Aku Daito.. aku sudah berumur 19 tahun. Tahun lalu aku tamat STM, sekarang aku sudah bekerja di sebuah bengkel tak jauh dari rumah.
Secara umur aku sudah cukup dewasa. Aku berharap ibu akan segera menjelaskan siapa bapakku tapi waktu itu belum datang juga. Dan aku tidak pernah tega memaksa ibu, aku tidak pernah ingin menyakiti hatinya.
Hari ini ibu ulang tahun. Sengaja aku minta ijin pulang lebih cepat untuk memberi sedikit kejutan buat ibu. Sebuah kue ulang tahun kecil dan kado sudah aku siapkan. Rumah tampak sepi ketika aku sampai, tidak ada derit suara mesin jahit ibu.
Pikirku mungkin ibu sedang memasang kancing baju atau mungkin sedang ngesum. Pelan-pelan tanpa suara aku masuk rumah langsung ke sudut ruang tamu tempat ibu biasa menjahit. Tidak ada ibu di sana.
Kain yang hendak ibu jahit tertata rapi di atas mesin jahitnya. Sementara kue dan bingkisan kuletakkan di meja tamu, aku terus mencari ibu di dapur mungkin ibu sedang memasak, ternyata bu juga tidak ada.
Kulirik pintu kamar mandi terbuka berarti ibu tidak ada di dalamnya.
Seketika ketakutan menyergapku. Mungkinkah ibu sakit? Dengan cepat aku ke kamar ibu, tempat yang semula tidak terbayangkan olehku. Ibu bukan perempuan malas yang suka menghabiskan waktu dengan santai di dalam kamar atau nonton tv.
Pintu kamar ibu kubuka perlahan, kulihat ibu tidur membelakangi pintu. Napasnya terdengar turun naik, sepertinya ibu sedang menangis.
" Ibu kenapa?" Tanyaku kuatir." Ibu sakit?" Aku bertanya sekali lagi sambil mendekat.
Reflek ibu bangun dan menyembunyikan sesuatu di bawah bantal. Dengan cepat air mata dihapusnya." Ah tidak, ibu tidak apa-apa" jawab ibu parau.
" Kamu sudah pulang Nang?" Tanya ibu sambil berdiri. Tubuhnya sedikit limbung dan hampir terjatuh.
Cepat kutahan tubuh ibu dan memaksa beliau untuk kembali duduk." Duduk saja Bu. Kalau ibu sakit bilang Ito, biar Ito urus ibu" kataku pelan.
" Ibu tidak apa-apa Nang. Percaya sama ibu" jawab ibu sambil tersenyum. Kubalas senyum ibu untuk menyenangkannya.
Tapi kecurigaan ada sesuatu terus bernari-nari di benakku.
" Ibu duduk dulu ya..tunggu di sini," kataku sambil keluar mengambil kue dan kado buat ibu.
Saat kembali ke kamar ibu, kudapati ibu sedang menyilipkan sesuatu di dalam lemari baju. Aku pura-pura tidak melihatnya karena tidak ingin mengacaukan suasana.
" Selamat ulang tahun ibu. Sehat dan bahagia buat ibu" kukecup tangan dan pipi ibu. Air mata ibu mengalir membasahi pipiku.
" Ibu menangis?" Kali ini ibu hanya mengangguk sambil tersenyum. Kupegang tangan ibu erat, aku bahagia jadi anakmu Ibu, bisikku dalam hati.
" Ayo ibu berdoa dan tiup lilinnya ya?" Kembali ibu mengangguk dan meniup lilinnya.
Kado kecil kuambil dari kantong dan kuserahkan.
" Apa ini Nang?"
" Buka saja bu?" Dengan wajah penuh tanya ibu membuka kado itu perlahan. Sebuah cincin kubelikan khusus buat ibu, hasil tabunganku beberapa bulan setelah bekerja.
" Ito..kenapa kamu beli barang semahal ini Nang? Kenapa kamu habiskan uangmu"
" Ibu pantas mendapatkannya. Ibu sudah berjuang keras untuk Ito. Terima kasih Bu." Kupeluk erat Ibu yang terus menangis.
" Terima kasih Nang, harusnya kamu tabung saja gajimu untuk kuliahmu nanti. Kamu bilang mau kuliah dari hasil keringatmu sendiri. " kata ibu panjang.
" Masih ada Bu. Ito pasti kuliah tahun depan," Jawabku pasti. Ibu hanya tersenyum.
" Yuk kue nya kita makan di luar.." Aku mengangguk. Beriringan kami keluar dari kamar ibu.
Aku tahu ibu sedang bersedih dan aku tidak mau menambah kesedihannya. Aku hanya ingin membuat ibu bahagia.
BersambungAda apa ya dengan ibunya Daito?
KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku Daito
General FictionMaafkan Ibu Nang, Ibu membuatmu menderita... Aku Daito. Aku tidak pernah menyalahkan Ibu atas hidupku. Ibu segalanya bagiku, milik yang paling berharga yang diberikan Tuhan kepadaku. Bagiku Ibu perempuan luar biasa, tidak ada seorang perempuan pun...