Love Destiny 8

4.9K 199 2
                                    

Tengah malam Aqilla mencoba memejamkan kedua matanya untuk tidur, tapi hasilnya nihil. Ia tak bisa tidur pikirannya selalu terbayang-bayang perilaku suaminya. Pria itu yang tak jauh dari pandangannya Aqilla memandanganya dalam diam. Tak terasa seutas senyum terukir di bibir mungilnya. Bayangan saat Farqah memandangnya, perkataanya dan senyum tulusnya membuat dirinya kaku saat bersamanya.

Di tambah ketika mereka pergi berdua beberapa jam yang lalu saat undangan makam malam bersama rekan bisnisnya. Suaminya tak henti-hentinya memandangi wajahnya, membuat Aqilla tersipu malu. Yaa walaupun rekan bisnisnya itu membawa istrinya juga.

Farqah mengerang pelan saat punggungnya terasa nyeri, ia memiringkan tubuhnya dengan mata masih terpejam. Aqilla panik dengan cepat memposisikan tubuhnya terlentang dan memejamkam matanya rapat-rapat.

Pria kharisma itu membuka matanya dan bangun dari tidurnya. Farqah berdiri sepenuhnya menggerakan kedua tangannya kebelakang beberapa kali dan memijit punggungnya yang terasa pegal. Farqah mendekatkan dirinya ke arah Aqilla, ia tersenyum menatapnya dan merapikan selimut yang sedikit berantakan menutup tubuh istrinya.

Farqah keluar dari kamar untuk mencari kotak obat yang berada di ruang keluarga. Farqah ingin meminum obat peredah nyeri. Aqilla menyadari suara pintu kamar tertutup, ia melirikkan matanya kearah sofa ternyata kosong tak ada Farqah disana. Aqilla turun dari tempat tidurnya lalu keluar kamar untuk mencari Farqah. Dari tengah tangga Aqilla melihat Farqah sedang memimum sesuatu.

"Apa yang dia lakukan disana?" Tanyanya ntah pada siapa.

Aqilla menuruni sisa anak tangga dan menghampiri Farqah suaminya di ruang keluarga. "Kau sedang apa? Apa yang kau minum barusan?" Deretan pertanyaan darinya.

Farqah tersentak kaget dan meletakan gelas di atas meja yang ia genggam, "aku hanya minum vitamin!" bohong Farqah.

Aqilla menyipitkan matanya dan menarik resep obat yang tersisa, "kau bohong ini obat nyeri bukan vitamin".

Farqah menarik tangan Aqilla membuat empunya duduk tepat di sebelahnya. Aqilla diam dengan bibir berkatup rapat ia bisa merasakan kulit tangannya bersentuhan dengan kulit Farqah Bahkan telapak tangannya di pegang erat olehnya. Aqilla meneguk salivanya saat tatapan Farqah seperti hipnotis dirinya. Tubuh Aqilla terasa kaku ingin menarik tangannya pun sulit. Jarak mereka hanya beberapa senti saja bahkan Aqilla bisa merasakan hembusan napas suaminya.

Farqah mengangkat satu alisnya, "kau kenapa bangun?" Perkataan Farqah membuat Aqilla mengerjap dan memalingkan wajahnya.

Sial! Ada apa dengan diriku, batin Aqilla.

"Kau kenapa terbangun?" Tanya Farqah kembali.

Aqilla menunduk menarik tangannya dan menatap ke depan, "Aku terbangun mendengar suara pintu tertutup!" Kata Aqilla walaupun kata hatinya berkata ia bahkan belum tidur sama sekali.

"Apa aku membangunkanmu?" Tanya Farqah. "Maaf kalau begitu," lanjut Farqah dengan rasa bersalah.

Aqilla menghela napas dan menoleh, "apa kau sakit? Kenapa kau minum obat itu?" Tanya Aqilla menatap sisa obat di atas meja.

Farqah menggeleng, "Tidak! Hanya nyeri sedikit saja!"

Aqilla menatap Farqah intens, "kau pasti bohong padaku, ayolah ceritakan aku kan istrimu kalau kau sakit aku juga khawatir!"

Farqah tersenyum mendengar kata 'istrimu' membuat Aqilla bingung. Farqah mengacak rambut Aqilla pelan, "makasih istriku kau khawatir padaku, ayo tidur lagi!" Ajak Farqah dan menarik tangan istrinya.

Aqilla sekejap ingat yang barusan di ucapkannya tadi, ia mengikuti Farqah dengan menunduk karena merasa malu. Sampai di dalam kamar Farqah menyuruh Aqilla berbaring dengan sigap Farqah menyelimuti istrinya.

Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang