PART 25

1.7K 216 24
                                    

Pupus






“Hello myself, it's okay... you did well”
— Jae Arkha






-





"Jadi, hari ini lo ada jadwal pergi sama siapa?" Jae bertanya sambil memakan sebuah Mini Oreo yang gue sediakan dalam toples, di ruang tamu; untuk para tamu makan jika ada yang berkunjung. Gue yang daritadi hanya mondar-mandir sambil mengecek handphone, dan berharap ada pesan yang masuk, hanya mengabaikan pertanyaan Jae. Hembusan napas kasar terdengar jadi Jae, ia menutup toples biskuit tersebut dengan kesal. "Woy, pertanyaan gue cuma jadi angin lewat doang nih?" tegurnya dengan ekspresi yang ikut kesal.

Gue berhenti dihadapannya, kemudian menatapnya sebelum akhirnya memberi sebuah cengiran canggung kepada cowok berkacamata itu. "Tadi lo nanya apa, Jae?" tanya gue. Jae mendengkus seraya memutar bola matanya jengah, lalu mengalihkan pandangan. Ia bahkan berbalik nggak ingin merespon gue. Inikah yang dimaksud dengan balas dendam?

Tring!

Sebuah bunyi notifikasi pesan masuk, terdengar dari handphone gue. Dengan cepat, gue langsung menatap layar handphone dengan teliti dan membaca sebuah nama yang gue tunggu-tunggu sedari tadi, muncul dikilasan notifikasi handphone. Gue tersenyum sumringah, ketika nama Winar terpampang jelas di notifikasi. Yup, dia lah notifikasi yang gue tunggu-tunggu sedari tadi.

Kak Winar💘: Aku udah didepan pintu apartemen kamu Nath.
read

Kedua mata gue langsung terbelalak, dengan cepat gue pun merapihkan rambut dan bergegas menuju pintu utama untuk membukakan pintu. Jae hanya menghela napas, kemudian berbaring diatas sofa sambil menyetel televisi dan menonton film kartun. Cklek! Pintu terbuka, menampakkan seorang Winar yang sudah berdiri didepan pintu dengan pakaian yang rapih dan modis. Sangat tampan.

Ia tersenyum manis kearah gue, kemudian langsung memberikan sebuah boneka teddy bear kepada gue sambil berkata, "Halo princess, ini buat kamu. Buat teman bobo, kamu sering bilang kan kalo malam kesepian nggak ada teman? Jadi aku beliin itu" Ia terkekeh pelan. Demi apapun, jantung gue berdebar dengan nggak santainya, sejak tahu Winar sudah ada didepan pintu apartemen, kemudian dilanjut melihat penampilan Winar hari ini, dan mengejutkannya lagi, dia langsung ngasih gue boneka teddy bear! Rasanya mau modar ditempat, ucap gue dalam hati. Senyuman bahagia pun tak luput pudar dari bibir gue, saking senangnya dikasih kejutan begini.

"Makasih banyak Kak, masuk dulu yuk?" ajak gue, Winar mengangguk dan mengikuti gue dari belakang. Gue melotot saat melihat Jae yang tengah bersantai sambil menonton film kartun dan ketawa-ketawa, sedangkan Winar terlihat keheranan ditambah agak kesal karena melihat Jae ada disini dengan santainya. Gue lupa, Winar paling nggak suka kalau Jae ada di apartemen gue, apalagi kalau kita berdua doang. Shit, gue harus bilang apa? Bodohnya gue malah ngajak Winar masuk dulu.

Melihat Winar yang mematung, dan menatap Jae tajam. Cowok berkacamata itu langsung berhenti tertawa, kemudian ikut menatap Winar dengan tatapan menantang. Pada akhirnya, hari ini pun gue malah ngerasain suasana mencekam ini lagi, perasaan nggak enak pun mulai tumbuh dihati ini. Setelah sekitar dua menit mereka saling tatap, Winar menoleh kearah gue; meminta penjelasan. Gue hanya menghela napas dan menghusap tengkuk leher.

"Nath?" Panggilnya, membuat gue tambah bingung sehingga harus menggigit bibir bawah sambil berpikir apa jawaban yang pas agar Winar tak marah. "Kenapa ada dia disini? Kenapa kamu diem aja?" Nada bicaranya sudah mulai dingin, sukses menggetarkan hati gue hingga gue langsung keringat dingin. "Ya, terus urusan lo apa kalau misalnya gue disini? Emang ini apartemen punya lo?" Jae langsung nyeletuk, gue langsung menatap tajam kearahnya seakan-akan mengancamnya untuk diam, tapi, namanya juga Jae Arkha. Mana mungkin orang seperti dia patuh pada gue disaat kondisi seperti ini.

"Bukan punya gue, tapi punya pacar gue" Winar langsung merangkul gue. Perasaan campur aduk langsung menyelimuti gue dengan cepat, Jae menatap gue kembali dengan tatapan penuh tanda tanya; Apa benar?, kedua matanya yang mengisyaratkan butuh jawaban yang pasti. Yah, memang faktanya, sudah seminggu gue jadian dengan Winar, dan gue sama sekali nggak bilang kepada Jae akan hal itu. Apalagi setelah hari itu, ada momen dimana Jae bilang pada gue, kalau dia suka sama gue. Gue pun berpikir, gimana bisa gue bilang hal ini ke dia, gue takut nyakitin hati dia.

"Oh, udah jadian? Selamat ya," Jae tersenyum manis, kemudian berdiri. Gue hanya bisa menunduk, kali ini benar-benar nggak bisa dan nggak kuat buat natap Jae ataupun melototi dia lagi. "Iya, makasih. Gue minta sama lo, jangan keseringan numpang di apartemen Nathalie. Gue gak mau cewek gue diapa-apain sama lo" Kata Winar. Jae hanya terkekeh kemudian menggelengkan kepalanya, "Gue sayang Nath, gue nggak bakal ngelakuin hal sebejat itu buat ngerusak diri dia. Karena gue gentle man, iya nggak, Nath?" tatapannya berpindah pada gue. Winar ikut menatap, sedangkan gue cuma bisa diam sambil merasakan bagaimana seperti ada banyak jarum yang menusuk ke hati gue setelah Jae mengatakan hal tersebut.

"Gue minta maaf kalo gue terlalu keseringan disini, abisnya disini selalu bikin nyaman sampai gue bisa ngelupain setiap masalah yang gue alami. Gue juga baru tau kalau kalian udah jadian, gue kira belum, jadinya gue masih keasikan singgah disini. Tapi kalau udah tahu begini, yaudahlah" Ucapnya pasrah. Gue mengangkat kepala, perlahan-lahan menatapnya yang kini sedang tersenyum tipis kearah gue. Berkali-kali kata maaf gue ucapkan dalam hati untuk Jae. Gue benar-benar nggak tahu harus bilang apa atas semua yang terjadi hari ini, rasanya gue mau ngubur diri sendiri. Jae menghampiri gue dan Winar, kemudian berdiri disamping Winar dan memegang bahunya.

"Nath orang baik, dia sayang banget sama lo, udah gitu dia juga bucin banget sama lo. Tolong jaga baik-baik, dia udah gue anggap sebagai Adik gue sendiri. Kalau lo berani macem-macem atau ngebuat dia nangis, tau 'kan gimana reaksi Abangnya gimana dan bakal berbuat apa ke lo nanti?" Jae membisikkan sesuatu kepada Winar.

Gue hanya melirik dengan raut wajah kebingungan setengah sedih. Winar hanya terdiam, dan tak menggubris semua perkataan Jae hingga cowok berkacamata itu kembali terkekeh. "Donat, gue pulang, makasih Oreo-nya. Kalau butuh apa-apa ketuk pintu apartemen gue aja ya" Ia pamit. Gue hanya mengangguk kecil untuk mengiakan perkataannya, Jae tersenyum sebelum akhirnya melenggang pergi dari sini.

Apa yang Jae bilang ke Winar tadi?







[]

Haloha, fellas! good night, semoga kalian baik-baik aja disana dan selalu menjaga kesehatan ya! xD hari ini saya update lagi setelah sekian lama ngegantung cerita, semoga kalian menikmati chapter kali ini dan seterusnya ya~ mohon maaf atas keterlambatan update yang sering terjadi, mohon dukung saya sebisa mungkin. Terimakasih banyak^^

True Friends Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang