Sesuai rencana selesai kuliah Aqilla pergi menuju cafe milik kekasihnya. Hari semakin sore matahari tidak begitu menyengat . Sesampainya dicafe salah satu karyawannya mengatakan bahwa kekasihnya sudah pulang sejam yang lalu.Aqilla pun bergegas menuju apartementnya yang tak jauh dari cafenya. Tadinya aqilla ingin memberi tahu Bobby kalau ia akan menemuinya, karena mengingat panggilan telponnya tak pernah diangkat ia urungkan niatnya. Mungkin dalam benaknya kekasihnya akan senang dengan kedatangannya yang tiba-tiba.
Sesampainya Aqilla langsung menuju lift, walaupun ia belum pernah ke apartement Bobby tapi Aqilla tahu karena Bobby pernah mangatakan letak jelasnya.
Kini Aqilla sudah tepat di depan kamar apartement milik kekasihnya, seraya ingin menekan bel matanya melirik ke arah pintu yang sedikit terbuka.
"Ko! terbuka yaa?" Tanyanya ntah pada siapa.
"Mungkin dia lupa menutupnya," tanpa pikir panjang aqilla segera masuk dengan senyum yang mengembang. Dalan hatinya ia sudah tidak sabar untuk bertemu kekasihnya yang sudah seminggu ini tak ada kabar.
"PRANGGGG!!!"
Aqilla tak sengaja menyenggol sebuah guci yang berada tepat di sebelah sofa. Matanya menatap tak percaya dengan yang ia lihat barusan. Mereka yang menyadari kedatangan seseorang menghentikan aktivitasnya.
Aqilla menutup sebagian wajahnya dengan tangan kanannya dan berlari begitu saja meninggalkan tempat sial itu.
.
.
Pria tampan berkarisma itu sedang mengendarai mobil miliknya, ia terasa lelah dengan hari ini. Dari pagi hingga menjelang malam di sibukkan dengan pekerjaan kantornya.
Farqah harus memeriksa hasil laporan setahun belakangan ini. Selama di Prancis ia hanya menerima laporan secara intinya saja.
Sebagian kota diguyur air hujan membuat jalanan menjadi sepi. Semakin malam hujan semakin deras, sesekali petir pun terdengar.
Farqah menghentikan mobilnya tiba-tiba, ia melihat seorang gadis jatuh pingsan di trotoar. Farqah segera keluar dari mobil dan menghampiri gadis itu.
"Nona,,nona?" Panggilnya.
Tak ada reaksi tanpa pikir panjang Farqah langsung membawanya. Farqah membopongnya dan meletakkan tubuh gadis itu di bagian belakang penumpang. Mereka pun menuju rumah sakit terdekat.
Perlahan gadis itu membuka mata, ia bergerak mengedarkan pandangan kesekelilingnya yang serba putih dan bau obat-obatan. Aqilla menyadari kini berada di rumah sakit.
Aqilla bangun dari tidurnya, ia meringis dengan memegangi kepalanya yang sedikit pusing.
Matanya menangkap pria yang menghampirinya "kau istirahat saja dulu!" Perintah pria itu.
Aqilla menangkis tangan pria itu yang menyentuh pundaknya "tidak aku ingin pulang".
"Baik aku akan memanggil dokter," katanya dan diberi anggukan Aqilla.
Tak lama dokter datang dan memeriksa keadaan Aqilla. Dokter mengatakan bahwa dia baik-baik saja hanya kelelahan dan harus banyak istirahan, Aqilla pun diperbolehkan pulang.
Farqah mengantarnya pulang Aqilla sempat menolak, karena tubuhnya lemah pria itu membujuknya akhirnya ia menuruti. Di dalam mobil Aqilla hanya diam, menatap luar jendela pikirannya kosong. Begitu banyak masalah yang tumpuk di otaknya.
"Kau baik-baik saja," kata Farqah yang memecahkan keheningan.
"Hemm"
Farqah menengokan sekilas lalu menatap kembali ke depan. "Apa masih pusing?"
Aqilla tersenyum getir dan menatap lurus kedepan "makasih!"
Farqah mengernyit "buat?".
"Kau sudah menolongku dan membawaku kerumah sakit," kata Aqilla dan kembali kelamunannya.
Sebenernya Farqah sudah tau masalah yang di alami gadis itu, tapi dia memilih diam. Dalam hati ia harus segera melaksanakan rencanaanya itu.
Tak lama mobil Farqah sampai di pelataran rumah Aqilla. Setelah Aqilla masuk ke dalam rumah baru Farqah pergi. Aqilla melangkah kakinya dengan selembut mungkin agar tidak terdengar suara sedikit pun. Aqilla takut jika papanya tau ia pulang semalam ini akan dapat ocehan.
"Hufff akhirnya selamat" kata Aqilla yang menyenderkan tubuhnya di belakang pintu kamarnya.
Aqilla langsung menerjangkan tubuhnya di kasur, hari yang begitu lelah bukan hanya tubuhnya yang sakit begitu juga hatinya.
"Dasar cowok sialan," pekiknya mengingkan Bobby kekasihnya sedang bercumbu dengan wanita lain.
Aqilla memukul-mukul boneka beruangnya yang besar seakan-akan itu adalah Bobby.
"Rasakan kucing garong," ucap Aqilla di pukulannya yang terakhir.
Aqilla pun lelah ia berbaring, napasnya sedikit terengah-engah. Ia pun memejamkan matanya dan terlelap.
***
Kini Aqilla berada di ruang makan, ia sedang sarapan bersama kedua orang tuannya. Walaupun tak berselera ia harus tetep mengisi perutnya yang sejak kemaren tak diisinya.
"Sayang,, kamu kenapa makannya di acak-acak, wajahmu juga pucat?" Tanya Airin khawatir.
Aqilla menoleh "nggak papah ko mah!"
"Pulang kuliah langsung pulang!" Perintah Farid. "Nanti malam acara makan malam dengan calonmu," lanjutnya.
"Tapi katanya-"
"Lebih cepat lebih baik," kata Farid memotong ucapan putrinya.
Aqilla mengendus kesal papanya seenaknya memerintahnya, padahal ia belum mengatakan setuju atas perjodohan ini.
Kini Aqilla berada di dalam taksi. Mobilnya masih di apartement Bobby. Setelah ia melihat kejadian sial itu, Aqilla berlari keluar gedung tanpa memikirkan mobilnya. Ia akan mengambilnya setelah pulang kuliah nanti.
Bagaimana dengan Bobby? Ntah lah. Bahkan ia tak menghubunginya sama sekali.
~NEXT~
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny
Romance#Beberapa bab private acak# Bertemu denganmu mungkin takdirku walaupun lewat jalur seseorang. Aku memilihmu bukan karena ketertarikan fisik yang kau miliki. Aku memilihmu karena aku merasa kau pantas untukku dan membahagiakamu adalah tujuanku. -Far...