PART 18

2.5K 410 43
                                    

I Care About You


"I'll be okay."


-



Gue berdiri di dekat pintu arah kamar mandi cowok, dan tentunya menunggu Jae yang sedang buang air kecil didalam sana. Gue gak bisa memutuskan untuk pergi gitu aja, lalu lebih memilih untuk menunggu Jae sampai cowok jangkung berkacamata itu kembali. Disisi lain, gue masih nggak begitu percaya dengan omongan dia yang sebelumnya, kalau dia nggak ada masalah sama gue.

Ck, jelas-jelas sikap plus sifat dia berubah drastis akhir-akhir ini ke gue. Gimana gue bisa percaya sama omongan dia yang tadi. Intinya, mau gak mau, dan harus gak harus, hari ini... semuanya harus selesai.

"Anjir, ngapain lo masih disini?"

Gue menoleh ke asal suara, kemudian mendapati Jae yang sudah berdiri disamping kanan gue sembari menatap gue dengan ekspresi kebingungan, juga panik.

"Gue nungguin lo. Gue mau kita omongin masalah yang tadi" celetuk gue.

Jae mengeratkan pegangannya pada tali tasnya, "Masalah apaan sih? Udah gue bilang kalo gue nggak apa-apa" dan jawabannya pun masih sama.

Gue mendengkus kasar. "Gak usah banyak ngelak, lo kira gue bego apa, bisa segampang itu percaya sama omongan lo. Dan, Jae, kenapa gue tanya kayak gini karena gue sadar akan sikap lo akhir-akhir ini terhadap gue sendiri."

Cowok itu terdiam, arah pandangan matanya tersorot jelas kearah gue. Gue pun melakukan hal yang sama. Lantas tak lama kemudian, Jae berdeham sembari mengalihkan pandangannya.

"Gue kesel sama lo, waktu lo ngurus si Azka itu, lo sama sekali kayak nggak ngehargain gue. Gue tuh takutnya lo diapa-apain sama Azka, karena lo dengan enaknya ngasih tempat gitu aja buat dia. Lo itu udah termasuk tanggung jawab gue juga, Nath. Tapi gue nggak nyangka kalo reaksi lo kayak gitu ke gue saat gue lagi coba ngelindungin lo, meskipun pada akhirnya lo bilang terima kasih ke gue, ya tetap aja ... gue terlanjur kesel, dan kecewa." Jelasnya.

Gue terdiam sejenak.

"Dan lo ngejauhin gue karena lo kesel sama gue?" tanya gue pada akhirnya.

Jae mengangguk, "Setiap kali ngeliat lo, rasa kecewa gue suka tumbuh. Mood gue juga jadi turun gara-gara itu. Makanya gue ngejauh..."

Kami berdua langsung sama-sama terdiam. Gue sedikit tertohok saat mendengar penjelasan Jae yang tadi, karena secara nggak sengaja, gue membuat dia kesal sekaligus kecewa dengan sikap gue sendiri. Sebuah rasa bersalah tiba-tiba muncul kembali dihati gue. Gue mendongak kearah Jae, kemudian menggigit bibir bawah perlahan.

"Seenggaknya sekarang gue tau sebabnya, makasih karena lo udah mau jujur sama gue" ucap gue. Jae masih terdiam. "Kalo gitu, gue minta maaf. Maaf karena gue udah ngebuat lo kesal, kecewa, dan merasa nggak dihargain sama sikap gue yang kemarin-kemarin itu."

Ia tersenyum tipis, lantas menghusap-husap puncak kepala gue. "Yaudah, nggak apa-apa. Seenggaknya juga, sekarang hati gue udah agak legaan karena gue bisa ngeluarin semua unek-unek gue ke lo tentang apa yang gue rasain. Dan gue juga minta maaf sama lo, maaf kalo gue bersikap kayak gini."

Gue ikut tersenyum, lantas menganggukan kepala.

"Ayo pulang, nanti sore kita ngabuburit buat nyari makanan untuk buka puasa, setuju?" Kata Jae, sembari mengulurkan tangan kanannya. Gue menaikkan satu alis, menatap tangan kanannya yang terulur itu. "Gandengan" ucapnya.

True Friends Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang