Jodoh-jodohan
"I don't know what to say."
-
Hari ini gue ada jam matkul pagi, sekitar jam delapan gue udah harus nyampe disana, dan sedangkan pada pagi ini, tepatnya pada pukul tujuh lewat limabelas menit, gue masih tiduran cantik diatas ranjang tidur. Entah mengapa rasanya gue benar-benar sangat amat malas pada hari ini, gue nggak mau bangun, gue mau tetap seperti ini. Tiduran diatas ranjang tidur, sampai nanti siang, dan kalau perlu sampai nanti ketemu pagi lagi, ehe.
Tapi kayaknya nggak bisa, karena baru saja gue mendengar ketukan pintu yang amat keras di pintu masuk utama, juga sesekali diiringi teriakan yang menyebut nama 'Donat' disana. Kapan si chicken little itu berhenti mengetuk pintu dengan nggak nyantainya, dan berhenti meneriaki nama gue dari luar? Ini adalah satu hal yang menurut gue agak gila. Mau dikata apa nanti, gue dan dia sama tetangga apartemen yang lain? Satu sisi yang lain, yang sangat gue pikirkan adalah ... DIA SERIUS MAU BERDAMAI DAN JADI TETANGGA YANG BAIK SAMA GUE, NGGAK SIH!?
Ck, oke kita mencoba tenang. Seharusnya gue juga nggak terlalu peduli sama omong kosongnya yang nggak berguna itu.
Krek
"Heh, bangsat, lo mengganggu ketenangan gue tau nggak!" gue langsung mengomel pada Jae, saat gue baru saja membuka pintu, dan alhasil membuat Jae akhirnya bungkam dengan wajah yang ketakutan. "Mau berdamai apa engga sih, lo? Kok kelakuan lo macam annoying boys banget!" gue mengomel lagi.
Dan anehnya, nggak lama gue mendengar suara tawaan Jae yang amat girang(?). Disitu, gue seketika langsung mikir, apanya yang lucu?
Gue menatap Jae dengan wajah datar, dan kedua tangan yang dilipat didepan dada. Jae masih tertawa geli, dan kelihatan banget kalau dia itu kegirangan."Akh, lo kenapa lucu banget sih, Donat. Euh--" ucap Jae sambil mencoba menghentikan tawaannya tersebut, dan menghusap air mata yang hampir menetes karena dia terlalu berlebihan tertawa.
"Lucu apanya, sih!? Ngaco banget deh lo, udah lah sana pergi" gue mengibaskan tangan, mengisyaratkan agar dia segera pergi.
Jae langsung menggelengkan kepalanya, menolah perintah. "Nggak, seenak jidat aja lo ngusir gue kayak gini, emangnya ini apartemen punya nenek moyang lo?" ucap Jae.
"Bacot ya."
"Mending lo mandi sana, biar bersih dan wangi. Jangan kayak gini, baru bangun tidur kumel banget dah ... mana rambutnya berantakan, sisa iler lo tuh masih ada. Ewh, cewek-cewek kok jorok" Jae bergidik geli setelah menunjuk kearah daerah bibir gue.
"Bangsat kamu, anak ayam" ketus gue.
Jae kembali tertawa, "UDAH SONO MANDI, ADA MATKUL PAGI, KAN? KITA BERANGKAT BARENG KE KAMPUS" ucapnya sembari membalikkan badan gue, dan mendorong gue masuk kedalam apartemen gue sendiri.
"ETTT---IYA BIASA AJA DONG, KAMPANK."
***
Dan selama di perjalanan menuju kampus, gue diam dan nggak ngobrol apapun sama Jae yang sedang fokus nyetir mobil. Rasanya awkward banget napadah. Sedangkan disisi lain, gue hanya mencoba fokus mendengarkan sebuah alunan lagu yang Jae putar dari audio mobilnya. Gue nggak tahu ini judulnya apa, dan gue hanya tahu bahwa ini adalah lagu girlband Korea. Suara mereka nggak asing, dan sepertinya gue juga pernah dengar sebelumnya, sayangnya gue lupa apa nama girlband-nya. Genre lagunya ballad, sangat cocok untuk menjadi penghantar tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Friends
Fanfiction"Teman sejati antara cewek dan cowok itu harusnya nggak boleh pacaran, tapi bolehnya langsung ***** aja." Copyright © 2018, mjoaxxi.