Siang ini wanita cantik berusia 21 tahun itu sedang berada di kantin bersama kedua sahabatnya. Mereka sedang menunggu beberapa makanan dan minuman yang di pesannya. Tak lama seorang wanita parubaya datang dengan membawakan tiga mangkok mie ayam beserta minumannya. Aqilla beserta kedua sahabatnya akan menikmati makan siang ini dengan menunggu mata kuliah selanjutnya.
"Mari makan!" Ucap Dinda yang tak sabar ingin melahap semangkok mie di hadapannya.
Rere menggeleng melihat tingkah sahabatnya itu.
"Aqilla kenapa mienya cuma di aduk-aduk saja? Di makanlah! Apa iya minta di suapin," Cerocos Dinda dengan mulut penuh mie.
Aqilla hanya menatap Dinda sekilas lalu kembali menatap mie tanpa memakannya.
Ntah mengapa hari ini dirinya tak berselera makan. Pagi saja ia berangkat kuliah tanpa sarapan pagi. Moodnya buruk semenjak suaminya dingin padanya. Tapi ia belum bisa cerita kepada kedua sahabatnya."Kamu kenapa Aqilla?" Tanya Rere khawatir.
"Tak apa! Aku hanya merasa kenyang saja," jawabnya malas.
Rere belum sempat berucap sudah di potong oleh Dinda. "Kayanya kamu kunik deh!" Ucap Dinda seraya menggerakan sendok yang berada di tangan kanannya.
Aqilla menoleh dan mengernyit tak mengerti, "Apaan kunik?" tanyanya.
"Kurang piknik!" Jawab Dinda dengan entengnya.
Rere membuang napasnya kasar, "ett dah ada-ada aja tuh bahasa," ucap Rere. "Kalau Dinda kuit kurang duit!" Timpalnya.
Dengan sombongnya Dinda mengeluarkan dompet pink-nya yang berada di dalam tasnya. "Apa iya aku ngeluarin beberapa lembar di dalam dompet ini!" Ucapnya.
"Sudahlah aku tahu isinya bon utang doang!" Ucap Rere dengan cibirannya.
"Wah parah kamu Re! Dinda anti ngutang kecuali kalau kepepet," ucap Dinda dengan cekikikannya.
Rere menyikut Dinda untuk berhenti dalam tawanya. Rere melirikkan matanya ke arah Aqilla untuk memberi kode pada Dinda. Aqilla memang sedari tadi hanya diam, ia sibuk dengan dunianya tanpa ikut bercanda dengan Rere dan Dinda.
"Qilla kenapa?" Tanya Rere pelan.
"Ntahlah mood ku sangat buruk hari ini!" Jawab Aqilla.
Dinda menggerakan jari tengahnya dengan ibu jarinya hingga menghasilkan suara, "Bagaimana kalau kita ngemol, seperti biasa! Kita udah lama nggak hangout, mau yaa yaa," ajak Dinda dengan membujuk Aqilla dan Rere.
"Otakmu mall mulu!" Ucap Rere.
Dinda mengendus lemah mendapat penolakan dari Rere. Ia pun beralih merayu Aqilla. "Ayoo Aqilla kita pergi ke sana pasti mood baikmu akan datang kembali meninggalkan mood burukmu disini bersama orang yang tak mau ikut!!".
Rere menatap Dinda, "kau menyindirku!"
"Tidak!" Ucap Dinda dengan membuang pandangannya.
"Lalu siapa yang kau maksud?"
"Tidak ada," Ucap Dinda dengan menggerakan kedua bahunya.
"Sudah-sudah jangan bertengkar! Iya kita akan pergi setelah kuliah selesai tapi aku minta izin dulu sama Farqah," ucap Aqilla dan mendapat sorakan gembira dari Dinda.
"Kau mau ikut tidak?" Tanya Dinda pada Rere.
"Iya aku ikut," jawab Rere.
"Cepat kamu telpon tuh Farqah!" Perintah Dinda.
"Iya kamu ini tidak sabaran," ucap Aqilla dengan merogoh isi tasnya untuk mengambil ponsel miliknya.
Aqilla berulang kali menelpon Farqah tapi tidak satu pun mendapat jawaban darinya. Hatinya merasa gelisa. Apa Farqah marah padanya karena ia bangun kesiangan? Atau ada hal lain! Ntahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny
Romance#Beberapa bab private acak# Bertemu denganmu mungkin takdirku walaupun lewat jalur seseorang. Aku memilihmu bukan karena ketertarikan fisik yang kau miliki. Aku memilihmu karena aku merasa kau pantas untukku dan membahagiakamu adalah tujuanku. -Far...