Perdamaian Di Mulai
“Destiny can change or not?”
-
Apa ini mimpi buruk gue dengan Jae? Saat cowok yang sering gue juluki sebagai 'Chicken little' itu, tiba-tiba meminta damai dengan gue? Ya, lo tahu sendiri kan bagaimana setiap kali gue bertemu dengan dia? Ribut nggak jelas, adu bacot, dan yang lain, layaknya Tom & Jerry. Sebenarnya, gue yakin menurut orang lain, jika berdamai itu jauh lebih baik dari apapun, tapi entah kenapa rasanya gue nggak yakin sama omongan dia itu. Nggak ada angin dan nggak ada hujan, masa tiba-tiba dia minta berdamai sama gue, dan kita harus menjadi tetangga yang baik? Ck.
Gue melahap mie yang sudah agak mendingin karena gue terlalu lama melamun, hingga sedikit lupa kalau malam ini gue tengah menyantap mie rebus sebagai menu makan malam. Gue mikirin apa? Tentunya mikirin soal pernyataan Jae tadi yang bilang kalau dia ingin berdamai dengan gue. Haha, konyol.
Beberapa menit kemudian, setelah gue selesai menyantap mie-nya, gue berencana untuk mencari udara segar di malam hari ini. Mumpung masih jam tujuh lewat sepuluh menit, jadinya nggak terlalu malam untuk gue pergi ke taman dan mencari udara segar disana. Kebetulan, tadi habis hujan. Katanya, kalau habis hujan, banyak bintang yang berkilau bertebaran dilangit. Dan gue harap itu benar, karena gue juga perlu mencuci mata untuk melihat sesuatu yang indah dan berkelip. Gue mengambil sebuah jaket hoodie berbahan tebal berwarna pink yang menggantung dibelakang pintu kamar, setelah gue pakai jaket hoodie tersebut, baru deh gue cus pergi keluar untuk mulai mencari udara segar.
Krek
Gue menutup pintu apartemen setelah keluar, pintunya sudah otomatis terkunci, dan nggak bakal ada yang bisa buka pintunya selain gue, karena pintunya harus menggunakan sebuah password yang orang lain nggak tahu, selain gue, tentunya.
"Mau kemana lo?"
Gue berbalik badan setelah mendengar suara itu. Gue melihat Jae yang sedang berdiri didepan pintu apartemennya sendiri, sembari menyenderkan lengan kiri disisi pintu, dan memegang sebuah gelas yang berisi cokelat panas. Gue sedikit mendengkus.
"Mau ke taman, cari angin" jawab gue.
"Tunggu." Jae berbalik badan, hendak masuk kembali kedalam apartemennya.
"Lo mau ngapain?" tanya gue.
"Mau ambil sweater, gue pengen ikut sama lo" jawabnya.
Seketika kedua alis gue terangkat. "Apaan? Kok lo jadi ikut-ikut gue gini sih? Udahlah, diem-diem aja di apartemen."
"Gue bosen, gue juga pengen cari angin. Emangnya gak boleh?"
Gue langsung melengos, Jae melangkah masuk kedalam apartemennya untuk mengambil sweaternya. Tak lama, Jae kembali dan sudah memakai sweater berwarna merahnya itu.
"Ayo" Jae berbalik badan menghadap gue setelah dia udah menutup pintu apartemennya.
***
"Bintangnya bagus amat dah." Jae menunjuk-nunjuk keatas sambil mendongak, tepatnya kearah bintang-bintang yang bertaburan dilangit malam ini. Gue ikut mendongak, melihat apa yang Jae lihat. "Bintang itu bisa diambil gak sih?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Friends
Fanfiction"Teman sejati antara cewek dan cowok itu harusnya nggak boleh pacaran, tapi bolehnya langsung ***** aja." Copyright © 2018, mjoaxxi.