Dia Disini
“Jangan pergi lagi.”
-
"Udah nangisnya? Liat tuh mata lo udah bengkak banget, sipitnya mau ngalahin mata gue?"
Gue cuma terdiam, tak berkutik sama sekali dengan kedua manik mata yang kini menatapnya dengan lekat yang sedang berdiri didekat pintu balkon kamar, sambil menyenderkan punggungnya dipintu dan kedua lengan yang terlipat didepan dada.Perasaan percaya nggak percaya terus menghantui hati gue saat melihatnya yang tiba-tiba muncul disini. Gue berpikir, apa ini cuma halusinasi gue saja? Atau, seseorang yang ada didepan gue ini ternyata bukan orang beneran? Tapi, gue melihat bahwa kaki dia napak ke lantai kok.
Gue segera mengusap seluruh sisa air mata yang membasahi pipi, serta ingus yang tak kunjung berhenti keluar dari hidung, sebelum akhirnya gue memberi aba-aba untuk menampar pipi sendiri; bermaksud memastikan apa ini mimpi? Tapi sayangnya, sebelum gue melakukan hal tersebut, cowok jangkung berkacamata itu dengan cepat mendekati gue dan menahan tangan gue agar gue nggak melakukan hal tersebut.
"Ck, lo mau ngapain sih, Nath? Jangan macam-macam lo ya sampai mau nabok diri sendiri!" omelnya.
Sentuhan tangan yang terasa hangat dan nyata membuat gue 100% yakin, ini bukan halusinasi atau mimpi. Seseorang yang ada dihadapan gue ini, benar-benar orang yang sedang gue cari-cari dan gue rindukan. Jae Arkha.
Dia menatap gue dengan lekat, posisi tangannya masih menggenggam erat tangan gue yang tadi hampir gue gunakan untuk menampar pipi gue sendiri. Dengan tatapan yang sendu, raut wajah yang teramat khawatir; namun dia berusaha untuk menutupinya dengan bersikap sok cool, langsung membuat tangisan gue pecah kembali kemudian memeluknya dengan sangat erat.
Gue nggak tahu harus bilang apa, yang bisa gue lakukan cuma menangis aja dipelukannya. Rasanya terlalu mustahil karena Jae tiba-tiba muncul, dan kini ia memeluk gue dengan sangat erat. Tapi gue ngerasa lega dan bersyukur, pada akhirnya, keberuntungan datang juga setelah hal buruk terjadi pada gue hari ini.
Tuhan maha adil.
"Gue minta maaf ya, Nath. Nggak apa-apa lo nangis malam ini, tumpahin semuanya, gue janji bakal terus ada disamping lo..." katanya sambil mengusap lembut kepala gue, ia juga sesekali mengeratkan pelukannya.
Gue makin nangis kencang setelah mendengar ia berkata seperti itu, apalagi di kalimat kalau dia bakal terus disamping gue. Apa artinya Jae nggak bakal pergi lagi? Entahlah.
***
Pagi pun tiba. Dan gue terbangun dari tidur.
Entah kenapa, rasanya hati dan perasaan gue terasa lebih lega, dan lebih plong dari sebelumnya. Mungkin karena efek nangis terus-terusan sampai ketiduran tadi malam kali ya? Setelah terdiam sekitar dua menit, gue langsung pergi ke kamar mandi buat cuci muka. Kaget parah ketika ngelihat wajah gue yang kucel parah, sekaligus mata gue yang masih bengkak gara-gara kebanyakan nangis semalam.
Mungkin kalau tetangga ngelihat gue begini, mereka bakal ngira kalau gue habis disengat tawon. Tapi, apa peduli, gue juga nggak bakalan mau keluar disaat lagi begini. Setelah mencuci muka, gue langsung pergi ke dapur, menemui Jae yang sedang sibuk membuat sarapan disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Friends
Fanfic"Teman sejati antara cewek dan cowok itu harusnya nggak boleh pacaran, tapi bolehnya langsung ***** aja." Copyright © 2018, mjoaxxi.