Love Destiny 19

4.9K 166 3
                                    

Tak terasa perjalan rumah tangga mereka sudah berjalan empat bulan. Kemesraan serta rasa sayang selalu mereka ciptakan demi mempererat cinta mereka. Siapa saja yang melihatnya pasti merasa iri dengan kebahagian sepasang suami istri itu.

Aqilla memang terlihat bahagia tapi jauh dari lubuk hatinya ia merasa gunda gulana. Sejak mereka sama-sama memadu kasih sampai saat ini dirinya belum ada tanda kehamilan. Walaupun memang baru beberapa bulan tapi ia tahu kalau suaminya menginginkan keturunan darinya. Farqah tak pernah memintanya tapi dengan adanya seorang anak pasti akan menambah kebahagiaan keluarga kecilnya.

"Sayang mana dasiku!" Teriakan manja Farqah .

"Iya sebentar aku sedang mengambilkannya!" Jawab Aqilla dari dalam ruangan walk in closet yang terdapat di kamarnya.

Setelah mendapat yang sepadan dengan stelan jas yang akan suaminya pakai, Aqilla bergegas menghampiri suaminya. Pagi ini Farqah terlihat sibuk karena nanti ada meeting penting bersama client barunya. Aqilla memberikan dasinya tetapi Farqah sibuk dengan ponselnya. Aqilla menggeleng tanpa bertanya ia memakaikan dasi itu.

Farqah tersenyum masih dengan mengutak-ngatik ponselnya, ia sengaja agar istrinya yang memakaikan dasi untuknya. Keisengannya berlanjut ia beberapa kali mencium puncak kepala istrinya membuat Aqilla mengendus kesal. Pasalnya ia tak selesai-selesai memakaikan dasi itu. Farqah merasa tak bersalah dengan terus menciuminya.

"Farqah!!" Teriak Aqilla sebal.

"Ada apa sayang!" Jawab Farqah entengnya.

"Jangan menggodaku aku sedang memakaikan dasi untukmu!!"

"Aku tidak menggodamu! Aku hanya menciummu dengan sayang!" Ucap Farqah dengan cengir kudanya.

"Ya baiklah aku kalah berdebat denganmu!" Ucap Aqilla. "Sudah selesai!" Lanjutnya setelah selesai  dengan simpulan dasi itu.

Saat Aqilla hendak pergi Farqah malah mendorong tubuh istrinya hingga merapat ke tubuhnya. "Seandanya hari ini tidak ada meeting mungkin aku takkan pergi ke kantor!" Ucapnya dengan memeluk istrinya.

Aqilla mengernyit, "Ada apa denganmu hah?"

"Kau selalu membuatku rindu!"

Mendengar ucapan suaminya Aqilla tersenyum dan membalas pelukkannya. Ntah mengapa ia juga merindukan hal yang sama. Ia tak mau rasa rindu ini hilang. Belakangan ini perasaannya sedikit tidak tenang tapi ia selalu menepisnya agar tidak larut dalam kesedihan yang ia sendiri saja tidak tahu.

Seperti biasa setelah suaminya berangkat Aqilla lantas siap-siap untuk pergi kuliah. Farqah selalu menawarinya agar berangkat bersama tapi Aqilla menolaknya secara halus. Ia tidak mau membuat suaminya harus bolak-balik mengantarnya karena kampusnya dan perusahaan Farqah berbeda arah. Aqilla lebih mandiri untuk membawa mobilnya walaupun ia memiliki supir pribadi.

Sesampainya di kantor Farqah di sambut oleh Lia  sekertarisnya. Lia memasuki ruangan Farqah untuk memberikan beberapa berkas untuk meeting hari ini. Selang beberapa menit Lia keluar tak lama Denis muncul menemui Farqah.

"Gimana persiapan meeting hari ini?" Tanya Farqah yang sedang membaca beberapa berkas di atas meja kebesarannya.

"Beres!" Jawab Denis dengan ancungan jempolnya. "Client kita kali ini merupakan investor besar yang memiliki beberapa cabang perusahan di dalam maupun luar negri. Kalau kerja sama ini berhasil perusahaan ini akan lebih maju.

"Itu yang ku harapkan! Aku takkan sia-siakan kesempatan emas ini," kata Farqah menatap Denis.

Tepat jm 10.00 meeting di mulai. Meeting di adakan di perusahaan milik Farqah. Farqah melangkahkan kaki ke ruangan meeting bersama Denis. Sebentar lagi client-nya akan datang.

Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang