Hi Hello
“Thank you."
-
Gue menghela napas lega setelah masuk kedalam mobil Winar bersama dengannya, lantas setelah itu sesekali gue menoleh kearah Winar yang masih menunjukkan ekspresi tidak sukanya terhadap Jae. Ekspresi Winar yang terlihat kesal dan emosi membuat jantung gue berdegup kencang, sekaligus membuat gue gugup. Gue takut setengah mati. Gue belum pernah ngeliat Winar kayak gini sebelumnya.
Winar mengambil sebuah botol minum yang diletakkan di jok belakang mobil, lantas meneguk minum tersebut sampai habis. Setelah itu, suara helaan napas Winar terdengar. Gue hanya menunduk, menatap kedua telapak tangan gue yang terkepal keras diatas paha. Jujur, gue sama sekali nggak berani dongakin kepala buat ngeliat Winar yang masih berekspresi seperti itu.
"Kenapa Nath? Kok nunduk?" nada suara Winar sudah kembali lembut seperti biasanya. Gue hanya menggelengkan kepala dengan posisi yang masih menunduk. "Kamu takut ya sama sikap aku tadi?" tanya Winar.
Gue cuma diam tanpa menjawab pertanyaannya. Winar mendengkus, kemudian menghelus atas puncak kepala gue.
"Maaf ya udah bikin kamu takut, aku terlalu kebawa emosi pas ngeliat kamu berduaan sama Jae. Apalagi ngeliat Jae yang nyenderin kepalanya dibahu kamu" katanya.
Perlahan perasaan gue mulai lega, gue ngedongak sedikit buat ngeliat Winar yang sekarang lagi natap gue dengan serius. Ekspresi wajah tenangnya yang seperti biasa udah terlihat lagi, cowok itu tersenyum tipis, dan kembali menghelus atas puncak kepala gue kembali. Dan semua itu berhasil bikin jantung gue deg-deg'an nggak karuan lagi, bukan karena takut, melainkan sebaliknya.
Tapi tunggu, biar gue sedikit mencerna kata-katanya barusan. Winar emosi pas ngeliat Jae ndusel dibahu gue?
Hm
(͡° ͜ʖ ͡°)
Apaka ini sebuah kesempatan emas buat q untuk petrus Winar? (͡° ͜ʖ ͡°)
Halah.
Tunggu, gue nggak mau kepedean dulu soal pikiran gue yang menyimpulkan kalo Winar ini cemburu. Nanti kalo gue udah kepedean tingkat tinggi dan ternyata Winar punya maksud lain, mau taro dimana harga diri gue? Malu cuy.
"Maaf Kak, Jae emang suka gitu kadang. Maklum ya, dia anaknya emang nggak jelas. Lagian aku sama Jae tuh nggak ada hubungan apa-apa, cuma sebatas musuh bebuyutan aja" gue coba menjelaskan.
Winar tertawa canggung seraya mengalihkan pandangannya, "Musuh bebuyutan? Mana ada musuh bebuyutan bisa seakur itu sampe ndusel plus mesra-mesraan segala."
Gue menelan ludah, lantas menghelus tengkuk leher dan tertawa hambar.
"Aku sama Jae nggak pernah mesra-mesraan Kak, lagian ogah banget mesra-mesraan sama dia. Ewh. Itu juga tadi dia yang mulai duluan, segitu aja aku nggak respon apa-apa" gue menjelaskan lagi.
Sumpah rasanya ini gue lagi menjelaskan masalah, dan memberi sebuah kepercayaan kembali ke pacar gue, karena gue ketauan selingkuh. Tapi nggak lah ya, gue cewek setia dan nggak doyan yang namanya selingkuh. Selingkuh is not my style.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Friends
Fanfiction"Teman sejati antara cewek dan cowok itu harusnya nggak boleh pacaran, tapi bolehnya langsung ***** aja." Copyright © 2018, mjoaxxi.