Gue sama Felix jadi lebih akur sejak negara api menyerang. Ga. Gue masih sering berantem sama Felix, kadang cuma masalah sepele.
"Lix, ambilin pulpen gue dong tolong."pinta gue.
"Punya tangan kan? Ya ambil sendiri lah."
Gue menghela napas lalu mengambil pulpen gue dengan susah payah karena pulpen gue ada di bawah bangkunya Felix.
Intinya sih Felix jahat sama gue.
"Pagi anak-anak! Hari ini kita ulangan ya,"
Gue melirik Felix yang mukanya udah panik. Gue tau dia pasti belom belajar.
"Al, bantuin gue ya please."
Gue tersenyum simpul, "Punya otak kan? Ya kerjain sendiri lah."
Felix langsung cemberut. Lucu dah dia. Eh mikir apa gue barusan. Nggak. Felix nyebelin.
Gue mah nggak jahat sama Felix. Gue sengaja nggak nutupin lembar jawaban gue. Tapi nggak tau deh si Felix nyadar apa nggak.
Gue melirik Felix sekilas. Muka dia kalem banget. Awas aja kalo nilai Felix lebih tinggi dari gue, gue nggak ikhlas.
Gue menyerahkan kertas ulangan gue pada pak Heechul. Gue keluar kelas karena gue udah selesai ulangan. Gue duduk selonjoran di samping pintu.
Tak lama kemudian pintu terbuka dan menampakkan Felix dengan raut wajah yang bahagia. Iya saking bahagianya, dia buka pintu kekencengan terus kena gue.
Salah gue juga sih, tapi kan...
"FELIX, SAKIT-
Felix langsung membekap mulut gue dengan tangan kanannya. Gue gigit aja tangannya. Dan gue didorong sama Felix.
"Kenapa tangan gue digigit?!" Felix melototin gue.
"Gue nggak bisa napas, bego."kata gue sewot.
Felix mendekat pada gue lalu memegang lengan kiri gue. "Sakit nggak?"
"Nyut-nyutan doang,"jawab gue seadanya.
"Maap deh, gue nggak tau kalo ada lo."kata Felix sambil menatap gue iba.
Gue nyengir, "Santai saja masbro,"
"Makasih jawabannya ya Fah. Temen terbaik deh lo!" Felix merangkul gue.
"Terus gue nggak ditraktir gitu?" Gue menatap Felix dengan penuh harap.
Felix terkekeh lalu mengacak rambut gue, "Kuy lah. Apa sih yang nggak buat lo?"
Sempet-sempetnya ngalus ya ni bocah. Untung gue nggak baper.
Gue dan Felix berjalan beriringan menuju kantin. Koridor masih sepi karna bel istirahat belom berbunyi.
Gue memilih duduk di pojok. Sambil menunggu Felix, gue memasang earphone lalu menyalakan lagu.
Tak lama kemudian Felix datang dengan dua mangkuk mie ayam. Felix duduk di samping gue.
"Woy,"
"Fah,"
"Sayang,"
Felix mencabut sebelah earphone gue. Gue langsung menoleh dan menatap Felix bingung.
"Itu- Lo gue panggilin daritadi, nggak nyaut-nyaut."
"Oh maap nggak denger."kata gue tanpa rasa bersalah.
"Lo dengerin lagu apa sih? Seru banget kayanya,"tanya Felix.
"Dengerin aja sendiri."kata gue lalu mulai memakan mie ayam.