Empat Belas

169K 14.5K 1.8K
                                    

Selepas menghabiskan sarapannya, Aidan segera berjalan menuju lemari kecil yang ada di sudut dapur. Dibukanya lemari kecil itu dan ia mengeluarkan kotak bekal berwarna merah muda.

Aidan mengayunkan kaki kembali menuju meja makan. Tanpa buang waktu terlalu lama, Aidan segera memasukan makanan yang tersedia di meja makan. Tentu saja itu semua ia persiapkan untuk Angel. Ia tidak percaya dengan Braga yang bisa mengawasi pola makan Angel. Jika bukan Aidan sendiri yang langsung turun tangan, semua tentang Angel pasti kacau balau.

"Bi, nanti tolong suruh mang Ujang buat anterin sarapan ke rumah Angel,ya?" ujar Aidan selesai mengisi bekal makanan untuk Angel. Lantas ia memeriksa kembali isi tasnya, barangkali ada tugas atau buku yang tertinggal.

"Iya den, ada lagi yang perlu dilakuin?" Tanya asisten rumah tangga berusia paruh baya yang sudah menjamin kebutuhan Aidan sejak Aidan masih kecil.

Aidan meraih gelas berisi air mineral, diteguknya gelas itu untuk beberapa kali tegukan.

"Suruh mang Ujang mampir ke supermarket. Ini yang buat beli susu, daging, telur, buah, camilan, sama cokelat. Nanti bawa ke rumah Angel, kemarin Aidan lihat kulkas Angel kosong" ujar Aidan sembari meletakan beberapa lembar uang nominal seratus ribuan di atas meja.

Aidan meraih tas punggungnya. Tanpa permisi, ia segera beranjak dari tempatnya. Aidan pikir ia akan terlambat jika terlalu lama buang-buang waktu. Kelasnya akan di mulai setengah jam lagi dan Aidan masih di rumah. Jarak tempuh dari rumah ke kampus memakan waktu dua puluh menit, belum lagi macet yang bisa mengurung Aidan di jalanan membuat mobilnya tak bergerak sedikitpun.

Aidan duduk di kursi kemudi, segera ia menyalakan mobilnya dan melesat membelah jalanan. Hari ini ia ada kelas di kampusnya yang satu. Ia cukup lega karena hari ini Angel tidak ada kelas, paling tidak Angel sedikit aman asal tetap di rumah.

Ponsel Aidan berdering, ia melirik ke arah ponselnya yang tergeletak di kursi samping kemudi. Ternyata pesan masuk dari Angel.
Aidan menahan diri untuk tidak membuka pesan itu, lantaran dirinya tengah mengemudi. Ia tidak mau jika kelalaiannya saat mengemudi bisa membahayakan keselamatan pengendara lain, seperti yang pernah ia lakukan dulu saat mabuk hingga menjadi cikal bakal kecelakaan naas sepasang suami istri, empat tahun yang lalu.

Mobil berhenti saat lampu merah menyala, Aidan segera meraih ponselnya untuk membaca pesan dari Angel.

Aidan gak ada kelas kan? Temenin Angel ke Gramedia buat beli buku mau gak? Kalau Aidan gak sibuk sih hehehe. Kalau sibuk, nanti biar Angel sendirian aja.

Sore.

Yah, Angel maunya entar sekitar jam 10an sekalian jalan-jalan gitu. Bosen di rumah. Kalau Aidan sibuk, mending angel berangkat sendiri aja deh. Gak papa kok, deket juga sepuluh menit nyampe. Btw Aidan sibuk? Sibuk ngapain?

Jam 9 Raffa sama Juna OTW

Lah kok Raffa sama Juna? Ngapain otw? Jangan bilang mereka yang bakal nemenin Angel? Ih Aidan kok gitu. Pacar angel kan Aidan. Bukan Raffa sama Juna. Aidan gimana sih? Kalau Aidan sibuk, mending angel sendirian aja gak usah sama Raffa Juna.

TIDAK MENERIMA PENOLAKAN DALAM BENTUK APAPUN.
THX

Aidan kembali melajukan mobilnya saat lampu hijau sudah menyala. Mobilnya ia pacu dengan cepat untuk mengejar waktu agar ia tidak terlambat. Beruntunglah, ia sampai ke kampus sepuluh menit sebelum kelasnya dimulai. Masih ada sedikit waktu bagi Aidan.

Aidan merogoh saku jaket yang ia kenakan untuk mengambil ponselnya yang satu. Segera ia mencari kontak dengan nama Raffa untuk meminta bantuan padanya. Jika bukan pada Raffa atau Juna, Aidan tidak tahu lagi harus minta bantuan kepada siapa? Hanya mereka yang tahu tentang Aidan dan Angel, dan hanya mereka yang dipercaya oleh Aidan untuk membantunya melindungi Angel.

The Lady KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang