bagian 1

12.3K 176 5
                                    

Namaku Daito..
Aku bukan Jepang atau keturunan Jepang. Sebelumnya aku tidak pernah tahu kenapa ibu memberiku nama Daito karena ibu tidak mau bercerita. Ibu terlalu diam untuk bicara tentang siapa aku dan siapa Ibu.

       Sepanjang hidup, aku hanya tinggal bersama dengan ibu, seorang perempuan jawa yang lembut, sabar dan pekerja keras. Ibu menghidupi kami dengan menjadi penjahit, penghasilannya tidak besar tapi cukuplah buat hidup kami berdua di rantau orang.

      Ya..kami tinggal jauh dari kampung halaman ibu yaitu di sebuah kota kecil pulau Sumatra.

       Aku bahagia menjadi anak Ibu karena ibu sangat baik dan penuh cinta untukku. Tetapi sebagai laki-laki, aku rindu bapakku. Kemana Bapak?

        Tidak hanya sekali dua kali aku bertanya pada ibu, siapa bapakku dan di mana bapakku. Jawaban Ibu selalu sama, bapak sudah meninggal. Aku cukup puas dengan jawaban itu tetapi tidak dengan teman-temanku. Statusku sering menjadi bahan hinaan mereka.

       Pernah suatu kali ketika tidak sengaja aku merusakkan mainan Togar, dia langsung marah dan mengumpat.

       " Dasar anak haram..gak punya bapak. Gantiin mainan aku!" Aku kaget mendengar makian Togar teman mainku dari kecil.

        Memang kata-kata anak haram, anak gak punya bapak sering sekali aku terima dari teman-teman tetapi tidak dari Togar.

       Aku berlari pulang sambil menangis. Ibu yang sedang bekerja kaget melihatku.

        " Kenapa Nang?" Tanya Ibu lembut.

        Dalam keadaan tertentu Ibu sering menyapaku dengan panggilan Nang, anak lanang. Dan aku suka tetapi tidak hari ini. Aku masih terus menangis dan tidak menghiraukan pertanyaan ibu. Belaian tangan ibu aku tepis.

       Aku marah dan sakit hati.

       " Ito kenapa, bilang dong sama Ibu" nada suara ibu masih lembut tetapi sudah lebih tegas.

       Kuberanikan diri menatap wajah cantik ibuku, ada senyuman yang selalu bisa membuatku lega.
      
      " Ibu..bapak dimana?" Sesaat senyum itu pudar. Hanya sesaat kemudian kembali lagi.

       " Kenapa tanya itu lagi. Bapak sudah meninggal sayang. Ito lupa?" Aku menggeleng karena memang aku tidak lupa cerita ibu.

       " Lalu kenapa? Ada apa? Ito kangen dengan bapak?" Aku mengangguk. Aku selalu kangen Bapak yang  tidak pernah aku kenal.

       " Kata Togar, Ito tidak punya bapak. Ito punya kan bu?" Ibu mengangguk.

       "Ito punya bapak. Nanti kalau kita punya uang banyak, kita bisa ke kampung bapak ya..melihat makam bapak" kata-kata itu telah berulang kali aku dengar janji Ibu untuk membawaku ke makam bapak.

       Janji yang tidak tahu kapan akan diwujudkan oleh ibu. Dan aku percaya saja.

Bersambung... (besok pagi waktu naik angkot berangkat kerja lagi..salam)

Namaku DaitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang