jangan salahkan aku jika senyummu yang mengakibatkan candu
Devon
••••[SATU]
LINE!
SEBUAH notifikasi khusus yang masuk dari aplikasi Line sempat mengembalikan nyawa seorang gadis berambut hitam legam itu secara dadakan. Rohnya yang tadi tengah berjalan-jalan, dipaksa masuk begitu suara cukup kencang itu terdengar nyaring di dekat telinganya.
LINE!
Dahi gadis itu berkerut tak suka karna kembali mendengar suara notifikasi yang masuk, merasa tidur berkualitasnya terganggu. Dengan mata yang masih terpejam sempurna, gadis berkulit hitam manis dengan dua buah lesung pipi sempurna di kedua pipinya nampak mengeluarkan tangannya dari dalam bedcover putihnya.
Meraba-raba tubuh seseorang yang ia yakini berada di sampingnya. Dan keyakinannya bertambah begitu tangannya mengenai sebuah rambut sedikit berjambul. Membuatnya menepuk pelan kepala seseorang yang berada di sebelahnya itu dengan gerakan yang lemah. Maklumlah, nyawanya belum sepenuhnya kembali.
"Von?" Panggil gadis itu dengan suara serak khas bangun tidurnya tanpa berniat untuk membuka matanya.
Tak ada sautan dari orang di sebelahnya. Semakin sadar, semakin kembali pula indra pendengarannya yang malah menangkap bunyi dengkuran lumayan kencang dari arah sampingnya.
LINE!
LINE!"Von?" Gadis itu kembali menepuk kepala itu begitu notifikasi terdengar lagi.
Dari dalam bedcover, gadis itu bisa merasakan bahwa orang di sebelahnya ini sedikit bergerak sembari menggeram kesal, mulai sadar walau masih enggan untuk bangun atau hanya sekedar merespon tepukan di kepalanya.
LINE!
LINE!
LINE!
LINE!"DEVON!?"
Teriaknya malas yang kini mulai menarik rambut lebat itu sekuat mungkin, membiarkan pemiliknya tersadar dari tidur pulasnya dan mulai membuka matanya dengan kening berkerut juga kepala yang mendadak pusing karna dibangunkan dengan cara kasar.
"Apaan sih, Na? Ya, Tuhan!"
Cowok tampan bernama Devon itu berkata dengan kesal, walau masih ingin tidur, namun kepalanya yang nyut-nyutan membuat bule satu itu mengurungkan niatnya.
"Apaan-apaan! Itu ponsel lo bunyi mulu! Berisik gue pusing!" Gantian gadis manis bernama Selena itu yang mengomel tak suka dan terlihat semakin merapatkan bedcovernya untuk menutupi seluruh tubuhnya.
Devon yang sudah terlanjur segar akhirnya memutuskan untuk bangun sesudah mengibaskan bedcover tebal yang semalaman ini membalut seluruh tubuhnya. Dengan posisi duduk, Devon mulai menyadari keadaan sekitarnya kalau ini bukanlah apartementnya.
Cowok itu menggeram, sudah ke berapa kalinya ia selalu salah masuk apartment?
Tangannya mengacak rambutnya frustasi disertai wajah kusut dengan hiasan dahi berkerut dan rambut bekas jambakan brutal Selena yang terasa nyut-nyutan. Namun cowok tampan, tetap akan selalu tampan bagaimanapun situasi dan kondisinya.
Sesudah menyadarkan dirinya seratus persen, tangan kokohnya dipergunakan untuk meraih ponsel yang berada di bawah bantalnya, matanya segera dipertemukan dengan banyaknya chat Line yang masuk dari pengirim yang berbeda-beda.
KAMU SEDANG MEMBACA
As If It's Your Last
Romance[#1 in BFF - 9 Mei 2018] Selena dan Devon. Dua makhluk ciptaan Tuhan yang tak pernah terpisahkan. Banyak yang bertanya-tanya mengapa kedua orang itu dapat bersahabat akrab, bahkan tak sedikit yang mengira mereka berdua memiliki sebuah hubungan. Na...