Ribut
“Hmmm.”
-
"YO WASSUP!"
Kemunculan Jae yang tiba-tiba dihadapan gue, saat gue tengah makan di kantin kampus membuat gue hampir terjengkang kebelakang sakit kagetnya. Jae terbahak ketika melihat bagaimana eskpresi gue yang kaget pada saat itu. Gue berdecak pelan, lantas menjitak kepalanya pelan beserta sebuah umpatan kecil yang keluar dari bibir.
"Sialan."
Cowok itu meringis sekaligus mendelik kearah gue. Menatap dengan tatapan bertanya-tanya, sekaligus tidak terima dengan perlakuan gue barusan. Toh, dia yang mulai duluan dengan seenaknya ngagetin gue yang sedang menikmati makan siang. Ia menghelus kepalanya seraya mengembungkan pipi.
"Makanya jangan ngagetin, udah tau gue lagi makan" celetuk gue, kemudian melahap kembali makanan yang gue pesan sepuluh menit yang lalu. Jae hanya terdiam. "Pesen makanan sana, gue tau dari pagi lo nggak sempet makan."
"Traktir?" tanyanya dengan nada sok polos.
Gue menghela napas panjang sejenak, sebelum akhirnya mengangguk untuk mengiyakan. Cowok itu tersenyum semringah, dan beranjak dari tempat duduknya untuk memesan makanan. Dan, tak membutuhkan waktu yang lama, Jae kembali membawa seporsi chicken katsu + nasi diatas nampan makanannya. Ia meletakkan nampan tersebut diatas meja, tepat didepan gue.
Gue mengamati nampannya, yang terlihat kurang sesuatu. Minum. Diatas nampan Jae sama sekali nggak ada minum yang ia pesan. Gue mendongak kearahnya.
"Lo nggak pesen minum?" tanya gue.
Jae menggeleng, lantas mengeluarkan sebuah botol minum dari tasnya, kemudian meletakkan diatas meja samping makanannya. "Udah bawa sendiri," cowok itu nyengir hingga matanya yang sipit itu, lagi-lagi tak terlihat.
"Ck, rajin" ucap gue sambil melahap makanan kembali.
"Lebih sehat bawa sendiri" katanya, dan langsung mengacak rambut gue pelan menggunakan tangan kanannya. "Selamat makan" lanjutnya. Gue hanya mengangguk.
Beberapa menit setelah gue dan Jae selesai menghabiskan makanan kami, akhirnya kami pun jalan keluar kampus bersama. Seluruh pandangan orang-orang disekitar, tertuju pada gue dan Jae yang jalan beriringan. Sebuah pembicaraan keluar dari bibir mereka yang berbisik kepada orang lain yang ada disamping mereka. Gue yang merasa agak canggung dan gugup dengan hal ini, namun tidak bagi Jae yang terlihat santai berjalan tanpa memikirkan omongan mereka.
Bahkan, dengan santainya, Jae kadang merangkul gue dengan erat seraya menghelus bahu gue. Persetan, Jae. Lo bikin mereka semua terkejut dengan kelakuan lo, begitupun dengan gue.
"Lepas" bisik gue.
"Kalo gue nggak mau?" katanya dengan enteng.
"Gue injek kaki lo lagi kayak waktu itu!" ancam gue.
Jae melirik, dan melepas rangkulannya.
"Gitu kek daritadi" gue bergumam.
"Galak banget, jadi tambah sayang" lirih Jae.
![](https://img.wattpad.com/cover/139640277-288-k498982.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
True Friends
Fanfiction"Teman sejati antara cewek dan cowok itu harusnya nggak boleh pacaran, tapi bolehnya langsung ***** aja." Copyright © 2018, mjoaxxi.