dua puluh lima

153K 15K 5K
                                    

Malam yang begitu sepi membuat Angel teringat waktu yang pernah ia habiskan dengan seorang cowok yang membuatnya bahagia saat merasakan dicintai sekaligus seorang cowok yang membuatnya terluka saat dikhianati. Banyaknya waktu dalam kenangan manis yang sudah ia lalui bersama Aidan membuat Angel sulit untuk menghapus nama Aidan dari hatinya.

Ada banyak yang Angel rindukan ingin mengulang kembali. Terutama senyum yang jarang terbit di bibir mantan kekasihnya.

Hati Angel mencelos saat mendengar gelak tawa sepasang kekasih yang tengah berada di kamar yang tak jauh dari tempat Angel saat ini. Angel berada di ruang keluarga yang berhadapan dengan kamar Raisya.

Dari posisinya duduk Angel bisa mendengar dengan jelas suara manja Raisya dan suara berat Aidan yang pasti tengah menggodanya. Angel memejamkan mata. Ada beban berat yang menghimpit dadanya.

"Dari tadi lo nggak makan, udah bosan hidup?"
Angel mendongak untuk memastikan siapa yang berkata sedemikian padanya. Rupanya Braga yang mengatakan. Cowok itu duduk di sofa yang berbeda dengan Angel sambil membawa mangkuk yang bisa Angel tebak isinya adalah mie instan. Tercium dari aroma yang menguar.

"Angel belum lapar. Mas Braga kalau mau makan, makan aja," ujar Angel lalu memencet tombol di remote. Mengganti-ganti channel TV yang menurutnya cocok untuk ditonton disaat suasana hatinya seperti sekarang.

"Masih aja nahan di mantan? Mantan lo udah bahagia sama yang lain dan lo di sini masih ngarepin dia? Makan ati!" ketus Braga.
Angel menatap lekat ke arah kakak angkat yang sudah ia anggap layaknya kakak kandungnya. Gadis itu tidak berkedip. Ada rasa rindu yang tiba-tiba menyelinap masuk tanpa permisi ke relung hatinya. Rindu pada sosok Braga yang dulu memperlakukan lembut penuh kasih sayang padanya.
Kemana perlakuan Braga pergi? Angel ingin perlakuan lembut itu kembali. Membantunya keluar dari jurang kepedihan. Kepada siapa lagi Angel meminta jika bukan pada Braga?

"Mas Braga sebenarnya baik. Cuma baiknya tertutup emosi. Angel ada salah sama mas Braga? Kalau ada, Angel minta maaf. Salah nggak kalau Angel minta mas Braga kembali ke mas Braga yang selalu ada dan jagain Angel?"

Braga terdiam. Kunyahan yang sudah lembut segera ia dorong masuk menuju kerongkongan. Sejenak ia melirik ke arah Angel. Hanya beberapa detik saja karena Braga tidak mempunyai hati yang kuat untuk menatap Angel yang dikabuti luka di matanya.

"Aidan," gumam Angel lirih saat mendengar suara tawa Raisya diikuti tawa yang diselingi seruan menyebut nama Aidan. Rasanya sangat sakit. Biasanya Angel lah yang menyebut nama Aidan saat Aidan bertingkah yang menurut Angel menyebalkan.

"Anggap aja nggak dengar," titah Braga dengan memasang wajah datarnya.

"Angel mau ke kamar dulu. Nanti tolong TVnya dimatiin."

"Makan dulu. Gue tadi juga bikin mie goreng. Buat Lo aja daripada nggak ada yang makan. Nggak usah kegeeran. Gue nggak niat buatin itu mie buat lo," ujar Braga.
Dalam hati Angel merutuki sikap Braga. Angel tahu jika Braga peduli padanya. Namun selalu saja Braga bersikap ketus dan tidak peduli padanya. Angel heran apa susahnya jujur?

"Makasih, Angel ke dapur sekarang."

"Selesai makan cuci piringnya sendiri jangan ngandelin orang lain."

"Iya nanti Angel cuci sendiri."

Angel melangkah meninggalkan Braga menuju ke arah dapur. Begitu sampai di dapur ia segera mengedarkan pandangan mencari keberadaan mie goreng yang dikatakan oleh Braga. Netranya menatap piring yang diisi mie yang ditemani telur dan sayuran hijau. Angel segera mengambilnya dan membawa ke meja makan.

The Lady KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang