PART 4

4K 638 278
                                    

Jae Is A Chicken Little













“A man who look like a chicken little, i hate you so much.”







-







"Eh Nath" baru sampai di kantin, nama gue sudah terpanggil dengan satu cewek yang sekarang menjadi teman dekat gue di kampus, bernama Amora. Gue menoleh keasal suara, mendapati Amora yang saat itu tengah duduk disebuah bangku dekat jendela. Tanpa berpikir panjang akhirnya gue menghampiri Amora, dan duduk disebuah bangku kosong depannya.

"Makanannya mana?" tanya gue.

"Udah gue pesen kok, itu lagi dibikin, nanti juga dianter" jawab Amora.

"Eh lo tau gak" ujar gue.

"Apa?" tanya Amora.

"Tadi gue ketemu sama si chicken little" jawab gue.

"Serius? Terus? Lo peperin saus tar-tar lagi kemukanya?" tanya Amora lagi.

Gue langsung menggeleng. "Ya enggak lah, wong dia aja nggak bawa apa-apaan."

"Kirain gitu."

"Tadi sih gue sempet ribut sama dia" jelas gue. Amora langsung melebarkan kedua matanya, kemudian menganga.

"Serius?" tanyanya, dan gue pun mengangguk sebagai balasan. "Gila, emang ribut kayak gimana?" Amora mulai kepo.

"Dia bilang kalau gue ini adalah fansnya diam-diam yang sedang menyamar sebagai haters, gila nggak sih? Tingkat kepedeannya tinggi banget, gila" gue menggeleng-gelengkan kepala. Amora terkekeh pelan.

"Hati-hati aja Nath, siapa tau nanti lo beneran jadi fansnya dia"

"OGAH"

Seluruh sorot mata orang-orang yang ada di kantin ini langsung tersorot pada gue. Amora menghela napas kasar, kemudian gue pun langsung menutup mulut.

"Teruskan Nath, congor lo gedein aja terus. Nanti lama-lama mulut lo gue sumpel pake tempat tisu nih" ucap Amora seraya menunjukkan sebuah tempat tisu. Gue hanya menyengir. Tiba-tiba, Amora melebarkan kedua matanya saat menatap sesuatu yang ada dibelakang gue. "Eh eh, Nath... Liat kebelakang deh" ujar Amora.

Gue mengernyitkan dahi. "Emangnya ada apaan?" tanya gue.

"Itu itu, ayo dong liat" suruh Amora yang terus-terus menunjuk kearah belakang gue. Ya sesuai permintaan dia, gue langsung menoleh kebelakang.

Dan lo tahu apa yang gue lihat?

Brian.

Dia lagi duduk di bangku meja nomor tujuh, ya bisa dibilang meja sebrang nomor dua dari meja gue dan Amora. Gue ikut melebarkan mata, dengan perasaan yang campur aduk. Bukan, gue bukannya senang dan dag-dig-dug seperti melihat gebetan, kayak yang Amora lakukan saat ini, tapi perasaan gue yang campur aduk itu antara takut, khawatir, dan cemas. Rasanya gue pengen bangkit dan pulang aja. Tapi, setelah jam makan siang, gue baru ingat bahwa gue masih punya jam matkul kedua.

Dan saat itu arah pandangan Brian langsung tersorot pada gue dan juga Amora, gue langsung mengalihkan pandangan lurus kedepan dengan tingkah yang gelagapan. Sedangkan Amora masih senyam-senyum. Aduh.

True Friends Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang