Pagi ini, sebelum bel masuk, gue dan Felix ke ruang kepala sekolah. Kita mau mengakui kesalahan kita, padahal sebenernya kita gak ada salah, menurut gue.
"Pak, kami mau mengakui sesuatu."
"Ada apa? Kalian udah nikah?"
Gue sama Felix tercengang, "Kok bapak tau?"
"Keliatan, coba ceritakan dari awal."
Felix menjelaskan tentang kisah kita yang menikah karna dijodohin. Bahkan Felix menyelipkan sedikit curahan hati di ceritanya.
"Pak, jangan drop out Alifah, impian dia terlalu besar untuk dikorbankan. Drop out saya aja pak."
Gue menggeleng, "Jangan pak, drop out saya aja. Di zaman sekarang ini, susah nyari kerjaan kalo cuma lulusan SMA. Yang S1 aja banyak yang menganggur pak. Tolong pak, jangan drop out Felix."
Pak Heechul cuma geleng-geleng kepala dan terkekeh mendengar ucapan gue sama Felix.
"Hm, gimana ya. Saya gak akan drop out murid jujur kaya kalian. Tapi, salah satu dari kalian harus rela belajar di rumah. Jangan khawatir, bapak akan mengirim guru terbaik ke rumah kalian. Nanti saat pelaksaan UN, baru boleh ke sekolah lagi."
"Oke saya bersedia menjadi pihak yang belajar di rumah, pak!"kata gue dengan yakin.
"Pak, udah bel masuk, kami undur diri ya pak."kata gue dan narik tangan Felix keluar dari ruangan kepala sekolah.
"Kamu apa-apaan sih? Kan aku bilang–
Gue memotong perkataan Felix, "Bisa gak kamu percaya aku?"
"Ya bisa sih, cuma kan sayang kalo impian kamu kandas gitu aja."
Gue tertawa, "Kata siapa impianku kandas Lix? Impianku ada yang terwujud kok."
"Apa?"
"Jadi istrinya Felix,"
"Dih apaan sih," Felix jalan duluan.
Gue tau dia salting, untuk itu gue menyamakan langkah gue dengan Felix lalu mengamit lengannya.
"Kamu kan juga mau nerusin perusahaan papa kamu, kamu harus berpendidikan yang tinggi biar gak malu-maluin papa kamu. Kamu harus belajar yang bener, lagipula setinggi apapun pendidikan istri, toh kedudukan suami akan lebih tinggi."
Felix nyubit hidung gue, "Pemikiran apaan coba kaya gitu? Sekarang tuh perempuan juga berhak dapet pekerjaan bagus, pendidikan yang tinggi. Aku bukan tipikal suami yang ngekang istrinya kok, kamu bebas mau jadi apa aja."
"Makin sayang sama Felix hehe,"
"Diem, gak usah bikin salting!"
"Galak banget mas hahaha, aku masuk kelas ya, belajar yang bener!" Gue melambaikan tangan pada Felix sebagai tanda perpisahan.
Begitu gue membuka pintu kelas, semua orang langsung noleh pada gue.
"Video itu beneran Fah?"tanya salah satu teman sekelas gue.
Gue mengangguk, "Iya, kenapa? Mau ngatain gue? Silakan, mumpung gratis."
"Apaan sih lo Fah,"
Eunwoo berjalan mendekati gue, "Kita sebagai temen sekelas lo pengen ngucapin selamat untuk pernikahan lo, walaupun telat banget kita ngucapinnya. Kita ngerti,"
Gue senyum, "Makasih buat kalian semua yang udah mau ngertiin gue."
Seseorang menggebrak mejanya, "Gue benci Alifah!"
Gue mengejar cewe itu, dia Somi. Gue paham kenapa dia sebenci itu sama gue.
Somi berlari ke rooftop, gue mengejarnya dengan langkah tergesa.
"Som, udah!"kata gue.
Dia udah ada di pinggir gedung sekolah. Kalo dia mundur satu langkah aja, dia udah jatoh.
"Lo kalo maju selangkah, gue juga mundur selangkah!"teriak Somi.
Reflek gue mundur, "Oke Som, kita bicarain baik-baik ya? Jangan gini. Gue mau jelasin banyak hal ke lo, please jangan gini ya?"
Somi nurut. Dia melangkah maju dan gue berniat untuk memegang tangannya, tapi tiba-tiba ada yang mendorong tubuh gue sehingga Somi terpeleset dan hampir terjatuh kalo gue gak memegangnya.
"Tolong gue Fah, please!"kata Somi panik.
Gue menarik Somi dengan sekuat tenaga, dan akhirnya Somi berhasil diselamatkan.
Kini, gue dan Somi duduk lesehan. Gue udah menceritakan semuanya, tanpa terkecuali. Untungnya, Somi bisa ngerti walau berat.
"Fah, can i tell you something?"
"Apa?"
"Gue– gue yang rekam video itu."
Gue menghela napas, "Oke, gue gak kaget."
Somi menunduk, "Maafin gue, tapi bukan gue yang nyebar videonya." Somi menghela napas, "Sebenernya, gue kerja sama dengan cowo dan dia yang nyebar videonya."
Gue menatap Somi gak percaya. Gue tau dia tega, tapi gue gak nyangka kalo dia bakal sejahat ini.
"Dengerin penjelasan gue dulu..."
Gue mengangguk, "Okay,"
"Waktu gue tau kalo kalian udah nikah, gue marah, kecewa, dan jujur gue pengen banget bunuh lo. Tapi gue mikir, kalo gue lakuin kaya gitu, Felix malah makin benci sama gue dan Felix jadi gak bahagia. Gue bahagia asal Felix bahagia,"
"Jadi, gue memutuskan untuk menghapus video itu. Tapi malemnya, gue malah liat video itu kesebar. Begitu gue tanya partner gue yang itu, dia bilang dia yang nyebarin. Gue juga gak ngerti dia dapet darimana,"
Gue terdiam. Gue gak ngerti harus respon gimana, ah– terlalu bikin pusing dan penasaran. Gue masih bertanya-tanya, siapa sih cowo itu?
"Emang siapa sih cowonya? Seangkatan kita juga?"
"Iyaa, dia tuh si—
"PENGUMUMAN! PARA SISWA KELAS 12 DIHARAPKAN KUMPUL DI AULA SEKARANG!"
"Yaudah turun yuk Fah, nanti gue sambung lagi ceritanya."
×××
"Som, lo gak puas ya waktu itu udah bully Alifah? Sekarang mau lo bully lagi?!"kata Felix ngegas.
Somi tersenyum getir, "Gue selalu salah ya Lix di mata lo,"
Gue melototin Felix, "Apa-apaan sih Lix? Dia temen aku sekarang."
"Dih kok kamu mau temenan sama Somi? Dia kan jahat sama kamu,"tanya Felix yang sangat gak suka kalo gue temenan sama Somi.
"Lah dulu kamu kenapa mau balikan sama Somi? Kan kata kamu dia jahat," gue senyum.
"Udah jangan berantem okay? Masa lalu gak usah diungkit-ungkit, gue juga bingung kenapa mau aja pacaran sama Felix."
"Gue kan ganteng,"kata Felix.
"Lempar sepatu yuk Som?"
Somi cuma ketawa aja.
"Guys, jadi partner yang gue maksud adalah..."
"Lama lo Som!"gerutu Felix.
"Janji jangan kaget?"
"Iya bawel."
"Rocky,"
Gue dan Felix sama-sama kaget. Gue lebih ke syok sih, masa sih Rocky berani kaya gitu?
|||
Memasuki ending hahaha