Love Destiny 12

4.2K 219 4
                                    

Takdir apa ini? Mengapa takdir mempermainkanku
Disaat aku membuka hati untuknya
Disaat cinta ini tumbuh
Di saat ku ingin mengatakannya
Pria itu menutup matanya rapat-rapat
Duniaku seakan gelap hanya waktu yang bisa menjawab

♡Aqilla Rafania♡

*******

Suasana begitu tegang di lorong rumah sakit, isakkan tangis wanita berusia 20 tahun itu menggema di sudut ruangan. Sudah hampir dua jam Farqah menjalankan operasi. Aqilla menangis dengan tubuh bergetar dengan rasa takut yang amat dalam. Airin memeluk putrinya seraya menenangkannya. Airin dan Farid terkejut mendengar kabar dari putrinya dan bergegas ke rumah sakit. Tak hanya itu paman dan Bibinya Farqah juga datang menjenguk keponakannya.

Aqilla terus menangis dengan deraian air mata bahkan matanya sedikit bengkak karena terus menangis. Ia terus menatap ruangan ICU dimana suaminya berada di dalam sana. Tak henti-hentinya ia berdoa untuk keselamatan suaminya. Baju penuh dengan darah suaminya pun tak ia perdulikan. Ia hanya ingin suaminya baik-baik saja.

Seorang pria parubaya berpakaian putih keluar dari ruang operasi. Aqilla segera berdiri dan menghampirinya. "Dok! Bagaimana keadaan suami saya?" Tanya Aqilla penasaran.

Dokter menghela napas berat dengan wajah sedih. Aqilla semakin takut melihat raut wajah dokter yang menandakan terjadi hal buruk.

"Cidera yang terjadi pada tuan Farqah cukup serius. Terutama di bagian kepalanya akibat benturan. Ia juga banyak mengeluarkan darah. Kini keadaannya kritis tuan Farqah dalam keadaan koma!".

Seketika itu tubuh Aqilla jatuh dan di tahan oleh kedua orang tuannya tak kuat mendengar perkataan dari sang Dokter. Tubuhnya yang sudah lemah bertambah lemah, kedua kakinya sudah tak sanggup menopang tubuhnya. Perlahan pandangannya gelap dan pingsan. Bagaimana tidak suaminya berada diambang antara hidup dan mati.

Aqilla bangun dari pingsannya, baju yang ia pakai sudah terganti oleh pakaian pasien. Ia terpaksa ikut di rawat karena tubuhnya yang lemah bahkan ia harus mendapat infusan.

Aqilla hendak bangun dan mamanya menghampirinya. "Sayang! Kamu masih lemas! Kamu harus istirahat dulu!" Perintah Airin.

Aqilla menggeleng pelan mengingat Farqah, "nggak mah! Aku ingin bertemu Farqah! Aku ingin menemuinya! Aku mohon mah," kata Aqilla yang di beri anggukan oleh Airin mamanya.

Aqilla berjalan dituntun oleh Airin menuju ruang VVIP dimana suaminya dirawat. Ruangan yang tak jauh dari ruangannya hanya terpaku beberapa kamar. Di depan ruangan Farqah ternyata Denis dan kedua sahabatnya Dinda dan Rere berada disana bersama papahnya, sedangkan paman dan bibinya lebih dulu pulang.

"Aqilla!!" Ucap Rere yang melihatnya tak jauh darinya. Dinda dan Denis menengokan kepala mengarahkan pandangan dimana Rere memanggil nama Aqilla.

Aqilla tersenyum lemah menatap mereka. Dinda dan Rere beranjak dari duduknya untuk menghampiri dirinya. Dipeluknya kedua sahabatnya itu, mereka sama-sama menangis. Dinda dan Rere ikut merasakan kesedihan yang dialami oleh Aqilla.

Di ruangan ini terdapat pembatas dinding kaca yang transparan. Dari balik dinding itu Aqilla melihat Farqah dengan miris. Hatinya terasa perih melihat banyak alat melekat di tubuh Farqah alat yang menunjang kehidupannya. Deraian airmata tak sanggup lagi ia bendung. Perlahan ia memberanikan diri memasuki ruangan itu.

Ruang serba putih nan sepi, hanya ada suara electrocardiogram yang memekik keheningan. Lagi-lagi Aqilla menangis, ia membungkap mulutnya menahan isakkannya.

Aqilla duduk di kursi tepat di sebelah suaminya, "Farqah!" panggilnya lirih.

Aqilla menggenggap tangan suaminya yang begitu dingin, "mengapa kau tidur begitu lama! mengapa kau membuatku takut! Katanya kau ingin menghabiskan waktu bersamaku! Buka matamu aku ingin melihat itu!" Rancauan Aqilla. Airin yang menemani Aqilla keluar dari ruangan itu tak kuasa melihat kesedihan putri bungsunya.

Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang