semangat,
"Iya enak" jawaban fikri yang menjatuhkan semangatku, "uhh.. Nggak enak ya" ucap ku mengeluh, "Sini sini biar aku rasa.." sahut Al yang tiba tiba saja datang, "Nah rasa la" ucapku sembari memberi sendok yang berisi racikan tadi, "suapin dong ran" kata Al dengan nada manja, aku pun tersenyum dan sembari berkata "iya iya"..Namun saat aku hendak menyuapin Al, tiba tiba kirei datang merampas sendok yang ada di tanganku..
"Sini ran, biar aku aja" ucapnya begitu, aku pun memberikan sendok itu kepada kirei dan menjauh sedikit dari hadapan Al, Al hanya diam memandangku, tidak ada ekspresi sedikitpun di wajahnya..
"Enak kan Al, kalau aku yang suapin pasti enak" ucap kirei dengan candaan tapi Al hanya tersenyum..
"Ayo ran gua temani lo ganti baju" lagi lagi fikri mengagetkanku saat aku sedang asyik menatap Al..
"Ganti baju? Sama lo? Modus!" ucapku dengan melampiaskan kekesalanku, "ya udah sana ganti baju lo" kata fikri, "biar civana aja yang temanin" ucap civana, "yaudah yuk" ajakanku.....
Saat menuju kamar, sedikit ada perbincangan antara kakak beradik yang kurang akrab ini..
"ci sampai kapan libur?" tanya ku basa basi.. "minggu depan udah masuk kak" jawab civana.. "Ohgitu, gimana sekolahnya?" tanya ku lagi.. "Enak dong kak, Teman di asrama civana sama kayak yang di sekolah" jawab civana dengan semangat menceritakan kegiatannya yang bersekolah di luar kota
*civana adalah anak yang sangat berprestasi maka nya dulu sekolah berpredikat A tempat civana bersekolah saat ini, sekolah itulah yang meminta civana untuk bersekolah disitu
"Btw.. Masa smp gimana ya kak?" tanya civana.. "Ya.. Gitu la dek" jawabku bingung.. "Gitu? Gimana ya kak?" tanya civana lagi yang belum mengerti dengan jawaban ku.. "Kalau untuk teman temannya masa smp itu kurang menyenangkan buat kakak, dulu mereka suka ngejudge kakak dengan hal hal yang mereka tidak tau yang Sebenarnya, Contohnya sih waktu ayah dituduh korupsi cuman kak Al yang ada buat kakak dek" jawabku, "Dih kakak kok jadi baper sih.." ucap civana dengan tawanya yang keras.. "Ohiya kak, civana juga sering lo kak di judge sama teman teman hanya karena nilai civana lebih tinggi dari mereka" kata civana yang membuat suasana tambah baper.. " kenapa ya mereka selalu ngejudge orang orang seperti kita" kata ku menambahi..
Setelah di kamar, segera ku ganti seragam sekolah ku dengan baju liris liris belaster lengan panjang dengan celana jins pendek..
Dan kami pun kembali ke halaman belakang..
...
"Wahh.. roasts and black pepper sauce nya udah jadi..." kata kirei sembari menyajikannya di atas meja
"Banyak banget nih kayaknya" sambung ibu, "Kan bisa bawak pulang bu" ucap Al dengan nada polosnya membuat kami semua tertawa.."haha.. Iya iya Al bawak la" kata ayah, "makasih om, nunggu apa lagi ini?" pertanyaan dari Al yang membuat kami tertawa lagi,
Al tak henti hentinya membuat kami tertawa dengan perkataan juga di tambah dengan tingkah lakunya..
"aihh mak Al polos kali" kata kirei dengan memukul bahu Al, "Auu.. Sakit!" ucap Al dengan nada kerasnya
"yaudah yuk kita makan" kata ibu sembari membagikan piring..
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGAGUMIMU
Teen Fiction"Jika setiap orang melihatmu dengan mata, dia melihatmu dengan hati.Jika semua menganggapmu hujan,dia menganggapmu pelangi" ••• Ini bukan hanya tentang aku dan kamu namun juga hidupku