Love Destiny 27

4.4K 184 8
                                    

Wanita cantik itu sedang berkutak-katik di dapur, ia sedang menyiapkan beberapa hidangan untuk makan malam. Ia tak sendiri ada Bi'nah di sampingnya. Bi'nah sempat melarang majikannya itu untuk tidak membantunya memasak di dapur. Pasalnya semua pekerjaan di dapur adalah tugasnya.

"Non kan cape abis pulang masa bantu Bibi di dapur," ucap wanita parubaya itu. "Sudah biarin Bibi saja yang mengerjakan semua ini!" Lanjutnya.

Bukan maksud Bi'nah melarang majikannya itu. Hanya saja majikannya baru saja pulang. Aqilla tak mengindahkan perkataan Bi'nah. Ia tersenyum atas larangan Bi'nah, malah membuat dirinya bertambah semangat membantunya di dapur.

"Nggak apa bi, aku senang disini! Bantu masak, apalagi masak buat suami sendiri," ucap Aqilla yang sedang menata tumisan sayurannya ke dalam wadah.

"Bibi takut Den'Farqah marah kalau Non'Qilla kecapean gara-gara bantu bibi,"

Aqilla menatap Bi'nah dengan senyum, "ku pastikan itu tak akan terjadi, ini adalah keinginanku. Berkat Bibi ngajarin aku masak sekarang perlahan aku bisa masak walau yaa masih sedikit asin."

Bi'nah tertawa renyah, "tapi tetap enak ko non,"

"Ah Bibi bisa saja!"

Selang 5 menit.
"Ya sudah ini masakannya udah selesai, non panggil Den'Farqah saja biar Bibi yang menata semua makanan ini di meja makan," tutur Bi'nah.

"Baiklah, aku akan panggil Farqah dulu yaa bi," ucap Aqilla lalu melenggang pergi.

Farqah sedang berada di ruang kerjanya. Mengecek beberapa email masuk yang di kirim oleh Lia sekertarisnya untuk bahan meeting esok hari. Mata coklatnya terfokus menatap layar yang berukuran segi empat itu.

Aqilla melangkahkan kakinya menuju lantai dua di mana arah kamarnya berada. Ia berniat untuk menemui Farqah mengajaknya makan malam karena makanan telah siap. Sebelum sampai tangga matanya melihat ruang kerja Farqah setengah terbuka. Ruang kerja Farqah berada di lantai satu bersebelahan dengan ruang keluarga.

Aqilla sedikit menimbang-nimbang apakah Farqah berada di sana atau tidak. Akhirnya ia menuju ruang kerja Farqah terlebih dahulu, jika suaminya tidak berada di sana baru ia akan pergi menuju kamar mereka. Saat dirinya ingin mengetuk pintu tangannya menggantung ketika ia terpesona melihat pria yang tak jauh dari pandangannya. Sumpah demi apapun Farqah terlihat begitu tampan dan memukai dengan tampang seriusnya. Bibirnya yang berkomat-kamit sedang membaca sesuatu di sana terlihat begitu seksi, weww.

Farqah masih terfokus pada layar di depannya. Farqah memang selalu serius dalam urusan pekerjaan. Aqilla masih setia berdiri di ambang pintu. Takkan ia sia-siakan sedikitpun untuk tidak mengamati ciptaan Tuhan yang begitu sempurna baginya.

Ini bukan untuk pertama kali saja Aqilla diam-diam memandangi Farqah seperti ini. Saat pagi hari dan Farqah masih tertidur lelap Aqilla melakukan hal yang sama, itu tanpa sepengetahuan Farqah tentunya.

"Non'Qilla!" Teriakan Bi'nah yang tak begitu nyaring.

"Aauww!"

Aqilla tersentak kaget namanya disebut. Tubuhnya lunglai menyender pada pintu yang setengah terbuka. Pintunya bergerak ke belakang hingga tubuhnya pun ikut. Alhasil tak sengaja keningnya malah terbentur pintu yang berada di depannya. Aqilla mengusap sisi keningnya yang lumayan sakit karena ulahnya. Siapa suruh mengintip akhirnya kena batunya.

Farqah mendengar ringisan dan menatap ke sumber suara. Ia mendapati istrinya sedang mengadu kesakitan. Suara barusan adalah suara istrinya. Dengan rasa cemas Farqah segera menghampirinya.

"Sayang kamu kenapa?" Tanya Farqah panik yang sudah berada di depan Aqilla.

"Hanya terbentur sedikit," jawab Aqilla. Farqah dengan sigap mengusap dan meniup kening istrinya layaknya seorang anak kecil.

Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang