Aqilla mengerang matahari menyilaukan mata indahnya. Dadanya serasa sesak, perutnya terasa berat seperti ada yang menindih di atas sana. Perlahan ia membuka matanya menerawang seisi yang ada di depannya. Aqilla menurunkan pandangannya sebuah tangan kekar yang bersandar di perutnya. Ia lantas menolehkan ke samping suaminya sedang memeluknya.
Seingatnya semalam ia merebahkan tubuhnya di atas sofa yang ada ruang tamu dan mengunggu suaminya pulang. Apa Farqah yang memindahkannya? Jam berapa ia pulang? Pertanyaan itu yang mengusik otaknya.
Aqilla menggeserkan tubuhnya sembari mengangkat tangan Farqah yang bertumpu di perutnya. Farqah mengerang, ia malah semakin merapatkan pelukannya. Farqah menenggelamkan wajahnya di tengkuk leher istrinya. Aqilla bisa merasakan deru nafas suaminya yang membuatnya merinding geli.
"Aku merindukanmu!" Rancauan Farqah tanpa sadar. Aqilla tersenyum simpul mendengar ucapan suaminya. Sambutan yang indah sepagi ini.
"Kenapa kau baru kembali!!" Rancauan kembali Farqah dengan mata masih terpejam. Seketika senyum Aqilla luntur tubuhnya terasa kaku mendengar apa yang barusan di katakan Farqah. Apa maksudnya Farqah mengatakan itu? Siapa yang kembali? Siapa yang ia rindukan?
Dengan gerakan perlahan Aqilla kembali mengangkat tangan Farqah yang berada di atas perutnya.
"Felisa!!"
Siapa Felisa? Siapa yang ia sebut, batin Aqilla.
Tubuh Aqilla serasa memanas, bagaimana tidak suaminya menyebut nama wanita lain.
"Farqah lepaskan! Aku ingin ke kamar mandi!" Ucap Aqilla dengan suara serak khas bangun tidur.
Perlahan Farqah membuka matanya dan menyadari ke inginan istrinya. Ia pun melepaskan pelukannya di tubuh istrinya.
Aqilla memasuki kamar mandi dengan setengah berlari. Dadanya serasa sesak menahan tangis. Aqilla menatap dirinya di depan cermin, tatapannya kosong pikirannya kalut. Tak terasa butiran kecil keluar dari kelopak matanya.
Ia juga belum tahu suaminya benar memainkan perasaanya atau tidak. Aqilla hanya merasa takut kehilangan pria yang ia cintai. Suaminya dingin padanya saja sudah membuat hatinya teriris.
Aqilla sudah rapi dengan pakaian yang akan ia kenakan untuk pergi ke kampus. Wanita cantik itu sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya. Terlihat dari atas Farqah sedang menuruni beberapa anak tangga, hingga sampai ke ruang makan.
Aqilla tersenyum pelan melihat suaminya berada di depannya. Ia tidak mau terlihat sedih dengan kegelisahan yang belum tentu benar adanya. Farqah pun membalas senyuman istrinya. Aqilla merasa lega setidaknya suaminya tidak sedingin hari kemaren walaupun ia tidak tahu apa penyebabnya.
"Kamu sudah terlihat rapi? Apa mau berangkat sepagi ini?" Tanya Farqah yang melihat penampilan istrinya.
"Iyaa!" Jawab Aqilla singkat dengan menyendokkan nasi goreng untuk suaminya.
"Apa mau berangkat bersamaku?" Tawar Farqah.
Aqilla menggeleng, "Tidak!! Aku tidak ingin merepotkanmu!"
Farqah melihat Aqilla yang hanya menunduk tanpa menatapnya. Ia tahu sebenarnya istrinya marah padanya. Tapi rasa marah itu istrinya tutupi dengan sikap seperti biasa.
Saat Farqah ingin menjelaskan tentang semalam suara deringan ponsel berbunyi lebih dulu. Deringan telpon berasal dari saku celananya. Farqah segera mengambilnya dan mengangkatnya.
"Halo!"
"......."
"Benarkah! Baik aku akan kesana!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny
Romance#Beberapa bab private acak# Bertemu denganmu mungkin takdirku walaupun lewat jalur seseorang. Aku memilihmu bukan karena ketertarikan fisik yang kau miliki. Aku memilihmu karena aku merasa kau pantas untukku dan membahagiakamu adalah tujuanku. -Far...