BONUS PART

2.4K 223 59
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya, terima kasih atas apresiasinya ^^

A Day











“Satu, dua, tiga.”











-











        Gue menggigit jari, dengan kedua manik mata yang tersorot pada sebuah benda kecil dan panjang, yang kini sedang gue pegang di tangan kiri gue. Jantung gue berdegup sedikit lebih kencang dari biasanya, masih tidak percaya melihat dua garis merah yang muncul dari benda yang gue pegang saat ini. Pantas saja akhir-akhir ini gue sering mual-mual, dan kram perut sampai dikira masuk angin. Tapi nyatanya, lebih dari itu.

Ya kali masuk angin sampai seminggu lebih dan sudah di kerokin beberapa kali tetap nggak sembuh, sampai akhirnya gue curiga sendiri dan iseng-iseng beli test pack buat iseng-iseng meriksa juga apa benar gue . . . hamil? Dan jawabannya, sangat mengejutkan, ternyata memang benar gue hamil. Gue bingung mau berekspresi bagaimana. Melihat sebuah test pack dengan dua garis merah, membuat perasaan gue benar-benar tercampur aduk. Berarti, gue bakalan punya anak dong?

      Wow, this is amazing, right?

Gue pun akhirnya keluar dari kamar mandi, setelah hampir satu jam berada di dalam sana, sambil mengantungi sebuah test pack yang tadi gue pakai, di dalam kantung celana tidur yang saat ini gue kenakan. Gue memandangi seorang pria berbadan jangkung, yang kini sedang memasang wallpaper dinding di ruang tengah untuk makin mempercantik suasana di rumah kami ini. Dan dia adalah, suami gue.





















       "Jae..." gue memanggil namanya, hingga membuat si pemilik nama langsung menoleh dan menatap kearah gue dengan mata sipitnya yang macam lubang celengan itu.

"Lama amat lo bersemedinya di kamar mandi, sampai hampir gumoh gue nungguinnya" ujarnya, setelah menyelesaikan pekerjaannya itu.

      Gue berdecak kesal sambil berkacak pinggang, "Bersemedi pala lo peyang! Gue mau ngasih tahu sesuatu yang penting ke lo nih" cetus gue.

Ia terkekeh pelan, "Apaan yang mau lo kasih tahu ke gue, Yang?" tanyanya penasaran sambil mendekati gue, dan menatap gue dengan lekat. Gue pun segera mengeluarkan test pack dari kantung celana, kemudian langsung memberikan benda tersebut kepadanya tanpa ragu. Jae menaikkan sebelah alisnya seraya mengambil test pack yang gue berikan, lalu menatap benda tersebut dengan lekat tanpa mengatakan apapun.

        Sedangkan gue, hanya menatapnya sambil menunggu sebuah respon dan jawaban apa yang akan ia berikan nantinya. Deg-degan parah, saking penasaran sama responnya. Sekitar hampir lima belas menit ia memandangi test pack yang gue berikan, akhirnya ia pun kembali menatap gue dengan ekspresi yang sulit ditebak.
Jae mengerjapkan mata berkali-kali.

"Ini benda apaan, Yang?" tanyanya, yang sukses membuat gue langsung ternganga dengan perasaan yang tidak percaya setengah mati karena menerima respon bodoh yang ia berikan.

      SUDAH MEMBUAT GUE MENUNGGU LAMA KARENA SAKING PENASARAN DENGAN RESPONNYA, EH TAPI DIA MALAH NANYA ITU BENDA APAAN?

Gue ikut mengerjapkan mata sambil tertawa canggung dan berkacak pinggang, benar-benar nggak habis pikir dengan pertanyaan yang ia lontarkan. Gue menatapnya nyalang, membuat ekspresi wajah cowok itu mendadak ketakutan. Ya Tuhan, kenapa aku harus menerima semua ini.
Sambil mengusap wajah dengan kasar menggunakan kedua telapak tangan, gue langsung merebut test pack itu dari tangan Jae.

True Friends Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang