Dua Puluh Satu

155K 13.1K 2.3K
                                    

Aidan baru sampai di rumahnya sekitar pukul 5 sore. Jalanan yang macet membuat perjalanan sedikit terhambat.
Begitu sampai di ruang tamu, Aidan duduk di sofa melepaskan penatnya. Sepatu yang ia kenakan dilepas, begitu juga dengan kaus kakinya. Kedua barang itu disimpan di bawah meja.

Aidan merogoh saku jaketnya. Dompet, ponsel, dan kunci motor dilempar ke meja. Cowok itu melepaskan jaket yang melekat di tubuhnya lantas berdiri menuju kamar mandi untuk bersih-bersih. Tubuhnya yang sudah lengket oleh keringat membuatnya sangat tidak nyaman.

"Kak Aidan!"
Di tengah tangga langkah Aidan terhenti. Seruan seseorang yang sudah sangat ia kenali terdengar. Dalam hati, cowok itu menebak jika panggilan itu adalah panggilan dari Putri, adik kecilnya.
Benar saja, saat Aidan memutar tubuhnya ia mendapati sosok kecil adiknya yang menggunakan gaun bak seorang putri lengkap dengan rambut yang diikat menjadi dua dengan pita lucu kesukaan anak kecil.

Putri berlari tergesa-gesa menghampiri Aidan yang sudah siap menyambut kedatangannya. Rentangan tangan Aidan membuat Putri semakin bersemangat menggapai Aidan.
"Kak Aidan kenapa baru pulang? Putri di rumah sendirian, cuma sama bibi" gerutu Putri begitu sampai di hadapan Aidan. Bocah mungil itu langsung mengulurkan tangannya meminta digendong. Tanpa butuh waktu lama, Aidan segera menggendong adiknya.

"Tadi kakak ke rumah kak Angel, maaf soalnya kakak nggak tahu kalau kamu mau ke sini. Kamu nggak bilang-bilang sih," sahut Aidan seraya menaiki anak tangga, melanjutkan langkahnya yang sempat dikurung menuju lantai dua dimana kamarnya berada. Tentu bersama Putri yang masih dalam gendongannya.

"Mama udah telepon kakak. Tapi nggak dijawab sama kakak."

"Maafin kakak. Oh iya, mama mana kok nggak keliatan?"
Putri mengalungkan kedua tangannya di leher Aidan. Kepala bocah kecil itu disandarkan di bahu kakaknya yang ternyata terasa nyaman baginya.

"Mama kerja lagi. Tadi cuma anterin Putri ke sini aja soalnya Putri nggak mau sama mama. Mau sama kakak aja."

Tak terasa, Aidan sudah sampai di depan pintu kamarnya. Segera ia membukanya dan membawa Putri masuk.
"Kamu tunggu di sini aja dulu, kakak mau mandi," ujar Aidan seraya mendudukan Putri di ranjangnya. Satu tangan Aidan meraih boneka lumba-lumba kesayangan Angel untuk menemani Putri selama Aidan mandi.

"Kangen sama kak Angel," celetuk Putri yang tengah memeluk boneka lumba-lumba.
Handuk putih yang Aidan pegang, disampirkan di pundak kirinya. Netranya menatap lekat ke arah Putri yang baru saja mengatakan tengah merindukan Angel. Memang, dulu Aidan sering mengajak Putri bermain bersama Angel. Dan beberapa bulan ini memang Aidan tidak pernah lagi membawa Putri ke tempat Angel. Jadi wajar saja jika adik kecilnya merindukan sosok Angel yang cukup akrab dengannya.

"Hallo Aidan, tumben video call sama Angel. Katanya mau jengukin Raisya buat gantiin Angel, kok kayak masih di rumah aja"

Putri mendongakkan kepala saat mendengar suara Angel yang berasal dari ponsel yang tengah Aidan genggam.

"Putri kangen sama lo," ucap Aidan.

"Kak sini HP-nya! Mau ngomong sama kak Angel!" rengek Putri sambil meloncat-loncat di atas ranjang dan berusaha menggapai ponsel milik Aidan.

"Ngomong sama Putri. Gue mau mandi, obati rindu adik gue ke lo" ucap Aidan yang langsung diangguki oleh Angel.
Detik berikutnya Aidan menyerahkan ponsel ke Putri.

The Lady KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang