Ch 22

755 101 7
                                    

Setelah Jiejie pulang kembali ke China, Jinyoung dan Guanlin menjadi semakin dekat. Mereka beberapa kali menghabiskan waktu bersama. Jihoon juga sudah mulai ikut bimbel bersama Hyungseob. Beberapa minggu lagi ujian kelulusan, Jihoon benar-benar sangat mempersiapkannya. Dia belajar dengan sangat rajin dan tidak lupa mengingatkan Jinyoung juga untuk belajar sepertinya.

Hari ini karena Jihoon ada bimbel, Guanlin mengajak Jinyoung untuk main ke rumahnya dan Jinyoung tidak menolak. Saat di rumah Guanlin, mereka bermain basket di halaman belakang untuk beberapa saat. Setelahnya, mereka beristirahat di kamar Guanlin.

Guanlin duduk di balkon kamarnya, sambil melihat pemandangan di sekitar rumahnya. Sedangkan Jinyoung, dia berkeliling melihat-lihat sekitar kamar. Pandangannya berhenti pada deretan vinyl yang tersusun rapi. Dia menarik salah satu CD yang berwarna hijau berjudul “The Perks of Being A Wallflower Original Soundtrack”.

“Holy moly! Guanlin-ah!” seru Jinyoung sambil memamerkan apa yang ditemukannya.

Guanlin yang sedang melamun terkaget dan menoleh ke sumber suara, “what?” tanyanya. Setelah mengerti apa yang Jinyoung maksud, Guanlin tersenyum dan berkata, “I know right!”

Jinyoung kemudian memainkan vinyl di record player pemberiannya, saat vinyl itu memainkan Come On Eileen Guanlin langsung memasuki kamarnya dan menari bersama Jinyoung.

“Ah this song is never getting old.” ucap Guanlin.

“So do the novel.” Balas Jinyoung.

Toora loora toora loo rye aye

And we can sing just like our fathers

Come on Eileen, I swears what he means

At this moment, you mean EVERYTHING~

Mereka menyanyikan bersama-sama lagu itu dan menari bersama.
“Kamu dapat vinyl itu dari mana?” tanya Jinyoung.

“Tanteku yang ada di LA. Dia tau aku sangat terobsesi dengan The Perks of Being A Wallflower dan memberiku itu.” Jawabnya. “Gimana kalau kita nonton filmnya lagi?” sambungnya.

Dan kemudian mereka menonton film favorit mereka bersama. Mereka sangat hafal apapun yang ada di film itu bahkan sampai dialognya. Mereka tertawa, kesal dan hanyut dalam film tersebut.

Petang menjelang, Jinyoung belum menunjukan anda untuk pulang, dia masih betah menghabiskan waktu bersama Guanlin. Guanlin pun akhirnya pamit untuk mandi, sembari menunggu dia selesai, Jinyoung kembali melihat-lihat.

Kegiatannya terhenti saat Jinyoung menemukan album foto yang berada di meja belajar Guanlin, dia tersenyum dan duduk di bangku sambil melihat-lihat album tersebut. “Ah I remember this!” serunya pada diri sendiri saat menemukan foto dirinya dan Guanlin dalam balutan seragam SMP.

Dia terus melihat halaman demi halaman dan memperhatikannya satu persatu, sampai pandangannya jatuh kepada sebuah foto yang memperlihatkan 4 orang anak laki-laki tengah berpose bersama sambil bergaya ‘peace’. Terlihat juga tiga buah sepeda disamping masing-masing anak tersebut.

Jinyoung memfokuskan pada satu anak yang berada di tengah, dia terlihat sangat tidak asing. Bukan hanya dia, melainkan seluruh anak yang berada di dalam foto tersebut. Anak itu kurus, dengan mata elangnya yang tajam meihat ke kamera, mengembalikan ingatannya pada beberapa tahun silam.

“Dong.. Bin.. Justin.. Mark.. dan Gembul?” ucapnya pelan. Ditatapnya baik-baik laki-laki yang dia sebut gembul itu, senyumannya yang merekah di foto itu membuatnya terlihat sangat familiar di kehidupannya saat ini. Dia melihat bagaimana senyumnya merekah dengan lengannya melingkar di pinggang dan kepala yang disenderkan di bahu temannya yang Jinyoung sebut Justin itu dengan Justin yang juga tersenyum dan memegangi sepedanya.

Shadow Of The Past // WinkdeepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang