Malam hari Bobby sedang menyendiri di dalam apartementnya. Di dalam kamar yang amat temaram Bobby memikirkan perkataan Aqilla. Wanita yang pernah singgah di hatinya yang pernah ia sia-siakan.
Aqilla termasuk wanita baik-baik tidak seperti para mantannya yang memberikan tubuhnya demi uang. Jangankan untuk tidur bersamanya, menyentuh ujung bibirnya pun Aqilla akan menolaknya. Aqilla tidak mau menyerahkan keperawanannya kalau bukan untuk kekasih halalnya, itulah prinsipnya.
sejak dimana Aqilla memergoki Bobby sedang bercumbu dengan seorang wanita, pria itu tak menghiraukannya. Bahkan Aqilla tahu persis siapa wanita yang bersama Bobby waktu itu. Dia adalah Bella temen satu kampus Aqilla. Bobby terbuai dengan kemolekan Bella hingga menyia-yiakan Aqilla. Kini Bella wanita itu pergi ntah kemana untuk mencari pria yang lebih kaya dan meninggalkan Bobby.
Bobby bangun dari rebahannya seraya duduk, "aku harus mendapatkan Aqilla kembali! Tidak perduli dengan lelaki yang mengaku suaminya, karena aku lebih dulu yang memilikinya," gumam Bobby.
Bobby berdiri dan berjalan ke arah balkon apartemennya dengan mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Bobby berdiri di tepi pagar balkonnya seraya menghubungi seseorang.
"Besok datang ke cafe! Aku tunggu!" Perintah Bobby dengan seseorang di sebrang sana.
Pria itu menatap tajam ntah kearah siapa akan tetapi pikirannya hanya tertuju pada satu orang. Yaitu kembalinya Aqilla ke sisinya.
.
.
Aqilla menghampiri suara orang panik di ruang keluarga. Itu adalah suara Bi'inah asisten rumah tangganya. Mata Aqilla terbelalak saat melihat wajah serta tangan suaminya sudah di penuhi dengan bintik merah.
"Astaga Farqah kau kenapa? Apa yang terjadi?" Tanyanya khawatir. Aqilla menghampiri Farqah dan duduk disebelahnya.
Bi'inah memberi obat untuk tuannya, "Non DenFarqah punya alergi makanan," Bi'inah yang menjawab.
Aqilla mengernyitkan dahi. Makanan? Maksudnya makanan apa? Apa jangan-jangan dia, batin Aqilla manatap Farqah untuk mencari jawaban atas pertanyaannya.
Farqah meminum obat yang diberikan wanita parubaya itu. "Tak usah khawatir aku tak papa, ini cuma alergi biasa setelah minum obat juga pasti hilang!" Papar Farqah dan mangusap sebelah pipi Aqilla.
Aqilla menggeleng, "Mana mungkin ini alergi biasa, lihatlah wajah dan tubuhmu banyak bintik merah. Maafkan aku Farqah! Sungguh aku benar- benar ti...."
Ucapan Aqilla terhenti ketika jari telunjuk Farqah tepat berada di depan bibir istrinya. "Jangan salahkan dirimu, aku benar-benar tidak papa!" Kata Farqah.
Farqah berdiri dari duduknya dan menarik tangan Aqilla, "ayo ke kamar aku ingin istirahat!" Ajak Farqah. Mereka melenggang pergi ke lantai dua Bi'inah tersenyum bahagia melihat anak dari majikannya.
Tengah malam Farqah mengerang pelan, hembusan napasnya terasa panas. Ia merapatkan selimutnya dengan bibir bergetar. Tubuhnya terasa menggigil hingga menusuk dadanya. Sebenernya Farqah tahu resikonya akan seperti ini akan tetapi ia tidak ingin mengecewakan istrinya. Setelah pulang dari restaurant Farqah langsung berlari ke dalam rumah untuk meminum obat alergi. Farqah melihat wajah Aqilla yang khawatir saat tubuhnya di penuhi bintik merah. Farqah lantas menggenggam tangan istrinya agar tidak terlalu cemas.
Aqilla bangun dari tidurnya merasakan selimutnya tertarik dan suara rintihan seseorang. Ia menolehkan kepalanya dan mendapati suaminya sudah meringkukkan tubuhnya seperti membeku.
Aqilla menghampiri dengan setengah bangun dan menyentukan telapak tangannya ke kening Farqah. "oh tuhan panas sekali tubuhnya!" Pekiknya.
"Farqah!" Panggil Aqilla pelan. "Farqah kita harus kerumah sakit! Kau deman," kata Aqilla.
Farqah membuka selimutnya yang menutupi wajah tampannya. "Tidak usah! Ambilkan saja obat penurun panas di kotak obat, nanti juga hilang panasnya".
"Tapi kau...!"
"Aku tak apa jangan khawatir!" Kata Farqah memotong ucapan istrinya.
"Baiklah kau tunggu aku akan mengambilkan obat dan kompresan untukmu!" kata Aqilla dengan menurunkan tubuhnya dari atas kasur.
Aqilla setengah berlari menuju ruang keluarga mencari obat dan ke arah dapur untuk mengambil air es untuk mengompres. Ia menjadi merasa bersalah gegara keinginannya ingin makan seafood. Aqilla benar-benar tidak tahu kalau suaminya alergi, bahkan saat makan Aqilla menyuruhnya menghabiskan semua makanannya.
Sesampai dikamar Aqilla memberikan obat serta air untuk Farqah minum. Aqilla juga dengan sigap mengompres agar panas tubuhnya hilang.
Aqilla duduk di sisi Farqah seraya menatap suaminya, "maafkan aku!" Lirihnya. "Semua salahku!" Lanjutnya.
Farqah masih saja menggigil membuat Aqilla panik. "Farqah!!" Panggil Aqilla pelan.
"Dingin!!"
"Kau kedinginan akan aku ambilkan selimut!" Kata Aqilla dan segera mengambil beberapa selimut di dalam lemarinya. Farqah masih mengerang dan tubuhnya bergetar Aqilla bingung dan bertambah panik apa mesti yang harus ia lakukan.
"Farqah apa kau masih dingin?" Tanya Aqilla.
Tak ada jawaban hanya terdengar suara rintihan.
Dengan sedikit keberani dan menghilangkan gengsinya dengan perlahan Aqilla masuk kedalam selimut yang menutupi suaminya dan memelukknya. Memberikan kehangatan agar suaminya sedikit tenang. Perlahan tubuh Farqah menerima dan sedikit demi sedikit tubuhnya kembali normal. Aqilla merasa lega. Tanpa sadar Farqah juga membalas pelukan istrinya. Hingga sama-sama tertidur di gelapanya malam.
Pagi hari cahaya mentari menyilaukan mata Farqah membuat dirinya bangun dari tidurnya. Perlahan mata coklatnya terbuka. Farqah tersenyum mendapati istrinya sedang memeluknya. Ada rasa bahagia yang terlihat dari senyumnya. Farqah mencium puncak kepala istrinya dan merapatkan tubuhnya.
Jam 09.00 pagi Aqilla baru bangun dari tidurnya, ia merasa tidurnya begitu nyenyak. Perlahan mata indahnya terbuka dirinya begitu kaget apa yang ia liat tepat di depan matanya. Aqilla memundurkan tubuhnya menatap Farqah yang masih memejamkan matanya.
Kenapa wajahnya begitu polos saat tidur, terlihat tampan bahkan bibirnya terlihat seksi, batin Aqilla.
"Apa wajahku sangat tampan saat tidur?" Tanya Farqah dengan membuka matanya.
"Apa?" Ucap Aqilla kaget, dirinya membeku ketahuan diam-diam memperhatikanya. "Tidak!" Lanjutnya.
"Aku tahu dari tadi kamu memandangiku! Apa wajahku begitu menggemaskan sampai-sampai kau melihatku tanpa berkedip" Ucap Farqah seraya mengangkat kedua alis tebalnya.
Aqilla tersenyum kecut , "kau pede sekali! Seharusnya kau terima kasih padaku bukan mengejekku. Semalam kau panas serta menggigil kedinginan membuatku panik saja!".
"Oh yaa,, apa kau yang menolongku?" Tanya Farqah.
"Iya, tentu saja!" Jawab Aqilla bangga.
"Bagaimana kau menolongku saat aku kedinginan? aku merasa ada orang yang memelukku, memberikan kehangatan untuku. Bahkan Aku merasakannya hingga pagi," ucap Farqah menerawang.
Aqilla meneguk salivanya mendengar ucapan yang terlontar dari Farqah. Bahkan Aqilla bingung untuk menjelaskannya.
"Ee,, itu,, aku,,,!
"Itu... itu... apa? Katakan yang jelas".
"Sudahlah intinya aku yang menolongmu!" kata Aqilla ketus segera bangun dari tidurnya.
"Mau kemana?" Tanya Farqah menarik tangan istrinya.
Aqilla jatuh tepat di atas dada bidang suaminya. Jantungnya terasa berdegug kencang saat Farqah menatapnya dalam diam. Menatapnya setiap inci wajahnya. Bahkan jarak mereka begitu dekat. Farqah merapikan beberapa rambut Aqilla yang menutupi sebagian wajahnya.
"Makasih untuk semalam kau merawatku, makasih untuk semuanya. Aku lelaki beruntung yang mendapatkanmu!" kata Farqah dengan senyum tulusnya.
~NEXT~
👇Ayoo tinggalkan jejakmu🌟
Rirhie16
![](https://img.wattpad.com/cover/134009268-288-k374926.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny
Romance#Beberapa bab private acak# Bertemu denganmu mungkin takdirku walaupun lewat jalur seseorang. Aku memilihmu bukan karena ketertarikan fisik yang kau miliki. Aku memilihmu karena aku merasa kau pantas untukku dan membahagiakamu adalah tujuanku. -Far...