Ch 32

1K 103 41
                                    

"The admissions committee at New York University has carefully considered your application and supporting credentials, and it is with regret that I must inform you that we are unable to offer you admission to one of our NYU campuses this year.

"I hope that you are able to put this decision in proper perspective. Thank you for your interest in NYU. I wish you the very best in your future academic pursuits."

Jinyoung yang ikut membacanya hanya berdiam, melihat Jihoon yang tidak menampilkan ekspresi apapun. Setetes air mata jatuh membasahi rejection letternya, Jinyoung yang mengetahui itu langsung memeluknya.

"I'm sorry baby." Ucap Jinyoung mengelus punggung Jihoon dan mengecup puncak kepalanya.

Jihoon mendongakkan kepalanya, menatap Jinyoung yang memperlihhatkan raut wajah khawatir. "No, it's okay." Jawabnya. Dia memberikan seulas senyum manis.

"It's okay to be sad-"

"but I'm not. I'm fine." Jihoon semakin mengeratkan pelukannya, "as long as you are here, beside me."

Jinyoung kembali mengecup puncak kepala Jihoon dan berkata, "always."

Jihoon menatap Jinyoung yang perlahan mendekatkan wajahnya, saat jarak mereka tinggal seinchi, cacing di perut Jihoon mengeluarkan bunyi, "Umm.. I think we should eat first." Ucapnya sambil memegang perut dan tersenyum malu.

Jinyoung tertawa pelan dan menggelengkan kepalanya, gemas melihat tingkah Jihoon.

--

Seorang laki-laki tampak sibuk memainkan ponselnya di tengah keramaian cafe Coffee Bean favoritnya. Dia kembali melihat pesan terakhir seseorang yang akan ditemuinya, dia bilang dia masih di jalan. Sambil menunggu, dia membuka twitter untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Larut dalam twitter, laki-laki itu tidak sadar pemuda yang ditunggunya telah datang dan duduk tepat di depannya. "Ehm." Kodenya namun tidak mendapat respon darinya.

"Guanlin." ucap pemuda itu dingin.

"Oh, Jihoon hyung, kau sudah sampai." Ucap Guanlin kaget. Dia mematikan ponselnya dan menaruhnya di samping minumannya.

Jihoon menyesap minumannya dan berkata, "Cepat katakan."

"I'm sorry." Ucapnya sambil menunduk, takut untuk menatap Jihoon.

"Menurutmu, apa salahmu?" tanyanya dingin.

"Aku, emang nggak pantas buat dimaafkan. Aku bersalah dan aku menyesal atas semuanya." Ucap Guanlin. kali ini dia memberanikan diri menatap Jihoon. Saat tangannya ingin meraih milik Jihoon, dengan cepat Jihoon menepisnya. "Tapi, semua orang berhak buat mendapatkan kesempatan kedua bukan?"

Pertanyaan Guanlin membuat dirinya sedikit melunak. Benar, Guanlin memang berhak mendapatkan maaf dari Jihoon. toh juga, hubungan nya dengan Jinyoung sudah membaik.

"Aku berjanji tidak akan mengulangi ini lagi. Aku memang gelap mata dan sangat kekanakan saat itu. Aku sekarang sangat menyesal, hyung." Ucap Guanlin.

Jihoon mencoba melihat keseriusan dari tatapan Guanlin yang ditunjukan padanya, dan dia dapat melihat itu. Namun, dia belum tau apakah dia dapat memaafkan Guanlin dan dapat bersikap seperti sebelumnya. Setelah menghembuskan napas kasar, dia menutup mata dan menganggukkan kepalanya.

Guanlin yang belum mengerti pun bingung dan bertanya, "Kenapa hyung?"

"Aku maafkan." Ucapnya singkat.

"Benarkah?" tanya Guanlin ragu.

"Hm."

"Hyuuunng~ serius dong.." ucap Guanlin sambil mengayunkan tangan Jihoon dan beraegyo.

Shadow Of The Past // WinkdeepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang