Empat

234K 17.8K 1.1K
                                    

Setelah sampai di rumahnya, Aidan mempersilahkan Angel untuk masuk. Sudah biasa jika Aidan mengajak Angel ke rumahnya. Rumah Aidan sendiri selalu sepi lantaran kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan adiknya lebih sering tinggal bersama neneknya. Jadilah Aidan tinggal sendirian di rumah sebesar itu. Tidak sepenuhnya sendiri karena ada asisten rumah tangga yang bekerja dari pagi sampai sore. Ada juga Raffa dan Juna yang sering mampir menemani Aidan. Tidak masalah bagi Aidan yang ditinggal sendirian. Posisinya memberikan banyak kebebasan yang tidak akan diganggu oleh siapapun. Membuatnya bebas melakukan yang ia suka. Lagi pula Aidan tidak betah di rumah, Aidan lebih menghabiskan waktu di luar bersama teman-temannya terutama Raffa dan Juna.

"Mau gue buatin minum?" tawar Aidan yang tengah bersandar di sofa ruang tamu. Angel duduk di samping Aidan, bersandar di bahu kanan Aidan dan tangan Aidan tidak berhenti mengusap lembut pipi Angel. Angel menggeleng sebagai jawaban dari tawaran Aidan.

"Aidan mau minum? Biar Angel yang buatin buat Aidan deh." Angel justru membalikan tawaran Aidan.

"Nih anak, udah cerewet lupa diri pula. Di sini Lo yang tamu, harusnya Lo yang diperlakukan seperti putri," gemas Aidan menarik pipi Angel kuat-kuat dengan mengapit kulit pipi angel menggunakan ibu jari dan telunjuknya. Capitan Aidan yang terlalu kuat membuat Angel memekik kesakitan. Tangannya memukul lengan Aidan agar segera terlepas.

Angel mengembungkan kedua pipinya. Tatapannya jatuh tepat di kedua mata Aidan yang menatap lurus ke arahnya. Raut kekesalan terlihat dengan jelas di wajah Angel.
"Aidan jahat sama Angel, sakit tau. Aidan mahh......" Angel mengusap pipinya yang pasti memerah akibat perbuatan Aidan.

Aidan mendekatkan wajahnya ke wajah angel. Pergerakan Aidan yang secara tiba-tiba itu membuat Angel langsung menarik kepala agar menjauh dari wajah Aidan. Tidak berhenti, Aidan terus memajukan wajahnya mendekati wajah Angel. Sama hal nya dengan Angel, semakin Aidan maju, semakin mundur pula Angel hingga Angel nyaris terjatuh jika saja Aidan tidak melingkarkan tangannya di pinggang dan menahan punggung Angel.

"Kenapa mundur?"

Angel menggigit bibir bawahnya.

"Aidan nyeremin kalau terlalu dekat, Angel takut. Lagian Aidan ngapain deket-deket Angel kayak gitu?" sahut Angel
Aidan menghela napas, ia menarik tubuh Angel untuk duduk dengan tegap.

"Mau ngobatin pipi lo," bisik Aidan membuat bulu kuduk Angel meremang. Detik berikutnya Angel merasakan Aidan mencium pipinya, tepat di bekas tarikan tangan Aidan tadi yang membuat Angel kesakitan di pipi.

"Maaf, tadi gak maksud nyakitin lo. Apa masih sakit pipinya hm?" tanya Aidan tepat di wajah Angel. Telapak tangannya membingkai wajah Angel. Sapuan lembut ibu jari Aidan mendarat di pipi Angel yang sudah tidak semerah tadi.

"Gak papa, udah gak sakit kok pipinya kan udah diobatin sama Aidan," seru Angel begitu ceria. Aidan yang gemas dengan tingkah kekasihnya langsung mengacak-acak rambut Angel.

"Aidan!!!" kesal Angel sembari menata rambutnya kembali.

"Gerah, gue mau mandi. Lo tunggu di sini dulu gak papa?"

"Kalau nunggu di dapur gimana? Biar Angel buatin Aidan sarapan," usul Angel. Angel memang sudah biasa memasak di rumah Aidan jika Aidan mengajaknya ke situ. Bukan masakannya yang sulit dibuat. Biasanya hanya mie instan, telur goreng, atau masakan-masakan cepat saji lainnya.

"Terserah mau ngapain, anggap aja ini rumah lo sendiri," sahut Aidan seraya bangkit menenteng jaket dan ponsel dalam genggamannya.

"Aidan mau dimasakin apa sama Angel? Bilang aja, Angel pasti buatin" seru Angel saat Aidan sudah menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua. Langkah Aidan terhenti, tubuhnya berputar seratus delapan puluh derajat menatap angel yang menunggu jawabannya.

The Lady KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang