"Aidan! Tungguin gue!" Seru seorang perempuan yang berlari di belakang Aidan dengan kesusahan lantaran high heels yang ia kenakan.
Aidan mengabaikan seruan itu. Ia tetap berjalan menyusuri lorong kampus sembari menikmati rokok yang terselip di antara jari telunjuk dan jari tengahnya.
"Aidan gue mohon berhenti! Gue mau ngomong penting banget!" seru perempuan itu dengan terus berusaha mensejajarkan langkanya dengan Aidan.
"Arghhhhhh"
Karena kurang hati-hati, perempuan itu terjatuh akibat heelsnya sendiri. Mendengar pekikan itu, Aidan menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya menatap perempuan yang tengah mengusap kakinya yang kesakitan."Apa lagi?!" sarkas Aidan tidak suka. Cowok itu menyisir rambutnya ke belakang dengan sela jarinya.
"Gue mau ngomong, Lo tega banget sih sama cewek. Harusnya Lo berhenti dan dengerin gue," ketus perempuan itu.
Perempuan itu adalah Andin, satu dari sekian banyak perempuan yang jatuh hati pada Aidan setelah aksi Aidan yang memberikan perhatian lebih dan setelah mendapatkan hatinya, perempuan itu dihempas begitu saja."Kalau gue nggak mau berhenti, artinya gue nggak mau ngomong sama Lo. Berhubung gue lagi senang karena Lo kesakitan, gue kasih Lo waktu lima menit," ujar Aidan tenang. Tubuh jangkungnya bersandar di tembok.
"Lo nggak punya hati, harusnya Lo minta maaf dan bantu gue----"
"Empat menit lagi, buruan!"
Andin berdiri, menepuk pelan ujung dress yang ia kenakan untuk membersihkan debu-debu yang melekat. Dengan menahan sakit di kakinya, Andin berusaha untuk berdiri tegap.
"Maksud Lo apa hah ninggalin gue begitu aja setelah apa yang gue lakuin buat Lo!" Geram Andin.
Aidan menaikan sebelah alisnya lantaran bingung.
"Perjelas, males mikir keras" ujar Aidan lalu melempar rokoknya ke tempat sampah. Cowok itu melipat tangannya di dada dan menatap malas ke arah Andin.
"Lo pura-pura bego atau emang bego? Lo deketin gue, kasih harapan ke gue buat jadi cewek Lo. Lo bersikap manis ke gue saat Lo tahu posisi gue adalah pacar Leo. Tapi Lo tetap aja deketin gue. Lo nyuruh gue milih antara Lo sama Leo. Demi Lo, gue putusin Leo. Dan ini balasan Lo? Lo mau ngilang seenak Lo sendiri?"
Andin memegang dadanya, mengatur napas yang begitu memburu.
"Terus?" Aidan menaikan sebelah alisnya.
"Terus? Lo harusnya mikir---"
"Males, ngerti?!" Potong Aidan cepat.
Andin menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang Aidan perbuat padanya. Sikap manis Aidan beberapa hari ini ternyata hanya sampah tidak berguna. Dan bodohnya Andin, termakan kata manis Aidan yang sudah mendapat predikat the lady killer itu.
"Lo nggak ada merasa bersalah gitu? Harusnya setelah gue mutusin Leo, Lo jadiin gue pacar. Karena alasan gue mutusin Leo itu Lo, Aidan Alexander!"
"Kayaknya disini Lo yang salah deh. Lo ngambil kesimpulan sendiri dan berharap lebih sama gue. Satu! Gue enggak nyuruh Lo mutusin Leo. Dua! Gue enggak bilang mau jadiin Lo pacar. Tiga! Jadi cewek enggak usah baperan, baru dibaik-baikin dikit aja minta diajak jadian" Sinis Aidan membuat Andin bungkam seribu bahasa.
"Lo---bener-bener brengsek! Ternyata benar, Lo cuma mainin hati cewek."
"Lo udah tahu siapa gue, kenapa Lo baper? Salah siapa coba?" Cibir Aidan membuat Andin mengangkat tangan ke udara hendak menampar pipi Aidan. Belum sempat telapak tangannya mendarat di sana, Aidan sudah menahannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/68360253-288-k865071.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lady Killer
Teen Fiction[ tanpa edit ] Aidan Alexander playboy, bertindak semau sendiri, dan tidak suka ucapannya dibantah. Angelina Arfina. lemah lembut, penyabar, selalu menuruti perkataan Aidan. Mereka backstreet. Yang Angel tahu tentang Aidan adalah cowok baik, peny...