Punggung kecil gadis yang baru saja Aidan putuskan, lenyap di balik pintu. Masih terekam jelas luka yang tersirat di wajah Angel.
Sungguh. Menyakiti Angel bukanlah kemauannya. Tidak terbesit sedikit pun dalam hati Aidan untuk menyakiti gadis yang sudah Aidan cintai dari dulu, sekarang, maupun dimasa yang akan datang.
"Aidan."
Cowok jangkung itu menoleh saat mendengar seseorang menyerukan namanya.
Raisya merentangkan kedua tangannya. Jika keadaan seperti ini itu artinya meminta Aidan memeluknya. Tanpa pikir panjang, Aidan melangkah cepat dan memeluk tubuh Raisya yang semakin hari semakin menunjukkan peningkatan.
"Makasih karena kamu udah milih aku. Aku makin sayang sama kamu," bisik Raisya mengeratkan pelukan.
Aidan memejamkan matanya.
Pelukan bersama Raisya terasa hampa. Tidak ada debaran yang berarti. Berbeda saat ia bersama Angel. Debaran dan getaran hanya dengan melihat senyum manis gadis itu.
"Aku juga sayang sama kamu," ucap Aidan lalu melepaskan pelukannya.
"Janji sama aku, jangan dekat-dekat Angel lagi. Aku pengin aku menjadi satu-satunya buat kamu. Aku nggak mau apa yang Angel alami juga terjadi sama aku."
Aidan mendudukan dirinya di kursi dekat ranjang Raisya. Kedua telapak tangannya menangkup telapak tangan Raisya. Terasa sangat hangat saat kulit mereka bersentuhan satu sama lain.
"Aku bakalan usaha Sya."
"Lupain Angel. Semua tentang Angel harus kamu lupain. Berhenti peduli sama Angel. Jangan nyuruh Raffa ataupun Juna buat dekat-dekat sama Angel. Putri juga."
Aidan tidak ada pilihan lain selain menganggukan kepalanya menuruti permintaan gadis yang ingin ia bahagiakan.
Angel berdiri di depan pintu ruang rawat inap Raisya. Tangisnya masih belum berhenti. Rasa sakit yang begitu dalam dari seseorang yang paling dekat dengannya.
Masalah di setiap hubungan pasti tidak akan ada habisnya. Tapi cinta Angel akan habis jika Aidan menduakannya seperti yang sudah cowok itu lakukan. Semua janji setia dan kata sayang yang pernah Aidan ucapkan, semua palsu.
Dari posisinya berdiri, Angel bisa mengintip lewat kaca bening yang ada di pintu. Nampak Aidan dan Raisya tersenyum bahagia dan sorot matanya penuh cinta dan kelegaan.
Angel menggigit telapak tangannya kuat-kuat agar suara tangisnya tidak pecah. Dengan mata kepalanya ia melihat Aidan mencium kening Raisya. Ciuman yang dulu Angel anggap hanya untuknya.
Keduanya saling menatap satu sama lain lalu kembali berpelukan.
Dada Angel semakin sesak. Napasnya terasa sulit. Inikah kebahagiaan yang Aidan cari selama ini? Kebahagiaan bersama Raisya tanpa dihantui rasa takut dan was-was Angel akan mengetahuinya.
"Angel."
Panggilan dari seseorang yang ada di sampingnya membuat Angel menoleh. Raffa berdiri di samping Angel dengan canggung.
"Jangan nanya gimana keadaan Angel. Raffa udah pernah ngerasain. Bahkan sakitnya Angel lebih daripada Raffa. Aidan mutusin Angel di depan selingkuhannya. Dan selingkuhannya itu sepupu Angel sendiri," ujar Angel lalu mengusap air matanya. Percuma ia menangis. Menangis tidak akan mengubah keadaan. Lukanya tidak disembuhkan. Justru tangis ini membuat Angel terlihat semakin menyedihkan.
"Lo pasti bisa Ngel, lo kuat," bisik Raffa. Tangannya sudah menggenggam erat tangan Angel yang terasa sangat dingin. Lewat genggaman tangannya Raffa berharap bisa menyalurkan kekuatan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Lady Killer
Novela Juvenil[ tanpa edit ] Aidan Alexander playboy, bertindak semau sendiri, dan tidak suka ucapannya dibantah. Angelina Arfina. lemah lembut, penyabar, selalu menuruti perkataan Aidan. Mereka backstreet. Yang Angel tahu tentang Aidan adalah cowok baik, peny...