Aidan melempar buku dengan ketebalan nyaris menyentuh angka lima ratus ke arah ranjang. Ia kembali sibuk mencari beberapa buku yang akan ia gunakan untuk menjadi bahan referensi tugas mata kuliah yang tengah ia tempuh di salah satu universitas swasta ternama.
Di kamar Aidan ada sebuah rak buku lumayan besar tempat Aidan menyimpan berbagai buku yang ia beli. Bukan sekedar untuk koleksi, semua buku yang Aidan beli pasti ia baca sampai habis. Jika isinya menarik pasti akan Aidan baca ulang.
Bingung dengan bagaimana Aidan membagi waktunya antara kuliah di dua tempat yang berbeda, belajar, menuruti kesenangannya, memberi pelajaran pada orang-orang yang menyakiti Angel, dan tentunya waktu untuk Angel.
Sangat mudah bagi Aidan membagi waktu. Jadwal kelas Aidan di kampus yang satu sangat bagus, sesuai harapannya. Disaat angel sedang ada kelas, Aidan akan berangkat ke kampus yang satunya. Aidan tidak takut meninggalkan Angel saat angel ada kelas. Ia teramat yakin, Angel pasti aman. Tidak akan ada yang mengganggunya kalaupun mengganggu pasti sebatas bercandaan karena ada dosen yang mengajar di kelasnya secara tidak langsung bisa memberikan proteksi pada Angel.
Setelah selesai kelasnya, Aidan akan kembali ke kampus keduanya. Kampus yang membuat Aidan dipandang rendah dengan julukan mahasiswa abadi yang hanya bisa berbuat onar. Bahkan beberapa menganggapnya sampah. Tentu mereka membicarakan Aidan, sebatas di belakang.
Aidan tidak peduli cemooh mereka yang membencinya. Hidupnya terlalu sia-sia jika mendengar cemooh mereka. Lagipula mereka tidak tahu Aidan, mereka hanya melihat Aidan dari satu sisi.
Selesai dengan aktivitas mencari bukunya, Aidan berbaring dengan posisi tengkurap menghadap ke arah monitor laptopnya yang menyajikan tampilan Microsoft word tempat ia mengerjakan tugas-tugasnya.
Selama hampir satu jam Aidan fokus pada tugasnya, ia merasa ada sesuatu yang kurang malam ini. Aidan mematikan laptopnya yang tergeletak di ranjang. Tangannya meraba-raba nakas mencari keberadaan ponsel miliknya.
Ia baru menyadari keganjilan malam ini. Malam ini begitu sepi, terhitung sejak siang tadi. Tidak ada pesan satupun dari ponsel miliknya. Aidan memiliki dua ponsel.
Satu ponsel khusus untuk komunikasi dengan Angel, dimana hanya ada nomor Angel dan hanya Angel yang mengetahui nomor Aidan. Tak hanya itu, di ponselnya yang khusus ini hanya berisi foto-foto Angel yang ia ambil secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan. Intinya, ponselnya ini khusus untuk Angel.Sedangkan ponselnya yang satu, ponsel yang ia gunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain kecuali Angel. Seperti keluarga, sahabat, teman kampus, dosen, dan pastinya target-targetnya.
Aidan mengecek ponselnya. Barangkali ada pesan terlewat. Ternyata tidak, Angel memang tidak mengirim pesan satupun padanya. Hal yang sangat tidak jarang Angel lakukan. Angel yang cerewet dan bawel biasanya selalu mengirim pesan berkali-kali pada Aidan, meski Aidan jarang membalas pesan itu.
Mungkin ini saatnya Aidan yang mengirim pesan terlebih dahulu. Hal yang sangat jarang terjadi diantara Aidan dan Angel, kecuali Aidan memang ada kepentingan.
Tumben gadis bawel nan cerewet gak ada kabar🤔
Pesan yang Aidan kirim lewat aplikasi WhatsApp sudah terkirim dengan adanya tanda ceklist di bawah pesannya. Ia menunggu tanda ceklist dua dengan warna biru pertanda pesannya sudah dibaca.
Senyum Aidan terbit saat tanda ceklist dua berwarna biru dan di bawah tulisan MY ANGEL 💕 terdapat tulisan mengetik.....yang artinya angel sedang menulis balasan atas pesan yang ia kirim.
Dua menit menunggu, pesan Angel belum juga masuk. Di bawah nama kontak Angel masih tertulis mengetik..... Aidan heran, apa yang Angel ketik, kenapa begitu lama.
Aidan memutuskan untuk mengirim angel pesan kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lady Killer
Teen Fiction[ tanpa edit ] Aidan Alexander playboy, bertindak semau sendiri, dan tidak suka ucapannya dibantah. Angelina Arfina. lemah lembut, penyabar, selalu menuruti perkataan Aidan. Mereka backstreet. Yang Angel tahu tentang Aidan adalah cowok baik, peny...