“We’re over.” Jinyoung kemudian berbalik dan pergi meninggalkan Jihoon sendiri.
Sebelum semakin menjauh, Jihoon meraih tangan Jinyoung untuk menghentikan langkah Jinyoung. Saat berhasil meraihnya, dengan satu sentakan kuat Jinyoung menepisnya kasar, genggaman Jihoon langsung terputus.
“Don’t touch me, you, son. of. a. bitch.” Ucapnya dingin dan penuh penekanan.
Kemudian dia pergi meninggalkan Jihoon yang terduduk sendiri dan menangis tersedu-sedu sambil menepuk dadanya yang terasa sakit.
Jinyoung langsung berlari menuruni tangga dan memilih untuk pergi ke uks. Saat dalam perjalanannya ke uks, bel masuk berbunyi. Dia mengirim pesan ke Haknyeon dan bilang kalau dia sedang sakit jadi dia di uks. Sebenarnya ini hanya alasannya saja, karena sesampainya di uks, Jinyoung merebahkan badannya dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Benar-benar ia tutupi sampai kepalanya.
Jinyoung perlahan kehilangan kesadarannya dan tertidur pulas. Lama dia tertidur, sampai seseorang masuk ke ruang uks sambil menjinjing tas milik Jinyoung. laki-laki itu menyibak selimut yang menutupi tubuh Jinyoung, dan mendapati Jinyoung yang masih tertidur pulas.
“Jinyoung-ah, bangunlah.. sudah waktunya pulang.” Ucap laki-laki itu sambil menepuk pipi Jinyoung pelan.
Jinyoung menggeliat dan melenguh karena merenggangkan otot-ototnya. Perlahan matanya terbuka, menampilkan sosok laki-laki tinggi dan kurus yang telah membangunkannya.“Oh, Guanlin. Kenapa disini?” tanyanya masih setengah sadar.
“Menurutmu?” sambil memperlihatkan tas milik Jinyoung. “Apa kau sakit?” sambungnya. Dia mengangkat tangannya dan meletakkannya di dahi milik Jinyoung.
“Ah tidak, aku hanya bolos.” Ucapnya.
“Tapi kau terlihat pucat. Apa sudah makan?” tanya Guanlin.
Ah benar, Jinyoung seharian ini belum makan, karena istirahat pertama dia habiskan di atap dan kemudian tertidur sampai pulang. Jinyoung hanya menggeleng sebagai jawaban ‘belum’.
“Ck, dasar! Mau aku temani makan?”
“Thanks, tapi aku makan dirumah saja.”
“Yasudah kalau gitu pulang bareng aja.”
“Bukannya kamu dijemput?”
“Iya, tapi kan aku bisa antar kamu pulang.”
“Ey, rumah kita kan beda arah dan jaraknya jauh."
“Gak masalah. Daripada kamu nanti kenapa-napa. Kamu sekarang pucat banget, belum makan seharian dan harus naik bus. Kalau kenapa-napa gimana?”
Di sisi lain, ada seseorang yang mengintip dari balik ruangan uks. Sosok mungil itu, Park Jihoon. Dia benar-benar merasa bersalah sampai tidak tahu harus memulai dari mana untuk minta maaf. Dia semakin khawatir saat mengetahui Jinyoung yang terlihat kurang sehat.
Setidaknya ada Guanlin, pikir Jihoon. dia kemudian menghembuskan napasnya dengan berat dan berjalan pergi.
--
“Oh, c’mon! Temani aku ya? Aku traktir deh, ya?” pinta Guanlin, mereka saat ini berada di dalam mobil dan sedang dalam perjalanan pulang, tapi Guanlin meminta Jinyoung untuk menemaninya makan ayam pedas favorit Guanlin.
Jinyoung menyipitkan matanya, memandang curiga ke Guanlin. “Sebenarnya ada apa sih?” tanyanya.
