"" apa meminta sebuah keadilan dalam hidup adalah sebuah kesalahan ? "
.........
Jin menghela nafasnya lalu tersenyum tipis, ditatapnya sosok yoongi dan juga jungkook yang tengah menatap penasaran ke arahnya.
Jemari jin terangkat dan jatuh sempurna di surai kecoklatan milik jungkook . Jin mengusapnya lembut lalu pandangan namja itu berubah menjadi kosong.
" aku hanya seorang anak tunggal di sebuah keluarga yang bisa dikatakan berkecukupan. Hidupku dulu bisa dikatakan sempurna. Ku pikir kau sudah mengetahui ini jungkook-ah "
Yoongi dan jungkook masih terdiam , mereka menatap mata jin yang sedikit demi sedikit terlihat berkaca kaca.
Jin tersenyum dengan lebar meskipun matanya tidak " aku masih mengingat dengan jelas bagaimana appa pulang setelah bekerja. Appa memeluk eomma mencium keningnya lalu menggendongku saat aku masih kecil. Dan merangkul bahuku sembari mengusap rambut ku disaat aku sudah semakin dewasa "
Setetes air mata itu sudah jatuh , masa lalu adalah hal paling sulit untuk merela ceritakan. Karena bisa dikatakan tak seorangpun dari mereka memiliki kehidupan yang bahagia.
Jin masih memainkan surai jungkook dengan jemarinya yang terlihat bergetar. Jungkook mengusap lengan jin dengan begitu lembut sementara yoongi hanya teraenyum menatap dongsaengnya yang satu itu.
" eomma dinyatakan menderita kanker darah saat aku duduk di bangku SMP. tapi appa ku tak berubah. Ia begitu merawat dan menjaga eomma. Dia masih memeluk eomma saat eomma merasakan sakit. Dan aku ? Aku juga merasa bahwa mereka baik baik saja "
Yoongi tersenyum mengerti, ia juga kehilangan ibunya karena sakit. Jadi ia sedikit mengerti bagaimana kehidupan jin saat itu.
" aku hanya terlalu percaya pada appa sampai tidak sadar kalau appa mulai berubah "
Jin melangkah memasuki rumahnya dengan wajah yang terlihat lelah. Ya hari ini namja itu ada kelas malam mengingat waktu kelulusannya semakin dekat. Sebentar lagi ia akan masuk ke tingkat high school yang selama ini ia nanti nantikan.
Beberapa maid berlari menghampiri jin dan mengulurkan tangan untuk membawakan tas majikannya itu. Jin tersenyum lalu menggeleng " eomma eodiseo ? "
" beliau ada di kamarnya tuan muda "
Mendengar itu, jin bergegas ke kamar dan membuka pintunya. Ia mendapati eomma nya tertidur dengan wajah pucat pasi yang membuat jin meremas blazer seragamnya dengan perasaan takut.
" eomma. Eomma ireona "
Setelah guncangan lembut di tangan Kim Hye rin , yeoja itu membuka matanya perlahan. Pandangan yeoja itu begitu sendu. Hye rin berusaha menggenggam jemari jin namun tangannya terasa terlalu lemah.
Jin lekas lekas menggenggam jemari kurus ibunya dengan begiti erat. Setitik air mata jatuh kala jin merasa tangan itu begitu dingin dan juga rapuh " eomma kenapa tanganmu begitu dingin ? "
" putraku. Kau sudah pulang ? Bagaimana sekolahmu ? " jin lekas lekas mengecup punggung tangan ibunya dengan gerakan lembut
Bagaimana bisa hye rin menanyakan hal seperti itu padahal keadannya sedang tak baik baik saja " baik eomma "
" kau terlihat lelah . Istirahatlah sayang dan jangan memaksakan dirimu di sekolah. Bukankah anak eomma pintar . Eomma percaya kau akan lulus dengan nilai yang baik "
Jin mengangguk sembari tersenyum , diusapnya wajah sang ibu yang terlihat begitu pucat " eomma. Apa eomma sudah check up dan cemotraphy ? Kenapa eomma begitu pucat ? "
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY ? it's Real or Fake [Complete]
FanfictionSummary : Biarkan Jungkook menanyakan satu hal, Kebahagiaan itu sebenarnya nyata atau tidak? Sedari awal Jungkook tak pernah mempermasalahkan semua rasa sakit yang ia terima dari Min Yoongi. Karena ia sudah terlampau bersyukur kakak tirinya itu ma...