Kehidupan seseorang memang tidak ada yang tahu begitupun dengan cinta. Ada yang mendapatkan cinta sejatinya ada pula yang harus mengorbankan cintanya.
Gadis yang sedang berbaring di atas ranjang yang baru saja Aqilla ketahui dia adalah Felisa. Aqilla sempat shock atas ucapan Farqah. Aqilla merasa malu, karena ia sempat cemburu dengan gadis yang sedang terbujur kaku di hadapannya. Farqah mengatakan bahwa Felisa sedang kritis karena penyakit yang di deritanya.
Aqilla lebih mendekat kesisi ranjang di genggamnya tangan dingin Felisa. Walaupun Aqilla tak begitu dekat tapi Aqilla merasa Felisa sudah seperti sahabatnya, sama seperti Dinda dan Rere.
"Fel bangun Fel! Disini ada Farqah dan Aqilla," kata Sarah yang berada di sisi ranjang bersebrangan dengan Aqilla.
"Iya Felisa bangun, aku ingin lebih dekat denganmu, ingin menjadi sahabatmu," ucap Aqilla antusias.
Tak ada reaksi dari Felisa matanya masih setia menutup rapat. Sarah menangis hatinya merasa teriris sudah seminggu lebih adiknya tak sadarkan diri. Sarah semakin takut kalau adik satu-satunya akan meninggalkannya, walaupun ia tahu cepat atau lambat itu akan terjadi. Dokter sudah memvonisnya walaupun ketentuan hidup atau mati hanya Tuhan yang tahu.
Sarah semakin terisak dalam tangisannya, Aqilla menghampiri dan memeluknya memberi ketegaran. Aqilla meminta izin kepada Farqah untuk mengajak Sarah keluar dan Farqah mengangguk atas jawabannya.
Aqilla mengajaknya ke taman rumah sakit agar Sarah lebih tenang dan tidak memikirkan hal yang tidak-tidak. Setelah hatinya sedikit tenang Sarah menceritakan kepada Aqilla tentang dirinya, Farqah dan Felisa. Aqilla hanya diam menyimak setiap perkataan Sarah.
Sarah menceritakan semua yang terjadi agar tidak terjadi salah paham antara dirinya dan Aqilla. Aqilla pun memahami akan hal itu. Sarah juga meminta maaf karena keinginannya untuk menemui Felisa dengan Farqah membuat Aqilla sempat salah paham.
"Maafkan aku Aqilla karenaku kau bertengkar dengan Farqah," ucap Sarah merasa bersalah. Kini mereka sedang berada di taman rumah sakit. Sarah sedikit banyak bercerita antara dirinya, Farqah serta adiknya.
Aqilla menggenggam tangan Sarah memberi ketegaran, "jangan salahkan dirimu, ini semua sudah takdir begitupun dengan adikmu. Jangan kau merasa bersalah atas dirinya itu sudah kehendak yang di atas, untuk sekarang kau hanya memikirkan tentang kondisi adikmu saja".
Sarah tersenyum, "makasih Aqilla kau sangat baik, Farqah beruntung memiliki istri sepertimu."
Aqilla membalas senyumnya
Terdengar suara ponsel dan itu milik Sarah. Terlihat nama Farqah di layar ponselnya. Sarah menengokan kepalanya ke arah Aqilla memberi izin dan Aqilla membalasnya dengan anggukan. Dengan segera Sarah menggeser tombol dial hijau.
"Halo!"
".........."
"Benarkah yang kau katakan?"
".........."
"Aku dan Aqilla akan segera kesana!"
Sarah mematikan ponselnya dengan wajah sumringah. Aqilla mengernyitkan dan menatapnya seakan bertanya.
"Aqilla kita harus segera masuk ke dalam!" Ucap Sarah tak sabaran.
"Ada apa Sarah?" Tanya Aqilla penasaran.
"Felisa sudah bangun dari kritisnya," jawab Sarah.
"Benarkan?"
Sarah menganguk menandakan iya. Sarah mengajak Aqilla untuk masuk ke dalam ruang perawat adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny
Romance#Beberapa bab private acak# Bertemu denganmu mungkin takdirku walaupun lewat jalur seseorang. Aku memilihmu bukan karena ketertarikan fisik yang kau miliki. Aku memilihmu karena aku merasa kau pantas untukku dan membahagiakamu adalah tujuanku. -Far...