“Curiga mulu perasaan. Ada temen baik mau traktir juga.” Balas Guanlin, dia langsung mengalihkan pandangannya keluar jendela.
“Yah, gitu aja marah.” Ucap Jinyoung. dia kemudian menepuk pundak Guanlin, yang ditepuk berbalik. Jinyoung mengepalkan tangan dan mengayunkannya, seperti mengerti akan permainan yang Jinyoung mulai, Guanlin pun ikutan.
“rock paper scissor, SHOOT!”
Secara bersamaan, Guanlin mengeluarkan kertas dan Jinyoung mengeluarkan gunting, membuat Jinyoung menang.
“Yes! Yang kalah traktir nonton!” serunya.
“What? No! Kau tadi tidak bilang apapun.” Bantah Guanlin.
“Oh ayolah! The Death Cure, ya? Ya?” belum sempat Guanlin menjawab, mobilnya berhenti di depan restauran ayam.
--
Jihoon sekarang berada di tempat les, dia tidak dapat memfokuskan pikirannya pada soal matematika yang sedang dia kerjakan sekarang. Pikirannya melayang jauh memikirkan seseorang yang mengisi hari-harinya kemarin.
“Hoon, udah dikerjain belum?” tanya Hyunseob tanpa melihat Jihoon. Merasa tidak ada jawaban, Hyunseob mendongakkan kepalanya yang semula fokus pada rumus matematikanya. “Lah, ngelamun dia.”
Dia kemudian menyenggol siku Jihoon pelan, berusaha menyadarkan lamunannya. Jihoon pun terlonjak kaget. “Eh, ada apa?” tanyanya.
“Itu soal udah dikerjain belum?” tanya Hyunseob.
“Hah?” tanpa menjawab, Hyunseob hanya menunjuk papan tulis yang bertuliskan beberapa soal matematika.
“Ga dikerjain ga bisa pulang loh.” Ucapnya.
“Seobie.. contekin dong..”
Terlihat beberapa anak maju untuk mengumpulkan tugas mereka kemudian berjalan keluar kelas dan pulang. Jihoon juga mulai panik.
“Di foto aja deh, aku mau pulang. Woojin udah nungguin di luar. Maaf ya Hoon.” Ucap Hyunseob.
“Gapapa, makasih ya hehe.” Ucap Jihoon kemudian mengambil ponselnya untuk memfoto jawaban Hyunseob.
“Eh btw Jinyoung ga jemput? Tadi dia ga nganter juga kan?” tanya Hyunseob.
“Ha? Engg, enggak. Dia lagi sibuk gitu jadi sendirian deh.” Jawabnya beralasan.
“Oh gitu. Udah kan? Kalau gitu aku duluan ya.
“Iya, hati-hati ya~” dan kemudian Jihoon menyalin jawaban Hyunseob dengan cepat.
Setelah menyelesaikan tugasnya, dia berjalan keluar kelas dengan gontai. Dia berdiri di depan vending machine dan saat dia akan memasukkan uangnya, seseorang memanggilnya.
“Jihoonie!” panggil seseorang. Jihoon menoleh kesamping kanan dan kiri.
“Park Jihoon!” Jihoon masih mencari sumber suara, dan setelahnya dia terkejut saat menyadari siapa pemilik suara yang telah memanggilnya tersebut.
“M—Mark?”
•••
Mark ngapain ya kesini?
Satu persatu masa lalu nya jihoon dan jinyoung akan segera terungkap! Jadi, ikuti terus ya~
See ya on the next chapter aka next week ofcBtw itu ada work baru ttg winkdeep juga monggo di cek~
Kalau suka jan lupa di vote yaa~
Jan lupa vomment di ch ini ya~~Alt er love
💙💙💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Of The Past // Winkdeep
Fanfiction[Completed] When you're in love with someone, do you still care about his past? ... .. . Warn: bxb, bl, yaoi, winkdeep ... .. . © Bumblebaenim 2018