Lima Belas

174K 15.4K 1.4K
                                    

Aidan melaksanakan kewajibannya untuk memberikan tempat ternyaman bagi gadisnya. Punggung lebarnya menjadi tempat berbaring Angel yang tengah membaca novel yang dibeli tadi bersama Raffa dan Juna karena Aidan tidak bisa menemani.

Aidan tetap membiarkan posisi tidak nyaman ini sampai hampir dari dua jam. Angel begitu menikmati posisi berbaring di atas punggung Aidan yang tengah tengkurap memainkan ponsel. Kebiasaan Aidan jika Angel tengah sibuk dengan bacaannya, maka Aidan akan menyuburkan diri dengan game onlinenya.

"Angel, udah dulu baca novelnya. Ajak Aidan sama yang lainnya makan, om udah delivery order buat kalian," titah David yang baru saja muncul kembali di ruang tamu tempat Aidan, Angel, Raffa, dan Juna berada.
Angel menjatuhkan tubuhnya ke karpet tempat Aidan dan dua sahabatnya tengkurap. Kini posisinya berbaring miring menghadap Aidan.

"Dan, makan dulu. Tuh om David udah beliin. Ajak sekalian Raffa sama Juna."

"Gue belum laper. Lo aja yang makan."

"Aidan ih, kalau disuruh makan susah. Tapi kalau nyuruh Angel makan paling juara. Berani nyuruh harus mau disuruh juga dong biar adil. Sekarang bangun, kita makan sama-sama. Nggak nerima penolakan atau Angel akan marah sama Aidan."

Aidan meletakan ponsel yang tadi ia genggam. Posisi tidurnya kini berubah menjadi miring menatap Angel dengan satu tangan yang menopang kepalanya.
"Coba marah, mau liat pujaan hati gue marah gimana," ujar Aidan menahan senyum geli melihat wajah Angel yang bersemu merah.

"Apaan sih, Aidan ngeselin deh. Angel marah beneran baru tahu rasa."

"Kalau marah gue tahu cara buat bikin lo nggak marah," ucap Aidan santai.

Angel memukul jidat Aidan dengan novel yang cukup tebal. Ia segera bangkit saat mendengar suara kesakitan dari Aidan.
Begitu berdiri, Angel sedikit membungkuk dan mengulurkan tangannya ke arah Aidan berniat membantu Aidan untuk segera bangkit.

"Raffa, Juna, makan dulu. Om David udah nunggu tuh di ruang makan," ucap Angel pada Raffa dan Juna yang tengah sibuk sendiri dengan ponsel dalam genggamannya.

Aidan menggandeng tangan Angel, membimbing Angel untuk ke ruang makan diikuti oleh Juna sementara Raffa masih tengkurap manis di lantai sembari menatap ponselnya.

"Dan, Raffa tuh!" ujar Angel menarik pelan lengan Aidan. Pandangan cowok itu jatuh ke raffa yang nampak asyik sendiri dengan ponselnya.

"Bentar."
Aidan melepaskan genggaman tangannya dan jongkok di samping Raffa. Keberadaanya sepertinya tidak disadari oleh Raffa. Dengan gerakan tiba-tiba, Aidan merebut ponsel milik Raffa membuat Raffa kaget dan berusaha meraih kembali ponselnya.

"Balikin Dan! Privacy gue itu!" protes Raffa. Usahanya untuk merebut kembali ponsel miliknya tidak membuahkan hasil. Aidan terlalu gesit untuk menghindari jangkauan Raffa.

"Masih aja stalking mantan. Udah tahu nyesek," cibir Aidan kala melihat layar ponsel Raffa yang menyuguhkan profil Julia.

"Berisik Lo! Suka-suka gue lah," ketus Raffa.

"Yaelah Raf, hari gini masih mikirin mantan? Mantan lo sehebat apa sih sampai lo udah disakitin masih aja ngarepin. Cewek di dunia banyak, jangan stuck ke satu cewek kecuali cewek itu benar-benar pantas," ujar Juna menatap ke arah Raffa. Raffa memutar bola matanya dengan jengah.

"Raffa gagal move on toh. Badan gede, mukanya sangar abis, ternyata bisa galauin mantan juga," kelakar Angel yang langsung mendapatkan pelototan dari Raffa.

"Untung lo pacarnya Aidan, kalau bukan udah gue pacarin, Ngel" sinis Raffa.

"Dengerin gue. Udah nggak zaman nunggu yang nggak ada kepastian. Sekarang zamannya nyari yang diajak berjuang bersama," pesan Aidan. Raffa mengangguk setuju. Ia selalu meyakinkan diri untuk move-on. Namun selalu saja ia dihantui bayang-bayang Julia. Bagaimanapun juga banyak kenangan manis yang sudah dilalui bersama perempuan itu.

The Lady KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang